BUMIKU KIAN MENGKHAWATIRKAN, ISLAM SOLUSI TAK TERBANTAHKAN





Oleh : Ummu Aqeela

Pemanasan global adalah suatu fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil dan kegiatan alih guna lahan. Kegiatan ini menghasilkan gas-gas yang semakin lama semakin banyak jumlahnya di atmosfer, terutama gas karbon dioksida (CO2) melalui proses yang disebut efek rumah kaca. Saat ini efek pemanasan global makin kita rasakan, banyak keluhan yang terlontar bahwa suhu saat ini sudah diambang normal.

Sejumlah wilayah Indonesia diprediksi bakal 'terpanggang' suhu panas hingga 40 derajat Celsius. Simak penjelasannya.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati sebelumnya menyebut suhu panas di Indonesia diprediksi bisa tembus hingga 40 derajat celsius.Menurutnya hal ini berkaitan dengan hawa panas yang melanda sejumlah kawasan di Indonesia di tengah musim kemarau.

Di sisi lain, menurutnya saat ini tren global juga menunjukkan ada peningkatan suhu di berbagai belahan dunia imbas perubahan iklim.
"Kami memprediksi dari itungan kami sampai Oktober ini dimungkinkan dapat terjadi suhu udara permukaan mencapai 40 derajat Celsius," kata Dwikorita di program CNN Indonesia Connected, Jumat (6/10).

Kota Surabaya juga diprediksi bakal 'terpanggang' cuaca panas hingga 40 derajat Celsius. Laporan Antara bahkan menyebut suhu Surabaya diprakirakan bisa menembus lebih dari 43 derajat Celsius pada pertengahan bulan ini.

Sementara, merujuk AccuWeather, suhu di Surabaya bakal tembus lebih dari 40 derajat Celsius mulai tanggal 19 sampai 22 Oktober. Rinciannya, 19 Oktober suhu diprakirakan mencapai 42 derajat Celsius, 20 Oktober (42 derajat Celsius), 21 Oktober (42 derajat Celsius), dan 22 Oktober (41 derajat Celsius).

Pemanasan global yang kita alami hari ini bukanlah tanpa sebab, bukan juga sekedar fenomena alam yang tidak busa dijelaskan alasannya. Bila kita telaah lebih jauh akan kita temukan ada keterkaitan antara pemanasan global dengan negara-negara Kapitalis dengan ideologi Kapitalisme-nya. Dan, ini merupakan salah satu bukti kegagalan dan rusaknya ideologi kapitalis dalam menjaga lingkungan hidup yang diakibatkan oleh keangkuhan mereka dalam meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.

Negara-negara maju tidak mau kepentingan politik dan dan ekonominya 'terkurangi'. Sebab, jika mereka sepakat mengurangi emisi karbon maka bencana mungkin akan dialami oleh mereka.

Fakta membuktikan bahwa industri-industri merekalah sebenarnya yang menyumbang terbesar emisi karbon di dunia. Menurut data terakhir (2007) UNDP karbon emisi per kapita dunia saat ini adalah 4,5. Dari angka tersebut ternyata AS menyumbang 20,6%, Kanada 20%, Australia 16,2%, Jepang 9,9%, dan baru sisa kecilnya disumbang oleh negara-negara berkembang.

Al-Qur’an sendiri sudah memberi isyarat mengenai bahaya perubahan iklim dan pemanasan global, seperti yang terdapat dalam surah At-Takwir ayat 6 dan surah Al-Infithar ayat 3. Dalam dua surah tersebut terdapat kata “dipanaskan” dan “dijadikan meluap” sebagai tanda hari kiamat yang sangat persis dengan fenomena pemanasan global. Kedua surah tersebut memberikan pelajaran kepada kita untuk senantiasa memperhatikan cuaca dan tidak merusak keseimbangannya.

Allah Swt. memperingatkan mengenai kerusakan yang terjadi di darat dan laut karena aktivitas manusia sendiri. Allah Swt berfirman dalam surah Ar-Rum ayat 41:

ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum : 41).

Sebagaimana isi kandungan yang terdapat dalam surah Ar-Rum ayat 41, yaitu manusia sebagai khalifah di bumi bertanggung jawab untuk menggunakan, mengelola, dan melestarikan lingkungan. Akan tetapi, penggunaan alam oleh manusia sering kali tidak dibarengi dengan kegiatan konservasi. Keserakahan manusia menyebabkan kerugian dan kesengsaraan bagi manusia itu sendiri. Contohnya, tanah longsor, banjir, pencemaran air serta kebakaran hutan. Allah Swt. membiarkan beberapa orang merasakan efek negatif dari tindakan mereka sendiri.

Menghadapi fenomena pemanasan global dan perubahan iklim. Dunia islam sebetulnya sudah mulai bergiat dalam upaya-upaya rintisan bagi perbaikan, pemulihan dan pencegahan pemanasan global. Meski dalam skala yang terbatas, setidaknya upaya ini bias menjadi bukti bahwa dunia islam juga memiliki andil dalam upaya-upaya tersebut. Namun sekeras apapun upaya yang dilakukan tidak akan maximal dan menyelesaikan ketika sistem yang dipijak tidak berpihak. Karena sistem lewat tangan yang berkuasalah yang membuat berbagai kebijakan alih alih kemajuan untuk perbaikan nyatanya kerusakan makin mendalam. Tidak adil rasanya jika bukan pelakunya namun kita yang bertanggung jawab menanggulanginya.

Karena ini adalah kesalahan sistemik lewat kebijakan kebijakan tersistem, maka butuh penyelesaian secara sistemik pula. Dan sistem yang mampu mengatasinya hanya Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah, kepemimpinan umat yang bersandarkan pada syari’at Islam secara sempurna.

Dengan sistem Islam melalui penerapan Khilafah Islamiyyah akan ada satu kepemimpinan untuk menyelesaikan problem dari akar masalah utamanya. Dengan demikian, jelaslah akar persoalan berlarut-larutnya problem pemanasan global terjadi, karena sistem kehidupan Islam tidak diterapkan.

Ada beberapa prinsip terpenting dalam Islam yang wajib diterapkan bahwa Sumberdaya alam di negeri ini termasuk hutan dan lahan gambut memiliki fungsi ekologiso dan hidrologis termasuk sebagai paru-paru dunia yang dibutuhkan oleh puluhan juta jiwa.

Karenanya, pada SDA berupa hutan dan lahan gambut merupakan kepemilikan harta milik umum. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang artinya, “Kaum muslimin berserikat dalam tiga perkara, yaitu padang rumput/hutan, air, dan api.” (HR. Abu Dawud).

Disisi lain, Negara adalah pihak paling bertanggung jawab menjaga kelestarian fungsi hutan dan lahan gambut. Rasulullah (saw.) menegaskan, artinya, “Imam adalah ibarat penggembala dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya (rakyatnya).” (HR. Muslim).
Artinya, apapun alasannya, negara haram sebagai regulator bagi kepentingan korporasi industri atau perusahaan asing yang memberikan mudharat bagi masyarakat. Sebaliknya, negara wajib bertanggung jawab langsung dan sepenuhnya dalam pengelolaan Sumberdaya Alam termasuk hutan dengan tata kelola syariat Islam.

Dengan menerapkan ini saja, perubahan iklim dan pemanasan global akan dapat dihindari. Sungguh penerapan sistem Islam akan menjadi solusi dan mendatangkan keberkahan karena datang dari Sang Pencipta Alam yang Maha Sempurna.

Wallahu’alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak