Oleh : Suaibah S.Pd.I.
(Pegiat Literasi)
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, olehnya itu sudah selayaknya dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Tanggal 12 November diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional yang menjadi momen penting bagi seluruh rakyat di negeri ini, juga bagi seluruh rumah sakit, tenaga medis, dan non medis. Sejumlah rumah sakit dan instansi kesehatan mulai mengembangkan berbagai program untuk meningkatkan layanan kesehatan. Salah satunya PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (IHC), holding rumah sakit (RS) BUMN yang menyiapkan program pemanfaatan ekosistem digital. Program pemanfaatan ekosistem digital ini antara lain meliputi e-MR, Internet of Things (IoT), Wearable Devices, dan Telemedicine.
Seluruh rakyat di negeri ini tentu menyambut baik momen peringatan nasional dan program-program digital untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Namun bila kita menelisik lebih jauh sesungguhnya apa yang menjadi kebutuhan mendasar bagi rakyat adalah bagaimana layanan kesehatan dapat diakses dengan mudah, murah, dan cepat. Tidak sedikit pasien yang sudah datang ke rumah sakit tapi tidak dapat mengakses layanan kesehatan karena tak memiliki kartu KIS dan disarankan untuk membuatnya terlebih dahulu padahal pasien lagi berjuang anatara hidup dan mati, dan pada akhirnya diapun meninggal dunia di kantor Capil demi untuk memenuhi syarat administrasi rumah sakit. Sungguh miris.
Dalam sistem kapitalis, layanan kesehatan yang cepat hanya bisa dirasakan oleh mereka yang memiliki banyak uang, namun bagi orang yang tak berpunya tak banyak berharap dan layanan kesehatan yang lamban bahkan mereka tidak mendapatkan layanan. Maka tak heran ada yang membawa pulang mayat keluarganya karena tidak punya uang untuk menyewa ambulan. Lantas masihkah kita berharap jaminan kesehatan dalam sistem kapitalis?
Berbeda halnya dalam sistem Islam. Islam memiliki strategi dalam mengatur kepentingan masyarakat yang dilandasi dengan kesederhanaan aturan, kecepatan pelayanan dan profesionalitas orang yang mengurusinya. Layanan kesehatan yang murah, cepat dan mudah dapat dirasakan seluruh warga negara islam baik orang kaya maupun yang tak berpunya, muslim ataupun kafir semua dapat mengakses kesehatan yang berkualitas.
Akses dan layanan kesehatan bagi rakyat yang optimal sesungguhnya dapat terlaksana dan bukanlah sebuah mimpi. Negara, yang merupakan pelindung bagi rakyat, sesungguhnya memiliki kemampuan untuk menciptakan dan meningkatkan layanan kesehatan. Tidak hanya menjadi cita-cita seluruh rumah sakit atau instansi kesehatan, tapi harus menjadi cita-cita negara agar membuat rakyat sehat dan sejahtera.
Sumber daya manusia berupa tenaga medis dan non medis, serta dana kesehatan untuk seluruh rakyat diperoleh negara dari pendapatan yang diterima dari SDA, seperti emas, nikel, batu bara, bijih besi, minyak bumi, gas, dan lain-lain. Belum lagi dari pendapatan di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, laut dan lain-lain. Pengelolaan SDA yang baik oleh negara dan tidak diberikan kepada pihak swasta maupun asing akan mampu menjamin kebutuhan pokok dan meningkatkan kwalitas layanan kesehatan seluruh rakyat Indonesia. Gambaran negara dengan taraf kehidupan rakyat yang sehat dan sejahtera sudah pernah dicontohkan secara reel oleh Rasulullah Saw yang kemudian dilanjutkan oleh kekholifahan para sahabat. Negara tersebut menerapkan aturan yang berasal dari Sang Maha Pencipta yakni Allah Swt. Hal yang sama perlu kita lakukan saat ini demi mewujudkan rakyat sehat, sejahtera, dan menjadi negeri baldatun thoyibun wa robbun ghoffur. Wallahu a'lam.