Pemuda Generasi Pembangun Peradaban




Oleh: Tri S, S.Si


Tanggal 28 Oktober adalah salah satu hari bersejarah yang penting dalam perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan. Hari itu adalah hari diikrarkannya komitmen para pemuda Indonesia melalui sumpah pemuda. Sumpah Pemuda menjadi momen penting dalam sejarah Indonesia yang menandai semangat persatuan, kesatuan, dan perjuangan para pemuda dalam mencapai kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Sumpah Pemuda diucapkan dalam Kongres Pemuda II yang diadakan di Jakarta, dan dihadiri oleh perwakilan dari berbagai organisasi pemuda di seluruh Indonesia.

Melalui media sosial, Presiden RI mengingatkan, Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 berkat bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Untuk itu Jokowi mengajak masyarakat bersama memajukan Indonesia. Beritasatu.com

Seharusnya, peringatan hari Sumpah Pemuda dapat membangun pemikiran pemuda yang berkualitas. Bisa menjadi momentum refleksi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berdampak bagi agama, bangsa, dan negara. Namun, fakta yang ada sekarang pemuda-pemudi masa kini banyak yang kurang perduli dengan keadaan sekitarnya. Kurang peduli dengan kondisi bangsanya dan lebih mementingkan kepentingan pribadinya. Survei membuktikan pemuda kini lebih senang menghabiskan waktu dengan internet untuk berinteraksi dengan teman-teman dunia mayanya melalui jejaring pertemanan seperti facebook, twitter, friendster, dan lainnya.

Sebuah harian yang terbit di Jakarta, (25/10/2009) melakukan survei terhadap pemuda (usia 16-30 tahun): 70% lebih senang berinteraksi sosial memperbanyak teman atau jaringan melalui dunia maya daripada dunia nyata. 24% memilih untuk bergabung dengan partai politik atau organisasi pemuda. 6 % netral. Ini membuktikan pemuda pemudi lebih asyik dengan dunia pribadinya dibandingkan memikirkan nasib bangsanya. Lalu, karakter apa yang dibutuhkan oleh negara ini pada para pemuda Indonesia? Berikut ini beberapa karakter pemuda yang ideal perspektif Islam:

1. Pemuda yang berlandaskan iman dalam semua sisi kehidupan. Iman itu menjadi energi paling kuat terutama keimanannya kepada Allah SWT. Di sinilah letak keimanan seorang muslim, dimana mampu menahan hawa nafsunya untuk terus berada di jalan Allah SWT. 2. Pemuda yang arah hidupnya mengikuti petunjuk Allah SWT.

3. Pemuda yang memiliki semangat dan kekuatan. Pemuda merupakan fase untuk memberi dan mencurahkan segenap tenaga dan kemampuan untuk memikul segala beban. Karena itu, pemikul panji-panji dakwah dan risalah sejak terbitnya fajrul Islam adalah para pemuda. "Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhannya, dan Kami beri mereka bimbingan lebih banyak lagi," (QS. Al Kahfi: 13). 4. Mampu Melewati Tantangan. Seorang pemuda memiliki kesempatan emas yang perlu dimanfaatkan, bahkan kecanggihan teknologi informasi saat ini mampu memberikan kita kemudahan. Sehingga tidak ada alasan untuk kita tidak memanfaatkannya untuk berbuat kebaikan.

Seorang pemuda harus memiliki jiwa yang mampu bersaing dengan teknologi. Mampu berlomba-lomba dalam kebaikan, karena kita tidak bisa menaklukkan dunia dan akhirat tanpa adanya perjuangan. Baik dalam menaklukkan hawa nafsu, atau mujahadah maupun menaklukan teknologi. Agar kita yang bisa mengatur, bukan malah kita yang diatur.

Dengan kata lain, pemuda muslim mempunyai tugas yang berat dan kewajiban yang besar terhadap diri, agama dan umatnya. Suatu kewajiban yang akan menyingkap esksistensinya. Syaikh al Qaradhawi, dalam Wajibu Syababul Muslimul Yaum (1988) menguraikan ada empat amanah sebagai prioritas muslim muda bagi masa depan islam.

Pertama, memahami Islam secara integral, tidak parsial. Realitas saat ini membuktikan bahwa agama dipermainkan dan diposisikan tak lebih seperti komoditas yang bisa dieksploitasi seenaknya untuk menghasilkan keuntungan materi.

Ajaran agama dipilah-pilah semaunya, mana yang sesuai dengan hawa nafsu dan kepentingannya dijalankan. Namun, jika ada ajaran agama yang bertabrakan dengan kepentingan duniawinya, maka dicampakkan.

Agama juga disekat-sekat semaunya, sehingga muncullah kesan seakan agama hanya mengurusi ibadah mahdhah semata. Untuk urusan shalat, zakat, puasa dan haji, mereka jelas mengambil dari tuntunan agama.

Sementara untuk urusan ekonomi, sosial, politik, pendidikan (termasuk pendidikan anak dan keluarga), mereka tidak pernah mengambil dari tuntunan agama. Dalihnya, agama tidak mengatur urusan-urusan tersebut.

Maka, jangan heran bila ada orang yang rajin shalat dan rajin pergi ke tanah suci, namun ia tetaplah penghisap dan pencuri uang rakyat, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan. Model pengamalan agama yang parsial seperti inilah yang akan terus membawa krisis dan melahirkan manusia-manusia binal seperti koruptor dan sebagainya.

Kedua, mengamalkan Islam. Islam menghendaki pengetahuan yang menembus ke lubuk hati dan lalu menggerakkannya untuk beramal sebagaimana sinyalemen Allah terhadap sikap para pemilik ilmu (ulama), "Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepadaNya hanyalah para ulama," (QS. Fathir: 28). Islam mendapatkan futuhat (kemenangan) dan tersebar dengan baik ke seantero jagad raya berkat adanya contoh dan teladan yang baik jihad fii sabilillah.

Ketiga, mengajak orang lain berislam secara integral (berdakwah). Tidaklah cukup seorang muslim itu shalih bagi pribadinya sendiri. Tapi ia juga diberi tugas untuk mengajak orang lain kepada keshalihan.

Karena itulah kita menjumpai surat Al-Ashr' menyaratkan keselamatan seseorang dari kerugian itu dengan berpesan kepada orang lain untuk kebenaran serta menerima pesan kebenaran itu. Inilah makna tawashaw; saling menasehati dalam kebaikan dan taqwa. Dengan berdakwah, maka seseorang itu akan berusaha untuk menjadikan potret yang indah bagi apa-apa yang didakwahkannya serta menjadikannya berkomitmen kepada Islam.

Keempat, memiliki soliditas dan solidaritas. Karena tugas dakwah itu tidak bisa dilakukan secara individu melainkan harus berlandaskan amal jama'i (team work), maka sebaiknya pemuda itu melengkapi pemahaman yang benar, mengamalkan Islam dan berdakwah bersama kelompok dakwah yang tsiqoh memperjuangkan terwujudnya Islam Kaffah.

Sebagai generasi muslim sudah menjadi keharusan untuk memaknai hari sumpah pemuda sebagai titik balik perubahan dalam hidup. Bukan hanya sekedar target untuk diri sendiri, tetapi juga target terbaik bagi umat. Sudah bukan saatnya lagi pemuda islam sekarang hanya memikirkan bagaimana cara supaya dirinya dapat memiliki prestasi yang gemilang yang meningkatkan martabatnya, tetapi harus memikirkan bagaimana caranya Islam tidak lagi direndahkan dan kembali menemukan kejayaannya seperti masa lalu. Sehingga, para pemuda Islam sangat dituntut untuk mempersiapkan dirinya guna menyongsong masa depan agama, bangsa, dan negara yang cerah.
Wallahu A'lam Bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak