Oleh : Maulli Azzura
Sejumlah anak usia sekolah dasar didiagnosis kecanduan judi online dari konten live streaming para streamer game yang secara terang-terangan mempromosikan situs judi slot. Bocah-bocah itu disebut lebih boros, uring-uringan, tidak bisa tidur dan makan, menyendiri, dan performa belajar terganggu – indikasi yang mengarah pada kecanduan game online – menurut dokter spesialis yang menangani anak-anak tersebut.
Alih-alih untuk membeli fitur gim, uang saku pemberian orang tua mereka gunakan untuk berjudi. Jika uang mereka habis karena kalah judi, perilaku mereka menjadi tak terkendali. Pengamat keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, mengatakan pemerintah mesti menyeriusi persoalan ini karena target judi online bukan lagi orang dewasa, tapi generasi muda. Jika dibiarkan, Pratama meyakini masa depan mereka bakal hancur. (BBCNewsIndonesia 27/11/2023)
Era kapitalis memang sengaja merusak generasi hingga sampai pada ranah anak-anak. Iming-iming kesenangan materi dengan cara mudah, cepat dan tanpa bekerja menjadikan impian manusia untuk berlomba-lomba mendapatkannya. Bagaimana tidak? Bila anak-anak di suguhi permainan dengan iming-iming keuntungan materi yang menggiurkan, maka tidak akan sedikit yang akan terpengaruh untuk mendapatkannya.
Hal ini tidak lepas dari beberapa faktor yang sangat memberi efek, yakni :
1. Keluarga, bimbingan dan perhatian orang tua yang tidak maksimal, akan memudahkan anak-anak mengakses game yang mengarah pada judi online karena kebebasan anak terhadap penggunaan gadget tanpa kontrol orang tua.
2. Masyarakat, tentu tidak bisa lepas dari pengaruh masyarakat yang dengan perkembangan zaman akan berpikir bahwa game dan judi online adalah hal yang biasa saja. Karena dalam lingkup kapitalis, siapa yang mengikuti trend adalah yang keren. Maka tak heran jika game dan judi online dianggap hal yang viral hingga patut untuk di ikuti tanpa memperdulikan halal haram dari sebuah perbuatan.
3. Negara, dalam kasus ini, negara memiliki peran terpenting. Dimana negara berkewajiban meriayah rakyat nya tidak terkecuali anak-anak. Negara memiliki peran besar karena berkaitan dengan peraturan, maka jika negara abai, maka kasus seperti ini tidak mungkin cepat menemui solusi tuntas, malah hanya akan menambah hal buruk terjadi bila salah dalam penanganan.
Sungguh sistem kapitalis tidak bisa diharapkan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, karena kemanfaatan dan keuntungan lah yang fi jadikan acuan dalam perbuatan. Berbeda dengan Islam yang akan mengatur masa-masa dalam tahap perkembangan manusia. Terlebih untuk anak-anak hingga mereka mengenal tanggung jawab yang menciptakan kualitas terbaik dalam diri. Dan hal ini hanya akan tercapai dalam negara kesatuan berbentuk Daulah.
Wallahu A'lam Bishowab