Marak Bunuh Diri pada Anak, Problem Serius Generasi




Oleh : Ummu Aimar



Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapapun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat.
Seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya, Rabu (22/11). Aksi nekad bocah SD itu diduga dipicu karena dilarang bermain HP.

Kasatreskrim Polres Pekalongan, AKP Isnovim membenarkan adanya kejadian tersebut. Isnovim mengatakan pihaknya telah menerima adanya laporan tersebut, pada Rabu sore kemarin, 22 November 2023
(https://www.detik.com)

Tragis, ada seorang anak berusia 10 tahun bunuh diri dengan cara gantung diri dikamar nya. Diduga anak merasa kecewa karena usai ditegur main handphone terus menerus oleh ibunya.

Pihak keluarga pun sangat terpukul akan kejadian ini. Dan dari pihak sekolah pun beberapa jam sebelum kejadian anak tersebut masih bermain dengan teman temannya disekolah dan bersikap ceria seperti biasanya.

Kasus bunuh diri pada anak , bukan kali ini saja terjadi sudah banyak kasus namun belum sepenuhnya terdata. Ditahun 2023 ada kasus bunuh diri anak sebanyak 10 kejadian. Angkanya lebih tinggi dibanding tahun 2022.

Seharusnya kasus ini menjadi perhatian banyak pihak mulai dari keluarga, lingkungan masyarakat dan negara.
Seakan akan ini sudah menjadi penomena. Karena sungguh miris kasus bunuh diri terjadi pada anak yang terbilang masih belia.

Bisa kita lihat , saat ini banyak tren orang tua bahkan seorang ibu bekerja. Akhirnya hilangnya peran orang tua pada pendidikan anak seusianya. Akhirnya pendidikan anak terbaikan dan tidak adanya kontrol terhadap aktivitas anak.

Masyarakat pun saat ini semakin individual acuh terhadap keadaan dilingkungan dan membiarkan kebiasaan anak anak yang tidak baik dan menjadi individu yang liberal.
Mereka seakan akan hidup masing masing tanpa melihat kondisi keadaan anak anak jaman sekarang.

Negara yang seharusnya bisa menyelesaikan persoalan kasus bunuh diri dimulai dari kurikulum pendidikan dan akses media. Disini jelas negara gagal mengontrol dan pengawasan akses media. Sehingga tanyangan tanyang yang tak pantas dilihat oleh anak anak terpangpang di internet. Bahkan ada cara cara bunuh diri dan itu mudah diakses oleh anak anak.
Tentu ini sangat berperan dalam pembentukan kesehatan mental anak.

Berbeda dalam sistem Islam. keluarga, lingkungan masyarakat dan negara menjadi 3 pilar memperhatikan perkembangan anak dan mental anak.

Tidak boleh satu pun mengabaikan nya. Sebab generasi adalah tongkat peradaban. Ketiga nya harus ada dalam perkembangan anak saat ini.

Didalam lingkup keluarga, orang tua akan menyayangi , mengasuh , mengontrol dan mendidik anak dengan baik sesuai akidah Islam. 

Masyarakat juga menjadi kontrol sosial mengutamakan aktivitas amal Maruf nahi mungkar. sehingga dilingkungan ada nasihat nasihat baik bagi anak anak. Tidak boleh berdiam diri jika ada hal buruk terhadap anak anak.

Negara harus menghapus konten konten yang merusak dan disini peran negara mengontrol akses media.
Sehingga tayangan dan ilmu yang beredar di media hal hal yang baik untuk anak anak.

Dalam kurikulum pendidikan pun harus berlandaskan akidah Islam sehingga generasi akan dicetak dengan berkepribadian Islam dan tsaqofah Islam dan unggul dalam iptek.

Maka akan tersuasanakan dalam kondisi takwa, bahwa generasi paham akan jati dirinya sebagai hamba. Generasi berjalan sesuai syariat karena dia paham segala perbuatan akan dimintai pertanggung jawaban.  Hingga tidak akan terbesit niatan mengenai bunuh diri .

Hanya dalam sistem Islam yang mampu membentuk generasi bermental kuat atas dorongan shahih yaitu akidah Islam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak