Oleh: Irma Muslihat, S.Pd
Untuk kesekian kalinya kita menyaksikan keberanian para pemuda Muslim pada 7 oktober 2023, khususnya HAMAS, meluncurkan kurang lebih 5000 roket kearah penjajah Yahudi, disusul dengan serangan udara dari paraglider, serangan darat, dan serangan laut. Para mujahidin Palestina menamai operasi ini dengan Thaufanu al Aqsa (badai Al Aqsha). Dilaporkan 1400 orang dari entitas yahudi meninggal dan 150 orang disandera pada hari pertama serangan. PM entitas yahudi Benyamin Netanyahu langsung merespon serangan tersebut dengan menyatakan perang terhadap Hamas dan meluncurkan “Operation Swords of Iron” .
Dalam membalas serangan yang dilakukan oleh para mujahidin Palestina, Yahudi laknatullah ‘alaih membantai kaum Muslim di Gaza Palestina secara keji. Di media sosialpun ramai berseliweran foto-foto dan video-video mengerikan ribuan korban yang berjatuhan. Dalam postingan akun npc.or.id pada 04 november 2023 korban terkini mencapai 9.370 orang telah syahid dengan 3.866 orang diantaranya adalah anak-anak dan 2.406 orang wanita, sedangkan korban luka-luka mencapai 34.616 orang dengan 7.360 orang diantaranya adalah anak-anak. Lebih dari 2000 orang hilang dan 1,5 juta warga gaza terpaksa mengungsi karena hancurnya tempat tinggal mereka.
Tanggapan kaum muslim dunia membludak di mesia sosial, bahkan untuk menghindari shadow banned mereka membuat kampanye simbol semangka sebagai ganti bendera negara Palestina serta himbauan untuk memboikot produk-produk yang bersinggungan dengan Yahudi. Kampanye global ini banyak diikuti mulai dari para tokoh agama, komunitas pengajian dan berbagai atribut pergerakan pemuda lainnya.
Sejauh ini para pemimpin Dunia Islam masih membatu. Mereka hanya menjadi macan podium dan macan kertas. Menggertak di mimbar dengan omong besar, tetapi tidak melakukan tindakan nyata menghentikan agresi kaum Zionis.
Meluruskan sudut pandang perjuangan di Palestina
Jika kita melihat derita muslim Palestina yang tak kunjung usai penjajahan Yahudi pada tahun 1948 hingga kini (75 tahun), sebagian orang beropini bahwa seharusnya kaum Muslim di Palestina berhijrah dari negeri mereka dan menghentikan perjuangan mereka yang sudah jelas kerugian besar berpihak pada mereka. Apalagi dahulu juga kaum Muslim tertindas di Makkah, lalu mereka berhijrah ke Madinah.
Ini adalah analogi yang batil dengan tiga alasan. Pertama: Islam telah memerintahkan kepada kaum Muslim untuk mempertahankan diri dari ancaman terhadap jiwa dan harta mereka. Pendapat itu juga batil karena bertentangan dengan perintah Allah SWT untuk berjihad melawan orang-orang yang menyerang dan mengusir kaum Muslim dari tempat tinggal mereka. Allah SWT berfirman:
وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُم مِّنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ
Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian (TQS al-Baqarah [2]: 191).
Kedua: Syariah Islam telah mewajibkan sesama Muslim untuk saling memberikan bantuan kepada saudaranya yang membutuhkan pertolongan. Ketika kaum Muslim di satu negeri tidak cukup kuat untuk mengusir kaum agresor, maka kewajiban berjihad ini meluas ke wilayah-wilayah sekitarnya. Karena itu wajib atas umat Muslim di sekitar Palestina mengerahkan pasukan untuk mengusir entitas Yahudi hingga tuntas. Allah SWT berfirman:
وَإِنْ اسْتَنْصُرُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمْ النَّصْرُ
Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini maka kalian wajib menolong mereka (TQS al-Anfal [8]: 72).
Ketiga: Hijrah yang diwajibkan atas umat ini adalah berpindah dari negara kufur (darul kufur) menuju Negara Islam (Darul Islam). Ini sebagaimana dulu Rasulullah saw. dan kaum Muslim berhijrah dari Makkah yang kala itu adalah darul kufur menuju ke Madinah yang kemudian menjadi Negara Islam (Darul Islam).
Adapun hari ini tidak ada satu pun di antara negeri-negeri Islam yang bisa dikategorikan sebagai Darul Islam, yakni negara yang menerapkan syariah Islam secara kâffah dan keamanannya di tangan kaum Muslim. Negeri-negeri Muslim hari ini adalah institusi politik yang menjalankan ideologi sekularisme-liberalisme dan berwatak kebangsaan/nasionalisme serta hanya sedikit menjalankan hukum-hukum Islam. Mesir, misalnya, bertahun-tahun menutup gerbang Rafah sehingga menghambat pengiriman bantuan ke wilayah Gaza. Yordania justru membuka jalan bagi masuknya militer Amerika Serikat yang membantu entitas Yahudi melancarkan agresi militernya ke Palestina.
Bagaimana posisi perjuangan kita?
Bagi umat Islam persoalan Palestina adalah persoalan agama, bukan sekadar persoalan kemanusiaan. Banyak alasan mengapa kaum Muslim harus memandang dan menyelesaikan krisis Palestina sesuai syariah Islam. Di antaranya, mayoritas korban genosida oleh entitas Yahudi adalah saudara seiman. Harta dan jiwa mereka terancam bahkan dibunuh oleh kaum Yahudi penjajah. Lalu bagaimana kita tidak mengatakan ini bukan persoalan agama. Padahal Allah SWT telah berfirman:
إِنَّمَا الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ
Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara (QS al-Hujurat [49]: 10).
Kemudian Nabi saw. mengingatkan hubungan kasih-sayang sesama Muslim laksana satu tubuh yang harus saling merasakan penderitaan satu sama lain. Sabda beliau:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan bahu-membahu adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam (HR al-Bukhari).
Karena bersaudara pula kaum Muslim tak boleh saling membiarkan saudaranya terzalimi. Mereka harus saling membela. Rasulullah saw. bersabda, “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya. Dia tidak layak menzalimi dan menyerahkan saudaranya kepada musuh.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Wujud pembelaan terhadap sesama kaum Muslim di antaranya dengan melancarkan jihad manakala saudara mereka atau negeri mereka di mana pun diserang oleh orang-orang atau negara kafir. Contohnya adalah kaum Muslim Palestina yang dijajah Israel, dengan dukungan AS dan negara-negara Barat. Allah SWT berfirman:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ
Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian (TQS al-Baqarah 190).
Serangan atas sebagian kaum Muslim pada hakikatnya merupakan serangan terhadap seluruh kaum Muslim di seluruh dunia. Karena itu upaya membela kaum Muslim di Palestina, misalnya, juga merupakan kewajiban kaum Muslim di seluruh dunia. Allah SWT berfirman:
وَإِنْ اسْتَنْصُرُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمْ النَّصْرُ
Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini maka kalian wajib menolong mereka (TQS al-Anfal [8]: 72).
Namun sayang, karena faktor nasionalisme (juga nation-state) sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, tak mudah bagi kaum Muslim, khususnya tentara mereka, bahkan di negeri-negeri Arab sekalipun, untuk berjihad di Bumi Palestina. Karena itu kaum Muslim sedunia sejatinya membutuhkan Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Sebabnya jelas, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim berperang di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim).
Apa yang disabdakan Rasulullah saw. di atas dibuktikan dalam sejarah antara lain oleh Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Al-Qalqasyandi dalam kitabnya, Ma’âtsir al-Inâfah, menjelaskan salah satu sebab penaklukan Kota Amuriah, kota terpenting bagi imperium Romawi saat itu, selain Konstantinopel, pada tanggal 17 Ramadhan 223 H.
Diceritakan bahwa penguasa Amuriah yang kafir telah menawan wanita mulia keturunan Fathimah ra. Wanita itu disiksa dan dinistakan hingga berteriak dan menjerit meminta pertolongan.
Alhasil, sekali lagi, kaum Muslim sedunia memang butuh seorang khalifah sebagai perisai mereka. Semoga saja umat Islam di seluruh dunia segera memiliki Khilafah, yang dipimpin oleh seorang khalifah pemberani yang mengayomi, seperti Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Khalifahlah yang akan menaklukkan Amerika, Eropa, Rusia, Cina juga Zionis Yahudi/Israel. Khalifah pula yang akan menyatukan berbagai negeri Islam, menjaga kehormatan kaum Muslim dan menolong kaum tertindas di manapun.
Insya Allah, masa yang mulia itu akan segera tiba. Sebabnya, hal itu memang telah di-nubuwwah-kan oleh Rasulullah saw.:
ثُمّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Kemudian akan datang kembali masa Khilafah yang mengikuti metode kenabian… (HR Ahmad).
Hanya saja, kabar gembira dari Rasulullah saw. ini tak cukup disambut dengan sukacita, namun harus diperjuangkan dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan oleh seluruh kaum Muslim sedunia, termasuk di Indonesia terutama para pemuda muslim dengan segala potensi yang sudah Allah berikan kepada mereka supaya tergerak mengambil peran diantaranya adalah pertama memasifkan berita perjuangan mujahidin palestina serta banyaknya korban yang berjatuhan ke khalayak agar terbukanya mata kaum muslim dunia, kedua ikut partisipasi aktif dalam segala bentuk yang akan membantu meringankan derita muslim gaza dengan bantuan infak harta, logistik atau doa untuk mereka, ketiga menyerukan persatuan ummat agar menyamakan solusi hakiki palestina adalah jihad, keempat tergabung aktif dalam perjuangan dakwah Islam Kaffah yang akan menghantarkan pada hadirnya pertolongan Allah serta Khilafah yang telah Rasulullah saw. janjikan segera mewujud dalam kenyataan. Wallahu a’lam.
Tags
Opini