Oleh : Arsyila putri
Kasus perceraian di Indonesia terbilang tinggi. Setidaknya ada 516 ribu pasangan yang bercerai setiap tahun. Di sisi lain, angka pernikahan justru mengalami penurunan. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Prof Dr Kamaruddin Amin menjelaskan, jumlah perceraian terbilang fantastis.
"Ada kenaikan angka perceraian di Indonesia, menjadi 516 ribu setiap tahun. Sementara, angka pernikahan semakin menurun, dari 2 juta menjadi 1,8 juta peristiwa nikah setiap tahun," kata dia dalam agenda Rakornas Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) 2023, di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Kasus perceraian di Indonesia kian hari semakin bertambah, tingginya angka perceraian menandakan bahwa rapuhnya ketahanan sebuah keluarga. Banyak faktor yang menyebabkan perceraian diantaranya dari total perkara perceraian, 1.533 perkara disebabkan oleh perselisihan, 1.017 perkara disebabkan oleh faktor ekonomi, dan 73 perkara disebabkan oleh salah satu pihak meninggalkan pasangan. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang memengaruhi perceraian, seperti perselingkuhan, penggunaan narkoba, dan poligami. (garut.pikiran-rakyat.com)
Penyebab paling tinggi adalah faktor ekonomi, di mana setiap individu yang akan menikah banyak yang tidak tahu tujuan pernikahan itu sendiri. Minim pula pendidikan agama yang menjadi dasar pondasi sebuah keluarga. Sehingga mudah tergoda oleh kenikmatan dunia. Di tengah kondisi hari ini yang serba sulit membuat para keluarga hanya fokus pada urusan untuk memenuhi kebutuhan hajat duniawi.
Kehidupan pernikahan adalah ibadah terlama tidak cukup hanya dengan edukasi pra nikah, ditambah lagi banyaknya para kaum muda yang mengajukan dispensasi nikah karena dipersulitnya pernikahan di bawah umur. Banyak para calon pasutri yang menikah dini karena sudah terlanjur hamil di luar nikah, atau menikah hanya sebatas mengakhiri masa lajang. Ini lah yang mengakibatkan rapuh nya ketahanan para pasutri yang apabila terkena masalah akan terjadi KDRT dan jalan pintas nya adalah bercerai. Akibatnya akan berdampak pada para generasi anak terlantar, stunting, dan kurang kasih sayang orang tua.
Maju dan makmur nya suatu negara dimulai dari sebuah keluarga, sebaliknya hancurnya sebuah keluarga pasti hancur pula negara tersebut. Begitu pentingnya peran sebuah keluarga untuk menghasilkan para generasi penerus sebuah bangsa, bagaimana akan menghasilkan generasi unggul apabila ketahanan dalam sebuah keluarganya saja rapuh? Sistem kapitalisme saat ini lah yang menjadi akar dari setiap permasalahan, dengan berasaskan pemisahan agama dari kehidupan atau sekulerisme menjadikan sistem ini mampu merubah pemikiran dan sikap individu, keluarga dan masyarakat jauh dari tsaqofah agama Islam. Barat menjadi kiblat sistem ini yang menjunjung tinggi liberalisme.
Islam Menjamin Ketahanan Keluarga
Pernikahan adalah sebuah ibadah terlama, dimana setiap detik, menit, dan jam nya adalah ibadah untuk meraih ridho Allah SWT. Maka sistem negara dalam Islam akan mewajibkan setiap individu nya untuk menuntut ilmu agama. Dengan berlandaskan akidah Islam dan tsaqofah Islam suatu keluarga seharusnya memiliki visi misi akhirat, mencetak para generasi shalih shalihah pemimpin peradaban Islam. Islam juga agama yang mengatur kehidupan individu, keluarga dan negara memastikan setiap keluarga terpenuhi sandang, papan, dan pangan. Menjamin kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan.
Sudah di contohkan oleh Rosullulahu SAW suri tauladan yang baik saat menjadi kepala keluarga dan pemimpin dalam sebuah negara. Akan terwujud apabila diterapkan nya Islam Kaffah dalam daulah khilafah.
Wallahua'lam bhisawabb.
Tags
Opini