Oleh : Nur Arofah (Aktivis Muslimah)
Sejak tahun 2015 setiap tanggal 22 Oktober di peringati sebagai Hari Santri Nasional, Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia. Generasi pejuang diharapkan adalah para santri yang tersebar sebanyak 36.000 pondok pesantren di seluruh nusantara, santri menjadi garda terdepan dengan seruan resolusi jihad.
Santri menjadi harapan ketika negeri ini menghadapi penjajahan sekutu yang kembali bercokol di nusantara, dengan seruan resolusi jihad di maklumkan oleh KH.Hasyim Asy'ari dengan kekokohan akidah mempertahankan tanah kelahiran mengusir para penjajah di Jawa Timur dan Surabaya khususnya. Kiyai dan santri bergerak berjuang dengan jihad yang hukumnya wajib, dan matinya adalah syahid hingga presiden Jokowi menetapkan tanggal 22/10 menjadi Hari Santri Nasional.
Dilansir website Kemenag.RI(22/10/23). Dalam upacara Hari Santri Nasional di Surabaya pada hari Ahad(22/10/23), Jokowi menegaskan kembali. Bahwa santri merupakan pilar dan pondasi kekuatan serta kekokohan bangsa, dan sudah dibuktikan sejak zaman perjuangan melawan penjajah. Tema yang diusung tahun ini adalah “Jihad Santri Jayakan Negeri”.
Melencengkan Makna Jihad
Jihad makna hakikinya, sudah banyak dikaburkan, pada rezim sebelumnya ketika ada seruan satu komando dalam jihad dianggap makar. Jihad di artikan pada jihad intelektual, jihad pada khutbah sudah tidak lagi dibahas dan disuarakan khotib, bahkan di sekolah yang seharusnya masuk dalam materi fikih dihilangkan dan di masukkan hanya pada pelajaran sejarah. Hal ini sejalan dengan pendapat pengamat politik perempuan, beliau berkata “Selama ini, jihad diopinikan sebagai ajaran yang menggerakkan gerakan terorisme di dunia,” ucap pengamat politik Ir. Retno Sukmaningrum, M. T. kepada redaksi MNews pada Selasa (24-10-2023).
Di negeri ini rezim Jokowi semakin paranoid terhadap syariat Islam diantaranya seruan resolusi jihad, setelah menghilangkan materi jihad dalam fikih serta begitu khawatirnya materi ujianpun tentang khilafah dan Jihad di tingkat MA, MTS, MI dihapuskan. Maka makna jihad dilencengkan dengan proyek deradikalisasi terorisme serta mengusung moderasi beragama, hari ini khilafah dan jihad sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang, inilah yang menjadi alasan penguasa dan kroninya.
Semangat Jihad pada Makna Hakiki
Menyemangati santri dengan spirit jihad sudah tepat dan memang itu seharusnya, namun apa yang dimaknai harus betul betul syar'i. Faktanya apa yang termaksud dari ucapan menteri Agama malah mempersempitnya pada batas jihad intelektual, ketika sampai tulisan ini dibuat Palestina sedang bergolak tidak menyentuh rasa para penguasa muslim dan para santri untuk berjihad. Selayaknya seruan Allah Ta'ala dalam QS : Al Baqoroh : 216 mengingatkan penguasa untuk menyeru dan mengerahkan para santri, ulama dan juga militer kaum muslim bersatu dalam perang melawan penjajah zionis yahudi 15ra3l demi negeri suci Palestina.
Resolusi Jihad Tersekat Nasionalisme
Mirisnya negeri negeri muslim ini terpecah belah, terkotakan dengan nasionalisme membuat umat Islam terkurung. Mereka sibuk dengan urusan dalam negeri masing masing, kapitalisme mampu membuat para penguasa muslim seakan buta dan tuli dengan kondisi Palestina yang sudah ratusan ribu warganya meregang nyawa di tanahnya sendiri. Hanya kecaman dan sikap mengutuk yang dilakukan tanpa aksi nyata dari mereka para penguasa negeri muslim karena masih berada dalam belenggu kafir Barat. Tanpa satu kepemimpinan Islam dan di bawah naungan negara yang menerapkan Islam, umat Islam seperti itik kehilangan induknya terbengkalai dan tak terlindungi.
Apa yang terjadi di Palestina bukan hal baru, sudah 75 tahun lamanya mereka mengalami kedzoliman dan pembantaian di negeri mereka. Ratusan ribu korban nyawa berjatuhan, dimana Hak Azasi Manusia yang didengungkan anggota PBB, Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Cina dan Perancis? Bahkan para penguasa muslim tak berkutik dan tak bergerak untuk menyerukan jihad sedikitpun dengan aksi pembantaian warga Palestine, pejuang HAM pun tak bersuara, dimana kalian?.
Sekat nasionalisme sangat merusak tatanan ukhuwah Islamiyah, dasar ini membuat kepekaan jiwa penguasa Muslim hilang melihat saudaranya teraniaya.
Penjajahan z10n15 15rah3ll ini terstruktur dengan dukungan negara adidaya, dan persenjataan yang lengkap sehingga tidak seimbang dengan perlawanan kaum muslim gaza.
Jihad untuk Menyatukan Umat dalam Kendali Khalifah
Ironis bagi kaum muslim untuk mengirimkan pasukan tentara muslim berjihad terasa sulit, karena sekat nasionalisme. Maka untuk menghancurkan benteng bernama _Nation state_ umat membutuhkan Khalifah yang melindungi sebagai junnah atau tameng rakyatnya, Khalifah akan menyatukan seluruh dunia di bawah sistem terbaik yakni Khilafah ala minhajjinnubuwwah.
Khalifah akan menjaga, melindungi kehormatan kaum muslim serta menolong kaum tertindas di wilayah manapun. Semoga makna jihad yang benar bisa di kembalikan pada makna hakikinya, dan apa yang menjadi tujuan untuk tegaknya khilafah dapat diperjuangkan dengan sungguh sungguh, semangat berkorban dari seluruh kaum muslimin dan negeri nusantara ini khususnya. Khilafah dan Jihad menjadi solusi bagi kedzaliman para penjajah kafir Barat, bisyaroh Rosulullah Shalallahu Alaihi Wassallam bisa menjadi kenyataan.
Wallahu A'lam bishowab
Tags
Opini