Oleh: Julia Ummu Adiva
Sejak 7/10/2023 hingga saat ini hari ke 49 agresi Zionis Yahudi tak henti-henti nya meluluh lantakkan Gaza dan sekitarnya bahkan tak menyisakan sedikitpun hasil serangan demi serangan kepada rakyat Gaza, baik ke rumah-rumah, sekolah-sekolah, gedung-gedung, masjid, rumah ibadah hingga rumah sakit.
Sebagai saudara semuslim tentu kita tak berdiam diri melihat kekejaman dan kebengisan Zionis Yahudi Laknatullah ini, dilansir dari republika.co.id bahwa boikot terhadap produk-produk yang terkait dengan Israel diserukan di hampir semua negara mayoritas muslim, termasuk Indonesia. Bahkan baru-baru ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan dengan tegas fatwa dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi entitas Yahudi hukumnya wajib. Umat Islam pun diimbau semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk Yahudi atau yang terafiliasi dengan Yahudi atau yang mendukung penjajahan dan zionisme. Seruan boikot produk yang mendukung entitas Yahudi terus bergulir. Tidak hanya di Indonesia, di negara-negara lain pun turut menyerukan boikot.
Aksi memboikot produk yang mendukung Yahudi tersebut menuai pro dan kontra. Sebagian pihak menganggapnya tidak efektif. Sebagian lagi menganggapnya efektif.
Dalam catatan ekonomi terbaru disampaikan, dilansir dari CNBC indonesia bahwa hasil gerakan boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) atas produk yang terafiliasi dengan Zionis semakin masif. Aksi ini berdampak pada harga saham perusahaan. Dalam catatan beberapa perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun terafiliasi dengan Israel. Sebut saja emiten jaringan ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), yang melalui anak usahanya PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB) mengelola brand kopi ternama Starbucks Indonesia.
tercatat telah mengalami koreksi sepanjang sebulan terakhir. Mengutip RTI Business, MAPI telah ambles 11,87% dalam satu bulan terakhir.
Pada perdagangan Kamis, (16/11/2023), saham MAPI ditutup turun 2,08% ke Rp1.650. MAPI pun masuk ke jajaran emiten yang paling banyak dibuang asing dengan total net foreign sell (NFS) sebesar Rp3,5 miliar.
Selain itu, restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) juga turut kena imbasnya. Di Indonesia, KFC dinaungi oleh PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST). Saham FAST tercatat telah terkoreksi 5,70% sepanjang satu bulan terakhir.
Selanjutnya, produk-produk Unilever juga masuk daftar gerakan BDS. Unilever pun termasuk dalam daftar perusahaan yang berafiliasi dengan Israel.
Di Indonesia, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) menaungi segudang merk consumer goods ternama seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Wall's, Bango, Royco, Sariwangi, dan masih banyak lagi.
Saham UNVR pun ikut terdampak. Tercatat, UNVR telah terkoreksi 4,44% dalam sepekan terakhir. Per penutupan sesi I hari ini, UNVR menguat 0,29% ke harga 3.440.
Dengan demikian dapat kita lihat bahwa boikot yang dilakukan kaum muslimin pun di berbagai belahan dunia memberikan pengaruh, bahkan mereka kalang kabut atas hal ini. Tentu ini menjadi salah satu cara meredupkan perekonomian mereka sehingga pengiriman senjata untuk entitas Yahudi terhenti.
Boikot memang bukan solusi tuntas yang bisa menolong saudara kita di Palestina, tapi ini merupakan langkah kecil yang bisa kita upayakan selain doa, donasi hingga berselancar melalui jari-jari kita di sosmed sebagai dukungan untuk saudara kita di Palestina.
Karna kongkretnya, selain memboikot produk-produk yang terafiliasi kita pun harus memboikot skate Nasionalisme yang menjadi akar masalah yang ada, kita tak bisa menolong saudara kita disana semua atas nama Nasionalisme.
Akibat nasionalisme negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia dan negeri Arab tidak ada satu pun yang memberikan dukungan militer pada Palestina.
Ide ini diembuskan oleh penjajah Barat ke dunia Islam untuk menyekat wilayah Khilafah Utsmaniyah yang menjadi lebih dari 50 negara bangsa pada awal abad ke-20.
Nasionalisme juga membelenggu negeri-negeri muslim sehingga tidak acuh, tak ada rasa kemanusiaan dan menutup mata pada penderitaan umat Islam di berbagai negeri. Padahal
Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, maka dengannya dia akan mendapatkan pahala. Namun, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Sejak masa Rasulullah saw, Daulah telah merancang pembebasan wilayah Palestina (Al-Quds) dari penjajahan Romawi. Pembebasan itu terealisasi pada masa Khalifah Umar bin Khaththab secara damai setelah beliau mengirimkan pasukan ke Al-Quds. Khilafah kembali membebaskan Al-Quds, setelah sempat dikuasai pasukan salib, dengan mengirimkan pasukan di bawah komando Shalahuddin al-Ayyubi pada 1187.
Kini, Al-Quds kembali terjajah setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyah sebagai sang junnah (perisai) pada 1924. Kini umat Islam tidak bisa berharap pada negara-negara bangsa, meski jumlahnya banyak, karna untuk mengirim pasukan membebaskan Palestina saja tidak bisa apalagi berharap pada organisasi internasional, seperti PBB dan OKI, yang terbukti mandul dan tumpul.
Maka satu-satunya institusi yang akan menggaungkan semangat jihad dalam membebaskan Palestina ialah Daulah Islamiyyah. Sejarah telah membuktikannya selama 14 abad. Oleh karena itu, kita harus mewujudkan institusi Khilafah ini secara nyata dengan memberikan dukungan politik terhadap Daulah Khilafah yang kelak kan menjadi pembebas Al-Quds.
Wallahu-a'lam bish-shawab[].
Tags
Opini