Kemiskinan membuat keluarga miskin harus mencuri karena kelaparan





Oleh: Susanti Widhi Astuti, Spd


    Kemiskinan di negeri ini seolah tak pernah usai bahkan semakin hari seperti benang kusut . Di tengah kayanya negeri ini dengan sumber daya alam yang berlimpah, penguasa negeri tak berdaya dalam mengentaskan kemiskinan. Sementara para penguasa atau pejabat negeri ini selalu pamer harta kekayaannya di depan rakyatnya yang butuh makan, tempat tinggal dan pemenuhan kebutuhan yang lainnya. Ironis memang dengan kelakuan para pejabat pemerintah yang menghiraukan nasib rakyat hari ini bahkan mereka menutup mata hati dan telinga mereka. 

   Kemiskinan hari ini merata di seluruh pelosok penjuru negeri, tak terkecuali di wilayah kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Kejadian ini memang sudah berlangsung beberapa bulan lalu, yaitu tepatnya pada bulan Juli 2023. Yang menjadi renungan bagi kita bersama dengan potensi alam Sergei yang berlimpah dari sektor perkebunan sawitnya, hasil pertanian padi, palawija, sayu-sayuran dan singkong (ubi). Tetapi justru masih banyak rakyat yang mengalami kemiskinan dan tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka. Seperti yang dikutip dari *bestie.suara.com* "Muslim dan istrinya, Erna Boru Siahaan warga Desa Silau Rakyat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara dilaporkan atas dugaan pencurian ubi.

Padahal, ubi yang diambilnya itu merupakan sisa dari hasil panen milik perusahaan swasta atau perkebunan di Sidojadi daerah setempat.

Menurut informasi yang didapat awak media, kegiatan itu mereka lakukan untuk membeli beras dan kebutuhan sehari-harinya, (11/7/2023).

 *Kapitalisme tidak mampu memberantas kemiskinan*

  Dengan carut marutnya persoalan ekonomi yang menghasilkan kemiskinan secara merata, membuat rakyat sulit untuk mencari pekerjaan yang layak agar mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kasus pencurian untuk memenuhi kebutuhan pokok atau untuk makan bukan hal baru di negeri ini. Dan kasus seperti ini langsung masuk laporan kepolisian dikarenakan rakyat kecil yang tidak punya kekuatan hukum untuk melakukan pembelaan untuk dirinya sendiri. 

   Tapi sangat disayangkan juga ketika pejabat yang hari ini merampok uang negara alias uang yang dikumpulkan rakyat justru mereka lebih aman dan hukum walaupun sudah naik kasus menjadi tersangka. Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan perbuatan para pejabat negeri ini dengan istilah korupsi dan pelakunya dilebeli dengan koruptor.

   Para koruptor di negeri dengan leluasa mendapatkan fasilitas yang layak dibandingkan narapidana kelas bawah seperti rakyat miskin. Mereka tetap diperlakukan baik, bahkan mendapatkan sel yang nyaman secara pribadi, jika sakit di layani dengan baik. Inilah yang membuat hukum itu tajam ke bawah namun tumpul keatas. Apalagi ketika uang yang berbicara maka peradilan para koruptor bisa diulur bahkan bisa bebas dari jeratan hukum.

 *Islam solusi kehidupan*

Berharap pada kapitalis justru hanya menghasilkan kekecewaan besar. Di dalam Islam yang namanya mencuri adalah perbuatan yang tidak baik. Islam mengajarkan ta'awun (tolong menolong) sesama tetangga yang kelaparan saling memberi juga dianjurkan. Namun, di sini ada peranan negara dalam menghasilkan individu bertakwa dan beramal Sholeh juga sangat besar. 
    Persoalan pencurian ini bisa kita telusuri bahwa kegagalan sistem kapitalislah yang tidak bisa mensejahterakan rakyat, akhirnya dengan jalan pintas untuk memenuhi perut mereka yang lapar jalannya adalah mencuri. Tentu ini bukan satu sebab kejadian ini bisa terjadi. Tapi harus dilihat dari sisi yang lain, dimana pencurian ini akibat negara yang tidak membuka lapangan kerja yang luas, tidak menjamin kebutuhan dasar rakyat seperti: sandang, pangan dan papan. 

Di dalam Islam ketika, negara dalam keadaan paceklik atau kekeringan dan kelaparan dimana-mana dibolehkan jika mencuri untuk kebutuhan makan tadi dengan takaran tadi mencapai seperempat Dinar. Walaupun begitu, negara Islam tetap berhati-hati dengan jaminan dasar rakyat harus tetap terpenuhi agar tidak terjadi kasus pencurian seperti ini. Karena kelak pemimpin di dalam Islam akan dimintai pertanggungjawaban.

   Mari kita renungkan bagaimana Umar bin Khattab memastikan rakyat di setiap rumah negara khilafah terpenuhi kebutuhan nya. Pada suatu malam beliau melakukan sidak secara diam-diam ke rumah-rumah warga dan ternyata benar saja masih ada rakyat yang tidak makan dalam satu rumah serta seorang ibu tersebut memasak batu untuk menenangkan anaknya. Hingga akhirnya Khalifah Umar mendengar pembicaraan anak dan ibu ini dari luar rumah akhirnya Umar menangis dan segera mengangkat gandum sendiri dan daging kering dari Baitul Mall. Umar pun malu dengan kejadian ini, ibu dan anak ini juga tidak menyadari bahwa Khalifah yang mereka agung-agungkan telah mengabaikan mereka. Selain itu mereka juga tidak sadar bahwa yang berkunjung ke rumah mereka adalah seorang Khalifah. Tapi bukan ini point pentingnya, bahwa Umar takut kelak rakyat akan menuntutnya di akhirat.

Sehingga Islam telah disiapkan Allah dengan model kehidupan yang unik dan khas untuk Rahmat seluruh alam. Dengan seperangkat aturan dan mekanisme mengelola Sumber daya alam dan manusia. Serta menjaga setiap batas negara agar tidak dicampuri dengan negara asing telah di atur oleh Allah sebagai pencipta dan pengatur. Wallahu 'alam bhi shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak