Oleh: Rasni (pegiat literasi Sabulakoa)
Di lansir dari REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 14 Februari 2024, Jelang pemilu Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengimbau masyarakat tidak memilih pemimpin yang memecah belah umat. Masyarakat tidak memilih pemimpin yang menjadikan agama sebagai alat politik untuk meraih kekuasaan, hal tersebut bertujuan agar memperoleh pemimpin yang amanah jujur serta bertanggung jawab terhadap bangsa.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menyoroti perihal pernyataan Menag ia mengatakan, jangan sampai pernyataan Menag dapat menimbulkan perpecahan di antara masyarakat. Seharusnya para pejabat tidak perlu mengeluarkan pernyataan yang memicu kontroversi, mengakibatkan perpecahan di antara masyarakat.
Selain itu pernyataan Menag sangat membahayakan dan menyesatkan umat terlebih lagi agama dituduh sebagai alat politik, sistem yang saat ini membuat politik dan agama terpisah sehingga agama yg seharusnya menjadi landasan politik malah di gunakan sebagai tujuan untuk mendapat kekuasaan.
Dampak yang ditimbulkan dari pernyataan Menag terjadi aktivitas politik yang mengusung Islam politik sehingga terbentuk cintra negatif terhadap Islam politik, mulai dari radikal dan teroris menyebabkan umat jadi takut terhadap Islam (islamophobiah), politik tanpa landasan agama dapat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.
Dalam Sistem sekuler, politisasi agama digunakan untuk kekuasaan, praktik sekuler yang di gunakan sekarang ini. Para politisi dijadikan sebagai alat pembuat aturan, mengambil alih kewenangan Allah SWT, yang seharus nya Al-Qur'an dan as-sunah sebagai landasan hukum kini diganti dengan undang undang buatan manusia.
Politisi yang menjadi pemimpin pun tidak menerapkan hukum islam walaupun pemimpin itu beragama Islam, politik demikian inilah yang merupakan politik sekuler. Sementara itu politisi yang tidak menginginkan Islam politik disisi lain, saat ingin mendapat dukungan dari umat mereka akan tampil sangat agamis seakan sangat mendukung di terapkannya syariat Islam.
Agama hanya menjadi topeng oleh para politisi untuk memuluskan jalan mereka untuk mendapatkan suara kaum muslim, kita semua tahu bahwa umat Islam adalah mayoritas di bandingkan umat agama lain.
Agama seharusnya menjadi landasan dalam politik sehingga para politikus tidak berani melakukan sesuatu yang tidak yang bermoral seperti korupsi dan suap. Sebagai agama yang di turunkan oleh sang pencipta, Islam mempunyai cara tersendiri dalam mengatur kehidupan manusia tanpa harus memisahkan agama dari kehidupan.
Hal ini terbukti dengan mampunya Islam menguasai 2/3 dunia dan mampu bertahan selama berabad-abad, Kejayaan Islam bukan tidak mungkin terulang kembali jika Islam secara kaffah di terapkan. Wallahu a'lam bishowwab.