Oleh : Syifa (Aktivis Dakwah dan Guru)
Siapa diantara kita yang tidak ingin maju? Tentu jawabanya semua ingin apalagi ini yang maju adalah negara. Ini adalah hal yang ditunggu-tunggu tidak hanya oleh seorang tapi semua masyarakat Indonesia baik. Kemajuan sebuah negara merupakan hal yang diharapkan karena dari kemajuan itu secara umum bahkan secara khusus keadaan yang diharapkan teratasi dengan baik, baik itu masalah kesehatan, ekonomi, sosial, bahkan politik. Singkatnya negara maju rakyat sejahtera. Namun, benarkah kondisi ini nyata dan mampu diraih oleh negeri ini?
Sebelum kita lebih jauh mari kita ketahui bersama apa itu pengertian negera maju. Menurut wikipedia.co, negara maju sering disebut sebagai negara berpenghasilan tinggi, negara industri. Maka dapat diartikan negara maju adalah negara berdaulat yang memiliki kualitas hidup yang tinggi, ekonomi yang maju dan infrastruktur teknologi yang canggih relatif dibandingkan negara-negara yang kurang maju lainya. Negara juga memiliki pendapatan minimal US$11.906 per tahun. Umumnya, kriteria-kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat pembangunan ekonomi negara adalah produk domestik bruto (PDB), pendapatan nasional bruto (PNB), Pendapatan per kapita, tingkat Industrialisasi, jumlah Infrastruktur yang tersebar luas dan standar hidup umum.
Jika dilihat dari indikator-indikator di atas rupanya negeri ini masih punya banyak PR. Jika dilihat dari pengertian di atas negara berdaulat adalah negara yang memiliki kualitas hidup yang tinggi. Jika berdaulat yang dimaksud ini adalah sebuah keadaan dimana antar individu dengan individu yang lain telah bebas dari kelaparan, krisis moral, keyakinan dan kepercayaan telah benar sehingga melahirkan bibit manusia yang benar pula, ibu yang paham tanggung jawabnya begitupun sebagai seorang ayah dan kehidupan keluarga yang penuh dengan ketenangan, kebahagiaan dan kesejahteraan. Maka ini merupakan kondisi yang diharapkan. Tapi nyatanya adalah sebaliknya, keluarga yang seharusnya menjadi tempat perlindungan terakhir bagi generasi telah rapuh keadaanya baik secara finansial, fisik maupun moral. Menurut kepala badan koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr Hasto Wardoyo, SpOG(K), menyoroti tingginya angka perceraian di Indonesia. Menurutnya, penyebab utama tingginya angka perceraian karena toxic people. Beliau menambahkan bahwa sejak 2015 angka perceraian meningkat pesat. Pada tahun 2021 jumlahnya mencapai 581 ribu keluarga yang bercerai sedangkan jumlah pernikahan setahun mencapai 1,9 juta (Republika.co.id, 06/11/2023).
Hal ini menunjukkan bahwa kerapuhan keluarga sangatlah nyata. Pertanyaanya jika dengan kondisi keluarga yang seperti ini
Lantas kemajuan seperti apa yang dapat diberikan keluarga untuk kemajuan bangsa. Sementara untuk kemajuan keluarga itu sendiri saja tidak sanggup? Oleh karena itu, nihil jika pemerintah menobatkan kemajuan bangsa di pundak potret keluarga seperti di atas. Kalau pun keluarga dalam kondisi ideal dari segala sisi tetap saja kemajuan bangsa tidak dapat dibenarkan jika hanya dibebankan kepada keluarga semata.
Kompleksnya persoalan negeri seharusnya menjadikan negeri ini berkaca pada Ideologi Islam yang dengan ideologi ini sebuah negara dapat meraih kemajuannya dari berbagai sisi, baik sisi ekonomi, politik,pendidikan, industri, teknologi dan lain sebagainya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ideologi kapitalisme senantiasa melempar tangan artinya melempar tanggung jawab, jika negara memberikan tanggung jawab kemajuan ini ada ditangan keluarga, bukankah ini tanda negara melempar tanggung jawab? Sikap seperti ini adalah cerminan dari kepemimpinan politik sekuler yang melempar tanggung jawab mereka.
Kalau pun keluarga memberikan andil kemajuan bangsa, itu harus dipahami sebagai bagian kecil jadi bukan tugas utamanya keluarga.
Sungguh berbeda dengan sistem Islam. Kedaulatan berada di tangan syariat dan kekuasaan di tangan umat. Dari sini kita dapat simpulkan bahwa negera yang masih mengadopsi ideologi kapitalisme akan senantiasa terbelakang dan mundur dari berbagai aspek. Hal ini dapat kita bandingkan dengan negara adidaya yakni khilafah islamiyah yang telah mampu memberikan tanggung jawab penuh kepada seluruh komponen kehidupan rakyat termasuk keluarga. Tanggung Jawab yang muncul bukanlah sekedar tanggung jawab melainkan lahir karena dorongan iman yang kuat kepada sang pemilik kehidupan.
Tanggung jawab disini dapat bermakna melayani, memperhatikan, menjaga, mengembangkan dan memastikan seluruh komponen kebutuhan masyarakat terpelihara dan tersedia dengan baik dan cukup. Diantara tanggung jawab itu adalah menjaga keutuhan keluarga. Jadi negara yang harus menjaga bukan sebaliknya. Sebab keluarga terjaga itu karena negara yang menjaga. Khilafah akan memberikan pelayanan utuh pada ketahanan keluarga sebab keluarga adalah salah satu dari sekian fokus daulah. Dari keluarga lahirlah sosok manusia yang akan menjadi bagian sekaligus aktor yang ikut menjadi penjaga, pelindung negeri di masa depan.
Daulah akan melakukan beberapa upaya untuk menjaga keutuhan keluarga didalamnya, pertama khilafah mampu mencetak individu yang bertaqwa baik laki-laki maupun perempuan. Dimana yang perempuan akan dibekali dengan ilmu keibuan dan yang laki-laki akan dibekali dipersiapkan menjadi qowwam dan pencari nafkah buat keluarga. Saat mereka telah siap untuk menikah maka mereka akan mampu menjalankan tugas mereka dengan penuh kesadaran ilmu dan ketaqwaan. Maka dari potret keluarga seperti ini akan lahir sosok Kesatria yang hebat lagi bertaqwa. Kedua, Kolaborasi kehebatan sistem pendidikan Islam yang telah terbukti melahirkan para kesatria pada masanya. Ketiga, Daulah akan menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk rakyat. Khususnya kaum laki-laki sebab kewajiban nafkah ada dipundak mereka.
Ini dari sisi keluarga, di sisi bidang yang lain, Daulah Islamiyyah punya langkah handal untuk menjadi negara adidaya, kemandirian di segala bidang vital seperti industri militer dan industri makanan.
Juga dalam bidang ekonomi dan lain-lain.
Oleh karena itu kita mesti terus yakini dan perjuangkan bahwa hanya Khilafah yang mampu membawa kemajuan dalam kancah kehidupan Global ke depan.
Wallahu'alam.