Miris, Masih Kecil koq Bunuh Diri?




Oleh: Resa Ristia Nuraidah



Seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya, Rabu (22/11). Aksi nekad bocah SD itu diduga dipicu karena dilarang bermain HP.

Kasus yang memilukan seperti ini tidak hanya terjadi satu kali melainkan sudah berkali-kali terjadi di negeri kita. Pemerintah mencatat, setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak-anak sejak Januari 2023. Hal itu disampaikan Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Nahar.

Nahar mengatakan bahwa para korban bunuh diri merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Menurutnya, kebanyakan mereka yang bunuh diri disebabkan oleh depresi. Ia juga mengatakan bahwa korban kasus bunuh diri tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Dampak psikis yang kerap dialami anak-anak akibat kekerasan maupun perundungan, kata dia, bisa mengakibatkan masalah baru. [Rri.co.id]

Kasus bunuh diri pada anak tidak bisa dianggap remeh. Setiap elemen perlu memberikan perhatian khusus pada masalah ini. Pasalnya, mereka yang dianggap masih kecil adalah calon pemimpin bangsa. Kalau fenomena seperti ini menggejala, apa yang dapat diharapkan masa depan bangsa nantinya?

Kasus ini harus menjadi perhatian mengingat usia anak tersebut yang sangat belia. Apalagi mulai menjadi fenomena di tengah masyarakat. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan di antaranya apa yang menjadi penyebab bunuh diri, sumber anak mengetahui cara bunuh diri, dan juga kondisi mental anak-anak.

Semakin banyaknya kasus seperti ini menunjukkan ada kesalahan dalam tata kehidupan, baik dalam keluarga, Masyarakat maupun negara. Islam memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidikan anak yang berkualitas.

Islam memiliki sistem Pendidikan yang berbasis akidah Islam yang mampu melahirkan generasi hebat dalam berkarya dan kuat iman serta kuat mental. Islam sejatinya memberi perhatian besar pada generasi. Negara yang mengambil Islam sebagai landasan akan mengutamakan pembentukan generasi yang berkepribadian Islam, yaitu memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Dengan begitu mereka akan menjadi pribadi yang kuat dan tidak gampang depresi.

Sistem pendidikan Islam diterapkan mulai dari tingkat dasar hingga tinggi. Sekolah dasar akan menanamkan akidah Islam dan segala pemahaman Islam lainnya yang dapat menjadikan mereka punya pola pikir dan pola sikap islami. Saat pendidikan tinggi, mereka baru bisa diajarkan tsaqafah asing agar tahu mana yang benar dan salah.

Akidah Islam inilah yang akan menjaga kewarasan mental generasi. Mereka akan lebih berpikir realistis, dapat menempatkan mana yang berada di wilayah yang dikuasai manusia dan mana yang tidak. Mereka juga akan paham bahwa kebahagiaan tertinggi adalah meraih ridla Allah, bukan sebatas kesenangan dunia. Jika Islam dapat diterapkan secara sempurna, tidak akan ada lagi generasi lembek bermental stroberi, yang mudah merasa depresi. Wallahu a'lam bi Ash-shawāb

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak