Oleh : Sarah (Aktivis Dakwah)
Peringatan Hari Guru Nasional membuat rakyat menengok kembali pada perkembangan pendidikan di Indonesia. Salah satu aspek dalam pendidikan yang menjadi sorotan adalah infrastruktur yang mendukung berlangsungnya proses pendidikan. Presiden Jokowi sampai menyampaikan hasil kunjungan terkait ketimpangan infrastruktur pendidikan di kota dengan di daerah 3T. Tak segan-segan, presiden menuding Nadiem (Mendikbud-ristek) sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut. (CNN Indonesia, 25/11/23)
Tak Segampang itu
Permasalahan infrastruktur pendidikan tidak hanya terjadi saat ini. Ketika menengok kembali beberapa tahun ke belakang, tepatnya masa pandemi covid-19. Tidak sedikit pelajar dan mahasiswa yang kesulitan untuk melakukan proses belajar mengajar. Mulai dari akses internet, gawai hingga media pembelajaran lainnya. Sikap yang ditunjukkan penguasa saat itu, hanya tuding-menuding antar pejabat. Akhirnya, menimbulkan kebingungan dalam lembaga akademi pendidikan. Sehingga berdampak pada efektifitas waktu belajar, keterbatasan materi pelajaran, sampai evaluasi proses belajar yang kurang efisien. Tentu saja dihasilkan ketidak-jelasan standar pendidikan hingga saat ini.
Pemberian bantuan berupa BOS, KJP, hingga perbaikan sarana sekolah, juga dirasa tidak merata. Pasalnya, infrastruktur pendidikan hanya difokuskan pada kota-kota besar. Selain itu, infrastruktur yang menunjang pendidikan tidak hanya terdapat di lingkungan sekolah atau kampus. Akses dan modal transportasi juga menjadi faktor penting keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, permasalahan pendidikan sudah seharusnya menjadi tanggung jawab semua pejabat.
Guru yang menjadi ujung tombak pendidikan, sudah sepantasnya menjadi sorotan utama. Perbaikan kualitas guru, dimulai darinya peningkatan kesejahteraan hidup hingga kemampuan mengajar. Jika slogan 'Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa' masih bergema, bukan berarti jerih payahnya tak dipandang. Tak perlu menuntut guru untuk ikhlas. Bertahan dengan berbagai kondisi dalam upaya mencerdaskan anak bangsa sudah membuktikan bakti para guru.
Ibarat melempar koin, tak segampang itu untuk memajukan pendidikan Indonesia. Perlu banyak usaha yang dilakukan oleh semua pihak, terutama penguasa.
Setiap kebijakan yang diambil berdampak besar bagi kemajuan dalam pendidikan. Masih maukah kita hanya bergantung pada penguasa yang saling menuding?
Adakah cara efektif mengatasi ketimpangan infrastruktur pendidikan?
Terlalu Indah dari Sekadar Kata
Lantas, bagaimana menyelesaikan masalah ini? Adakah contoh nyata yang dapat menjadi model kemajuan pendidikan tanpa ketimpangan?
Ketika mengulik sejarah pendidikan, akan selalu menjadi bahasan tanpa batas. Tapi ada sebuah indikator untuk menentukan kemajuan dalam bidang pendidikan. Kemajuan pendidikan pasti akan menghasilkan kemajuan peradaban. Tidak sedikit peradaban yang dikatakan maju dilihat dari bidang pendidikan. Namun seperti yang sudah diketahui, pendidikan tidak dapat berdiri tanpa dukungan dari bidang lain. Berarti, pendidikan butuh sokongan dari segi ekonomi, sosial bahkan politik.
Peradaban yang berlandaskan Islam adalah jawabannya. Fakta-fakta sejarah telah menjabarkan betapa banyak dan hebat ilmuwan yang dihasilkan peradaban Islam. Bahkan ilmu-ilmunya masih diterapkan dan terus dikembangkan hingga saat ini. Ilmuwan yang terkenal di bidang sains dan teknologi, seperti Ibnu Sina, Abbas Ibn Firnas, Al Khawarizmi, Al Birruni dan masih banyak lagi. Sedangkan dalam ilmu mazhab Islam, ada imam Syafi'i, imam Hanafi, imam Maliki, dan imam Hambali. Tidak hanya di satu wilayah saja, tapi terdapat beberapa wilayah yang menjadi pusat kemajuan pendidikan. Infrastruktur pendidikan yang dibangun tidak hanya di kawasan sekolah atau kampus, tetapi juga banyak perpustakaan untuk masyarakat umum.
Pembangunan infrastruktur pendidikan dalam peradaban Islam tidak dibangun dengan prinsip keuntungan ekonomi. Bukan juga hanya sebagai adu gengsi antar penguasa bahkan negeri. Pembangunan infrastrukur pendidikan menyandarkan pada kepentingan rakyat. Sebab dalam Islam, penguasa adalah perisai bagi rakyat dan ia akan dimintai pertanggung jawabannya dihadapan sang pencipta. Jadi, tidak hanya tugas salah satu pejabat saja, tapi menjadi tanggung jawab semua pejabat.
Islam bukan hanya sekedar kata, tapi aqidah yang melalui proses berpikir (fikriyah) yang melahirkan peraturan dari sang pencipta. Islam tidak hanya mengatur tentang pendidikan, tapi semua unsur kehidupan tercakup di dalamnya. Sehingga, tidak akan terjadi ketimpangan pada wilayah atau lapisan masyarakatnya manapun. Justru, Islam yang akan menyebarkan kemajuan di segala ranah kehidupan.
Tags
Opini