Oleh : Wulansari Rahayu, S.pd
(Aktivis Dakwah)
Dekadensi (kemerosotan atau kemunduran) moral pada generasi makin mengerikan, terlebih menimpa generasi Muslim saat ini. Dalam bulan November ini saja, telah banyak kasus yang menimpa generasi, baik sebagai pelaku ataupun korban.
Sebagaimana yang diwartakan TVOne News, 5-1-2023 kasus aborsi ilegal menjadi perhatian setelah Penyidik Reskrimum Polda Metro Jaya yang menetapkan empat orang tersangka dalam kasus penggeledahan rumah yang dijadikan klinik tempat aborsi illegal di Ciracas, Jakarta timur. Ditemukan sedikitnya tujuh janin di dalam septic tank. Kasus ini terungkap usai polisi mendapat informasi dari masyarakat.
Kasus bunuh diri anak juga menjadi tren yang tak kalah bikin bergidik. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan, sepanjang 2023 terdapat 17 kasus anak mengakhiri hidup atau bunuh diri. Jumlah tersebut diperkirakan masih belum menunjukkan jumlah yang sebenarnya karena kesadaran untuk melaporkan kasus bunuh diri anak belum terbentuk dengan baik.
Di samping itu, hubungan antara kesehatan mental peserta didik dan kekerasan di sekolah cukup mengkhawatirkan dari hari ke hari. Hasil survei yang dilakukan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey pada 2022 menunjukkan, satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki gangguan kesehatan mental.
Lebih miris lagi, negara yang seharusnya sebagai periayah umat diharapkan mampu mengurai rantai jerat generasi, namun solusi yang diberikan hanya sekadar tambal sulam tak menyentuh akar permasalahan. Kapitalisme sekuler liberal wajar tak mampu memberi jawaban persoalan generasi. Harus disadari, sistem kehidupan hari inilah biang keladi. Dekadensi moral pada generasi bukan sekadar kegagalan kapitalisme sekuler liberal, namun wujud dari buah pahit sistem kehidupan hari ini.
Dekadensi Moral Generasi, Buah Pahit Kapitalisme Sekuler Liberal
Dekadensi moral pada generasi telah menampakkan wujud karakter generasi yang mengerikan. Tak terkecuali juga menimpa generasi Muslim hari ini. Menemukan generasi yang memiliki karakter seorang Muslim yang sejati hari ini pasti teramat sulit. Wajar, sistem Islam tak lagi mewarnai cara didik generasi.
Perihal dekadensi moral pada generasi ini sudah lama menjadi sorotan banyak pihak, dalam artikel yang dimuat radarsemarang.jawapos.com (3/3/2021), mengutip Surur (2010: 129-135), ada tiga faktor yang menyebabkan dekadensi moral di kalangan pelajar, di antaranya:
Pertama, formulasi pendidikan moral dan lemahnya sistem evaluasi pendidikan moral. Seperti yang kita ketahui bahwa penanaman dan pembentukan nilai-nilai moral di sekolah lebih dikenalkan secara teoritis daripada praktik di lapangan.
Kedua, kurangnya pembiasaan dalam pendidikan moral. Untuk bisa mencapai kesempurnaan moral, para siswa harus dibiasakan untuk mempraktikkan nilai-nilai moral yang ada di sekolah.
Ketiga, kurangnya role model dalam pendidikan moral. Dalam hal ini, proses pembentukan moral siswa menjadi lebih baik tidak akan lepas dari role model yang baik di sekolah. Para siswa memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku guru di sekolahnya karena guru merupakan role model yang ada di sekolah. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya guru memberikan contoh yang baik kepada siswa-siswinya.
Berbagai macam upaya dan evaluasi mengenai dekadensi moral generasi ini saya yakin telah menjadi sorotan banyak praktisi pendidikan. Tidak ada seorang pun yang menginginkan kehancuran pada generasi. Dekadensi moral yang makin parah akan menjatuhkan generasi pada karakter yang lemah, rusak, dan menghancurkan masa depan peradaban.
Jika kita mau menelisik lebih jauh lagi, dekadensi moral ini tidak hanya menjangkiti generasi tapi lebih kepada seluruh lapisan masyarakat. Berarti, ada kerusakan yang bersifat sistemis. Bagaimana dengan cara pandang kehidupan hari ini, dalam bernegara, bermasyarakat, bahkan setiap individu? Karena wujud karakter manusia termasuk generasi, pasti akan terpengaruh oleh sistem kehidupan yang diterapkan.
Sistem kehidupan hari ini, yakni kapitalisme sekuler liberal telah menampakkan karakter generasi yang diciptakannya. Bahkan, pendidikan berbasis Islam kesulitan mencetak generasi Muslim yang hakiki di tengah gempuran kapitalisme sekuler liberal. Nampak, kasus bullying tak sekadar menyasar remaja di sekolah umum, namun juga mulai marak terjadi di lingkungan pesantren. Inilah buah pahit penerapan sistem kehidupan kapitalisme sekuler liberal.
Kapitalisme sukses mencetak individu-individu yang individualis dan materialistis, sekadar mengejar manfaat. Dari pejabat tertinggi negara hingga rakyat jelata terjerat kapitalisme. Para pemimpinnya sibuk melanggengkan kepentingan para kapitalis, sedangkan para kapitalis sibuk mencari celah memanfaatkan rakyat kecil sebagai objek meraup keuntungan.
Akibat lemahnya peran penguasa meriayah rakyatnya, ditambah kerakusan para kapitalis dalam upaya memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, rakyat jelata dibuat kelimpungan memenuhi kebutuhan hidupnya. Alhasil, celah keluarga mendidik anak-anaknya terabaikan, tercipta anak-anak yang sekadar tercukup materi. Belum lagi, pendidikan dalam kapitalisme juga lebih menekankan lulusan-lulusan yang siap kerja, guna memenuhi kebutuhan para kapitalis.
Cara Ampuh Membentengi Generasi dari Dekadensi Moral
Kapitalisme sekuler liberal adalah akar permasalahan terjadinya dekadensi moral pada generasi. Dekadensi moral akan terus terjadi hingga jatuh ke jurang lebih dalam, apabila kapitalisme sekuler liberal masih dibiarkan mengatur kehidupan manusia. Setiap persoalan hanya akan selesai dengan tuntas dengan menyingkirkan akar permasalahannya.
Kerusakan generasi saat ini bukanlah karakter asli dari kaum Muslim. Karena Allah SWT telah menjadikan umat ini sebagai khairu ummah. Sebagaimana dalam firman-Nya menyatakan bahwa umat Muslim adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Imam Muslim meriwayatkannya pula melalui jalur Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Kita adalah orang-orang yang terakhir, tetapi orang-orang yang pertama di hari kiamat, dan kita adalah orang yang mula-mula masuk surga” (Tafsir Ibnu Katsir terkait QS Ali Imron 110).
Begitu juga dalam QS Al Baqarah ayat 143, "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."
Menjadi khairu ummah adalah karakter hakiki dari seorang Muslim. Khairu ummah berarti menjadi generasi pemimpin yang berdaulat dan menjadi generasi yang menguasai dunia dengan identitas kemuslimannya untuk mewujudkan peradaban yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Bukan generasi seperti saat ini, yang berada dalam ketiak penjajah, terjajah dan terintervensi, bergantung dan tereksploitasi, menjadi miskin dan terbelakang.
Islam menjadikan generasi hebat yang mampu menggali potensinya untuk mengukir sejarah gemilang. Islam memberi kesempatan bagi pemuda manapun meraih impiannya, mengukir prestasinya, menggali lebih dalam potensinya. Inilah kesempatan yang dicari-cari oleh pemuda manapun. Menciptakan generasi yang mumpuni memberikan kontribusinya bagi umat, membangun peradaban gemilang.
Islam telah mengukir kegemilangannya dengan generasi hebat yang dihasilkannya. Hanya Islam yang menjadikan pemuda 21 tahun, mampu memimpin pasukan menakhlukkan Konstantinopel. Ia dijuluki sebaik-baik pemimpin dalam hadis Rasulullah, bahkan sebelum kemunculannya. Ialah Muhammad Al Fatih.
Hanya dengan menggenggam Islam, pemuda rela menanggalkan kemewahan hidupnya. Menjadi duta Islam pertama, mengenalkan Islam kepada suku Aus dan Khajrat, hingga tak ada satupun rumah yang tidak membicarakan Islam dan Muhammad SAW. Ialah Mus'ab bin Umair. Hanya dalam Islam, pemuda belia yang memiliki keutamaan ilmu dan pemahaman telah dipercaya menjadi penasehat Khalifah Umar bin Khattab. Ialah Ibnu Abbas. Hanya dalam Islam, pemuda berusia 18 tahun bisa menjadi salah seorang panglima perang terhebat sepanjang masa. Ialah Usamah bin Zaid. Hanya dalam Islam, pemudi belia menjadi guru bagi para orangtua. Ialah Sayyidah Aisyah ra.
Pemuda-pemuda di atas hanyalah sedikit contoh, bagaimana tidak? Peradaban Islam yang bertahan selama 13 abad, tidak diragukan telah menciptakan generasi-generasi muda yang mumpuni, menjadi penopang tegaknya peradaban. Hanya dapat tercapai ketika mereka menggenggam Islam.
Jadi, cara ampuh membentengi generasi dari dekadensi moral adalah dengan mencabut sistem kehidupan kapitalisme sekuler liberal yang menjadi biang keladi terjadinya dekadensi moral generasi. Dan menggantinya dengan sistem Islam yang diterapkan secara komprehensif di seluruh lini kehidupan. Sehingga terwujud karakter generasi Muslim yang hakiki, menempati posisinya sebagai khairu ummah di atas muka bumi. []
Tags
Opini