Oleh: Mirna
Baru-baru ini, Dinas Kesehatan Banjarbaru menemukan seorang PSK di eks lokalisasi Pembatuan, positif mengidap penyakit sifilis. Selain sifilinis penyakit kelamin menular yang sampai sekarang tidak ada obatnya yakni AIDS juga menjadi salah satu temuan dinas Kesehatan. Keberadaan para pekerja seks komersial (PSK) merupakan salah satu penyebab utama munculnya penyakit kelamin ini. HIV dan AIDS adalah kondisi kesehatan yang serius dan perlu dipahami dengan baik oleh masyarakat. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sedangkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome) merupakan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh sangat lemah akibat infeksi HIV.
Dalam perjalanan infeksi HIV, terdapat beberapa tahapan yang perlu diwaspadai agar dapat mengambil tindakan yang tepat. Tahapan-tahapan ini membantu dalam pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana virus HIV berkembang dalam tubuh dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Fase I (Periode Jendela): Meskipun tubuh telah terinfeksi HIV, pemeriksaan darah belum ditemukan antibodi anti-HIV. Pada periode ini seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkan pada orang lain (sangat infeksius), ditandai dengan viral load HIV sangat tinggi dan limfosit T CD4 menurun tajam. “flu-like syndrome" terjadi akibat serokonversi dalam darah, saat replikasi virus terjadi sangat hebat pada infeksi primer HIV. Fase ini biasanya berlangsung sekitar dua minggu sampai tiga bulan sejak infeksi awal.
Fase II (Masa Laten): Fase ini bisa disertai gejala ringan atau bahkan tanpa gejala (asimtomatik). Viral load menurun dan relatif stabil, namun CD4 berangsur-angsur menurun. Tes darah antibodi terhadap HIV menunjukkan hasil reaktif, walaupun gejala penyakit belum timbul. Pada fase ini, orang dengan HIV tetap dapat menularkan HIV kepada orang lain. Masa tanpa gejala rata-rata berlangsung selama 2-3 tahun, sedangkan masa dengan gejala ringan bisa berlangsung hingga 5-8 tahun. Fase III (Masa AIDS): Fase terminal infeksi HIV, kekebalan tubuh telah menurun drastis, nilai viral load semakin tinggi, dan CD4 sangat rendah sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik. Tuberkulosis (TBC), herpes zoster (HZV), oral hairy cell leukoplakia (OHL), kandidiasis oral, Pneumocystic jirovecii pneumonia (PCP), infeksi cytomegalovirus (CMV), papular pruritic eruption (PPE) dan Mycobacterium avium complex (MAC). Perkembangan dari infeksi HIV menjadi AIDS ditentukan oleh jenis, virulensi virus, dan faktor host (daya tahan tubuh). Ada tiga jenis infeksi HIV, yaitu: rapid progressor, berlangsung 2-5 tahun; average progressor, berlangsung 7-15 tahun; dan slow progressor, lebih dari 15 tahun setelah infeksi menjadi AIDS.
Ada banyak jalan penularan penyakit imun tubuh ini, diantaranya hubungan badan dengan penderita, penggunaan jarum suntik tanpa ganti (suntik narkoba), transfusi darah, ibu hamil pada anaknya. Diantara sekian banyak penyebab penularan HIV, yang paling sering ditemui adalah karena kontak fisik melalui hubungan badan (seks). Adapun mengapa hal ini terjadi, karena penderita berhubungan badan lebih dari satu orang. Seperti kasus di tempat asusila ataupun seks bebas dikalangan remaja dan pemuda. Jika diperhatikan lebih detail ternyata penyebab utamanya adalah karena gaya hidup yang hedon dan free life style yang dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan.
Gaya hidup mewah namun tidak sesuai dengan keadaan menyebabkan orang dengan mudahnya menggadaikan segala hal termasuk kehormatan. Pola hidup ala barat yang bebas, dimana seks boleh dilakukan tanpa ikatan pernikahan asalkan memiliki asas suka sama suka, menjadi penyebab banyak remaja kehilangan masa depan dan tertular HIV.
Adalah wajar kemudian jika penyakit ini semakin banyak dijumpai di zaman sekarang. Gaya hidup hedon dan bebas sebenarnya tidak akan pernah ada dan memicu munculnya AIDS jika keimanan dalam diri tetap ada dan terjaga. Sayangnya banyak sekali keluarga yang lalai dalam menanamkan nilai agama pada anak-anaknya. Hingga mereka tumbuh jauh dari paham religious dan menjadi indvidu yang lebih menyenangi dunia serta abai terhadap urusan akhirat. Kalaupun dari keluarga penjagaan aqidah dan akhlak sudah baik namun jika lingkungannya jauh dari agama, maka bisa jadi pengaruh buruk didapat dari lingkungan pergaulan ataupun masyarakat dimana ia berada. Dengan kata lain sebenarnya akan menjadi sulit membentuk individu dan lingkungan yang benar-benar memiliki value agama, jika tatanan (aturan) yang ada tidak menerapkan hal itu.
Pada kondisi sekarang peran negara sebagai pelindung dan penjaga rakyat sangatlah penting, kebijakan pengelolaan pergaulan dan tata cara bersikap dilingkungan umum meskinya menjadi salah satu kajian utama negara agar kasus pergaulan bebas dan gaya hidup hedon tidak muncul ditengah-tengah masyarakat. Negera yang tegas dalam pengelolaan system pergaulan bisa menjadi guard yang kuat, karena negara bisa memberlakukan sanksi bagi pelanggar aturan.
Sayangnya system yang dianut negara ini bukanlah system yang menjadikan aqidah sebagai dasar hukumnya, namun justru Sistem kapitalis berbasis liberalis yang diadaptasi oleh pemerintah. Sehingga wajar saja peran pemerintah dalam menata masalah pergaulan akan berbenturan dengan hak asasi manusia yang diagung-agunngkan oleh kaum liberal. Hubungan laki-laki dan perempuan yang meksipun bukan muhrim dianggap biasa meskipun melanggar norma, karena mereka punya hak asasi manusia. Padalah dalam Islam, Islam telah menetapkan hukum-hukum Islam tertentu yang berkenaan dengan hal ini. Hukum-hukum tersebut banyak sekali jumlahnya.
Di antaranya adalah sebagai berikut: Pertama, Islam telah memerintahkan kepada manusia, baik pria maupun wanita, untuk menundukkan pandangan Allah swt. “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,‟Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya… wallahu a'lam bishawab
Tags
Opini