Oleh : Nenah Nursa'adah, Ciparay - Kab. Bandung
Fenomena bunuh diri menjadi marak di kalangan mahasiswa belakangan ini. Seperti yang banyak dilansir oleh berbagai media, banyak faktor yang menjadi penyebab kasus bunuh diri semakin meningkat, motifnya beragam mulai dari persoalan tekanan hidup, keluarga, percintaan, persoalan akademik, dan lainnya. Mereka depresi hingga tidak lagi sanggup menjalankan kehidupan yang menurut mereka sangat berat. Sedangkan, berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari-Oktober 2023. Angka tersebut sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang 2022 yang jumlahnya 900 kasus. (Katadata.18-10-2023).
Sebenarnya, tidaklah menjadi heran jika fenomena bunuh diri ini malah semakin meningkat.
Pasalnya, bunuh diri lahir dari kehidupan sekuler yang tidak menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Disamping itu Kehidupan sekuler melahirkan individu materialistis dan liberalistis, sehingga memicu stres yang berujung pada usaha mengakhiri nyawa sendiri. Misalnya, motif bunuh diri karena terjerat pinjol, mengonfirmasi bahwa gaya hidup remaja kini yang kian materialistis, sebab kebanyakan dari pemuda yang terjerat pinjol adalah untuk memenuhi gaya hidupnya yang hedonistik. Akhirnya mereka harus bekerja sambilan untuk bisa menutupi semua kebutuhan dan gaya hidup. Inilah salah satu penyebab para mahasiswa depresi.
Kurikulum pendidikan sekuler pun menjadi penyumbang atas meningkatkannya kasus bunuh diri pada mahasiswa, sebab kurikulum pendidikan sekuler tidak menghadirkan agama sebagai mata pelajaran pokok. Pelajaran agama hanya dijadikan sampingan yang tidak diprioritaskan. Apalagi kurikulum perguruan tinggi yang fokus hanya kepada akademik, menuntut mahasiswa agar cakap dalam bekerja. SKS yang begitu padat ditambah tugas-tugas kuliah yang menumpuk, menyebabkan mahasiswa stres. Tidak heran jika ada mahasiswa yang bunuh diri akibat stres skripsi dan stres dengan bayang-bayang kehidupan setelah wisuda.
Pemahaman sekaligus sistem rusak yang dibawa oleh Barat ini berhasil menghancurkan generasi muslim melalui sekulerisasi pendidikan. Dengan pemahaman sekuler yang memisahkan aturan agama dari kehidupan, serta kebebasan tanpa batas menjadikan generasi jauh dari Islam. Pemikiran sekuler dan liberal telah menjadikan generasi buta agama, tidak memiliki keimanan dan menjalani kehidupannya serba bebas. Padahal Barat sendiri yang menjadi pencetus pemikiran sekuler-liberal ini sudah terlihat bobroknya.
Tentunya hal ini akan berbeda jika Islam diterapkan pada setiap kancah kehidupan. Islam akan mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk menjaga kesehatan mental remaja. Mulai di lingkup keluarga, sekolah, hingga masyarakat. Akidah Islam akan terus ditanamkan agar mereka hidup sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Kurikulum dalam pendidikan akan dibuat sedemikian rupa, agar para pelajar menikmati ilmu dan bukan untuk materi, melainkan untuk kontribusi terbaiknya bagi umat.
Di samping itu mereka pun tidak akan dipusingkan dengan biaya hidup dan biaya kuliah yang tinggi, sebab khilafah akan menetapkan kebijakan ekonomi yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dari kalangan laki-laki. Sehingga, peran ayah yang berkewajiban menafkahi keluarga dan ibu sebagai madrasatul ula dalam keluarga dapat berjalan seimbang, seiring pemenuhan kebutuhan pokok yang dijamin negara.
Penerapan sistem Islam kafah yang akan membentuk individu bertakwa, masyarakat yang gemar berdakwah (beramar ma'ruf nahi mungkar) dan negara yang benar-benar me-riayah. Menjadikan masalah bunuh diri ini tuntas. Karena setiap individu muslim dapat memahami hakikat dan jati dirinya sebagai hamba yang akan di mintai pertanggungjawaban kelak di akhirat terhadap setiap amal perbuatannya. Hanya dengan kembali kepada sistem pendidikan Islam melalui penegakan khilafahlah satu-satunya cara yang telah berhasil mewujudkannya. Sudah waktunya kita berpaling dari sistem kapitalisme sekuler dan kembali pada Islam yang telah Allah jadikan sebagai solusi bagi setiap permasalahan bagi kaum muslimin.
Wallahu a'lam bish shawwab
Tags
Opini