Hari Guru, Merdeka Belajar dan Rusaknya Generasi




Oleh Purwanti
Aktivis Dakwah


Guru adalah pahlawan tanda jasa, engkau telah membimbing dan mengajarkan kami ilmu yang bermanfaat untuk bekal ku nanti. Pada setiap tanggal 25 november di peringati sebagai Hari Guru Nasional. Pada tahun ini tema yang di usung adalah " Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar". Sementara untuk logo Hari Guru Nasional tahun 2023 menggambarkan ikatan dalam bentuk hati antara seorang guru, murid, dan orang tua.

Gonta-ganti Kurikulum

Pergantian kurikulum kerap kali terjadi di negeri ini. Selama ini Indonesia telah berganti kurikulum sebanyak 11 kali, terhitung sejak Indonesia merdeka. Dengan adanya pergantian menteri, ganti juga kurikulumnya. Kurikulum yang terbaru kita gunakan adalah kurikulum Merdeka Belajar, dimana kurikulum ini memberikan merdeka dalam berpikir dan berekspresi. Tujuan dibuat kurikulum merdeka untuk mewujudkan SDM unggul Indonesia yang memiliki profil pancasila.

Pendidikan mempunyai peranan untuk menentukan kemajuan suatu bangsa.Harapan masyarakat dengan pergantian kurikulum akan memberikan perubahan pada generasi muda. Tapi faktanya generasi muda malah terjerumus pada kenistaan seperti kasus kriminalitas, bullying, perzinaan, tawuran, kesehatan mental bahkan tingginya angka bunuh diri kalangan pelajar. Bahkan perilaku generasi muda telah jauh dari norma-norma agama.

Kurikulum silih berganti namun kualitas generasi justru semakin rusak.Seharusnya pemerintah mencari akar permasalahan yang membelit generasi muda. Tidak hanya berkulat dengan analisa penyebab yang bersifat parsial sehingga tidak menghasilkan solusi.

Akar Permasalahan

Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur. Namun faktanya siswa jauh dari keimanan dan ketakwaan. Di karenakan sistem pendidikan yang kita anut sarat pemahaman liberalisasi dan kapitalisme. Apalagi kurikulum yang diterapkan merupakan kurikulum sekuler. Bahwa mata pelajaran pendidikan agama Islam didesain untuk menjadikan Islam sebagai pengetahuan belaka, selain itu jam mata pelajaran pendidikan agama dirancang sangat minimalis.

Akar permasalahan rusaknya generasi diterapkan sistem Sekulerisme yang telah membentuk generasi muda jauh dari kepribadian Islam. Sistem ini telah memisahkan agama dari kehidupan. Apalagi sistem ini sangat mengagungkan kebebasan dalam berpikir, berpendapat, kebebasan kepemilikan, berkeyakinan dan bertingkah laku tanpa ada batasan norma-norma agama. Islam hanya dianggap sebagai agama yang mengatur urusan akhirat, bukan sebagai sistem kehidupan yang mengatur dan memberikan solusi atas setiap persoalan kehidupan manusia.

Dalam sistem Sekulerisme sarat dengan paham kapitalisme. Kurikulum yang dibuat hanya difokuskan menyiapkan menjadi tenaga kerja. Sistem ini bertujuan hanya meraih materi dan duniawi, sehingga membentuk karakter individualisme, materialisme, dan hedonisme sehingga mereka tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya.

Aturan yang dibuat oleh manusia berdasarkan akal telah menjauhkan manusia dari aturan syariat Allah. Dan kurikulum merdeka belajar telah memberikan kebebasan berpikir sehingga membuat siswa berperilaku  berdasarkan akal mereka tanpa terikat oleh hukum syariat Islam. Serta kurikulum ini juga tidak mengajarkan tentang kehidupan, sehingga tidak paham bahwa setiap perbuatan akan diminta pertanggung jawabnya.

Islam Memiliki Solusi Hakiki

Sistem pendidikan Islam memiliki kurikulum pendidikan yang berlandaskan pada akidah Islam. Mata pelajaran serta metodologi penyampaian seluruhnya disusun tanpa adanya penyimpanan sedikit pun dari akidah Islam.

Tujuan dari pendidikan di dalam Islam adalah membentuk manusia:
1. Memiliki kepribadian Islam secara utuh yakni pola pikir dan pola sikapnya didasarkan pada akidah Islam.
2. Handal menguasai pemikiran Islam.
3. Menguasai ilmu-ilmu terapan IPTEK.
4. Memiliki keterampilan yang tepat guna dan berdaya guna.

Pembentukan kepribadian Islam dengan meletakkan dasar-dasar akidah Islam yang kuat pada jiwa anak. Materi akidah lebih ditekankan pada pembentukan kesadaran dan keterikatan kepada Allah Swt. Sehingga akan membentuk generasi yang bertakwa, tunduk, dan taat pada hukum-hukum Allah, bukan generasi yang miskin moralitas, lemah, dan tidak memiliki semangat agama.

Dari sinilah akan dihasilkan individu yang memiliki kepribadian mulia dan paham akan makna kehidupan, bukan sekadar anak didik yang menghasilkan nilai-nilai akademis yang tinggi, namun minim dari segi kepribadian. Melalui sistem Islam melahirkan output generasi berkualitas baik dari kepribadian maupun dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini terbukti sepanjang penerapan sistem Islam telah menghasilkan tokoh-tokoh penemu seperti Ibnu Sina merupakan tokoh penting dalam bidang kedokteran, Al Khawarizmi adalah penemu angka nol(0), Fathimah Al Fihri seorang pendiri universitas, dan masih banyak lagi. 

Hanya negara khilafah Islamiyyah yang mampu mewujudkan sistem pendidikan paripurna ini dalam kehidupan. Ini terlihat hanya Islam yang mampu mencetak generasi berkualitas bahwa mendorong terwujudnya peradaban mulia dan agung. []

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak