Oleh: Sari Isna_Tulungagung
Sebuah pesawat tak berawak (drone) militer Amerika Serikat ditembak jatuh di lepas pantai Yaman oleh pemberontak Houthi pada Rabu (8/11). Seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS mengatakan drone MQ-9 Reaper sedang beroperasi di wilayah udara internasional dan perairan internasional ketika ditembak jatuh. Komando Pusat AS sedang menyelidiki insiden tersebut, (cnnindonesia.com, 09/11/2023).
Insiden ini terjadi kala perang antara Hamas vs Israel di Jalur Gaza kembali memanas sejak pecah 7 Oktober lalu. Hari ini, milisi Hamas dan pasukan Israel banyak terlibat baku tembak langsung di utara Gaza. Sementara itu, Houthi sempat melancarkan beberapa serangan drone ke Israel dengan dalih membela Palestina.
Tak hanya Houthi, Agresi Israel yang semakin membabi buta ke Jalur Gaza imbas peperangannya dengan Hamas kian mematik reaksi milisi pendukung Palestina di Timur Tengah lainnya untuk ikut melancarkan tindakan balasan. Milisi Hizbullah di selatan Lebanon menembakkan puluhan roket ke Kota Kiryat Shmona Israel pada Kamis (2/10). (cnnindonesia.com, 03/11/2023).
Selain itu ada kelompok yang menamakan dirinya Jihad Islam, merupakan salah satu milisi Palestina yang bermarkas di Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas. Jihad Islam merupakan salah satu sekutu Hamas dan telah buka-bukaan membantu kelompok itu menggempur Israel pada 7 Oktober lalu hingga peperangan berlangsung sampai hari ini.
Komunitas internasional pun cemas peperangan Hamas vs Israel yang pecah sejak 7 Oktober lalu ini bisa meluas ke negara tetangga yang memiliki riwayat berkonflik dengan negara Zionis.
Walaupun beberapa milisi ikut membantu dalam upaya mengalahkan Israel, namun nyatanya peperangan masih terus dilancarkan juga. Tanpa rasa berprikemanusiaan, Israel membombardir rumah sakit-rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, dan warga sipil. Ancaman dari milisi-milisi pembela Palestina tidak mempengaruhi sikap Israel yang masih saja dengan kesombongannya.
Kelompok muslim, para milisi menyadari kewajibannya untuk membela Palestina, saudara sesama muslim yang sedang teraniaya, hanya saja negaranya mempunyai sikap yang berbeda. Tanpa dukungan negara di belakangnya tidaklah mudah untuk bisa menaklukkan Zionist yang didukung penuh oleh negara-negara barat di bawah pengaruh Amerika.
Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dipenuhi sesama muslim dan negeri muslim, apalagi ketika musuh bertindak di luar batas kemanusiaan dan menghilangkan nyawa kaum muslim. Berbagai aksi membela Palestina terjadi di mana-mana termasuk warga negara demokrasi mayoritas membela Palestina. Namun pergerakan negaranya apakah sesuai dengan aspirasi rakyatnya? Kalau memang iya, harusnya negara bisa melakukan lebih dari yang dilakukan rakyat. Jika sekedar kecaman, doa, dan donasi rakyat juga bisa. Tapi negara bisa melakukan tekanan politik dan ekonomi, mengirimkan pasukan, dan seterusnya. Ternyata semua hanya diam seribu bahasa.
Banyak orang yang menginginkan menjadi relawan ke sana tapi tidak mudah. Banyak negara-negara muslim yang ingin melawan tapi tidak memungkinkan. Memberikan tekanan politik ekonomi, mengirimkan pasukan perang nyatanya tidak bisa. Pertanyaannya, “Kenapa?” Selain karena ketergantungan barat, faktor utama lainnya semua ini terjadi karena adanya sekat territorial negara. Sekat inilah yang kita sebut sebagai nasionlisme.
Nasionalisme telah membatasi upaya membela Palestina hanya dengan kecaman semata. Bahkan abai pada realita perang yang terjadi antara negara melawan Hamas. Padahal perang haruslah negara melawan negara. Nasionalisme telah memecah belah ukhuwah Islamiyah. Menjadikan kaum muslim sibuk dengan kebangsaannya, melupakan ikatan akidahnya. Tidak heran, meski mayoritas penduduk di dunia muslim, tetap saja hanyalah bagian-bagian kecil yang terpisahkan oleh sekat nasionalisme. Negeri-negeri muslim begitu mudah untuk dijajah, dikuasai kekayannya, diadu domba, bahkan dihancurkan tidak hanya dari segi fisik tapi juga secara moral dan pemikirannya
Umat Islam seharusnya ibarat satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh lainnya juga merasakannya. Adalah satu keharusan membela Palestina yang teraniaya. Negara seharusnya berperan lebih nyata mengikuti langkah para milisi. Dan satu-satunya yang akan mampu mengalahkan zionist dan antek-anteknya adalah dengan persatuan seluruh umat Islam di bawah satu kepemimpinan daulah Islam yakni khilafah.
Negara Islam akan mewujudkan pembelaan terbaik terhadap wilayah yang dirampas penjajah. Sudah saatnya dengan tragedi Palestina ini membuat kita umat Islam semakin menyadari bahwa hanya dengan khilafah-lah semua permasalahan umat akan terselesaikan. Dengan Khilafah kehormatan, harta dan darah kaum Muslim terjaga dan umat Islam pun dapat bersatu secara hakiki dengan pemersatu akidah.
Tags
Opini