Oleh : Maulli Azzura
Gagalnya bujukan untuk guru Fathur, memberikan kesempatan kepada MAR (17) murid Madrasah Aliyah (MA) Yasua, Kabupaten Demak untuk mengumpulkan tugas berujung petaka. Menurut keterangan korban, guru-guru yang lain sudah mencoba untuk membujuk korban agar memberi kesempatan kepada pelaku. Tak sampai 24 jam, MAR, pelaku pembacokan ada guru MA Yasua pun berhasil ditangkap di tempat persembunyiannya, di sebuah rumah kosong wilayah Desa Rowosari, Kecamatan Gubug, Grobogan, pada pukul 23.30 WIB. (Tribun.com 27/09/2023)
Publik kembali di buat terheran-heran dengan kelakuan siswa yang membacok gurunya tersebut. Ini tindk kekerasan yang kesekian kali dalam negeri ini. Kehormatan guru di era kapitalis sangat miris, hanya dengan beralasan HAM, manusia bisa berperilaku semaunya termasuk menuruti emosi yang memuncak hingga berujung pada tindak kekerasan yang menyakiti orang lain. Namun tidak bisa di pungkiri jika kejadian seperti ini akan terus ada di sistem kufur. Peraturan dan hukum sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan manusia jauh dari keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
Minimnya ilmu dan pendidikan menjadikan manusia hilang kontrol ketika menghadapi kemarahan dan kekesalan yang menimpa. Walhasil perilakupun tidak terkendali yang bahkan tidak memikirkan imbas dari perbuatan tersebut.
Kontrol diri yang rendah pada peserta didik dan keluarga yang tidak harmonis juga menjadi penyebab kekerasan di lingkungan satuan pendidikan. Selain itu, penyebab kekerasan pada anak dan guru adalah karena rendahnya kebijakan sekolah dan pemerintah dalam menciptakan rasa aman dan ramah serta pengawasan disiplin di satuan pendidikan. (Kompas, 10-10-2023).
Lantas bagaimana Islam memandang?. Tentu sistem kapitalis tidak akan mampu memberikan solusi tuntas terhadap kekerasan di sekolah, pun termasuk kekerasan terhadap siswa dan murid, kasus-kasus bullyng sesama pelajar sampai pada kasus siswa membacok gurunya juga tiada memberikan solusi dengan tegas. Namun bila itu terjadi dalam Islam, maka Sistem pendidikan Islam yang berasaskan akidah Islam. Dengan kurikulumnya juga bersumber dari Islam. Output-nya adalah generasi yang berkepribadian (syahsiah) Islam, yaitu pola pikir (akliah) dan pola sikapnya (nafsiah) islami. Dengan pemikiran dan sikap yang islami, maka manusia akan lebih berpikir panjang terhadap apa yang akan dilakukan, termasuk memikirkan imbas dari perbuatanya, bukan hanya di dunia melainkan imbas di akhirat kelak. Maka reel jika hanya dengan Islam lah yang akan membentuk pribadi-pribadi yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Wallahu A'lam Bishowab