Oleh: Ai Hamzah
Kini Palestina porak poranda oleh ulah zionis laknatullah. Tak segan segan lemparan bom tercanggih menghantam bumi Palestina sehingga merenggut beribu ribu korban jiwa. Tampak mayat bergelimpangan dimana mana. Warga sipil seperti perempuan dan anak anak yang tidak berdosa menjadi korban kebiadaban zionis. Sedikit pun tidak ada perikemanusiaan, hanya nafsu yang menyelimuti zionis laknatullah yang ingin merebut tanah Palestina dari kaum muslimin.
Aliran air dan listrik yang diputus menambah penderitaan saudara muslim Palestina. Air sebagai kebutuhan hidup sehari-hari menjadi sangat langka. Begitu pun dengan listrik membuat kehidupan semakin sulit, akses komunikasi dan penerangan semakin terbatas. Tidak mudah bagi saudara kita untuk bisa bertahan hidup dalam kondisi yang mencekam dan serba terbatas.
Tapi bagi mereka hidup ditanah Palestina adalah suatu anugerah. Tanah yang diberkahi Allah itu akan mereka pertahankan sampai titik darah penghabisan. Tak gentar bagi mereka apapun yang terjadi. Tidak menjadikan kondisi ini membuat mereka bersedih karena kehilangan keluarga. Tapi mereka bersyukur ketika mendapatkan saudara, keluarga dan orang tua nya mati syahid. Mati syahid dengan kemuliaan dari sang Penggenggam dunia dan seisinya Allah SWT.
Lalu dimanakah kaum muslimin? Tidakkah kondisi ini membuat mereka tergerak untuk menolong sekedar menghibur mereka bahwa saudara muslimnya peduli? Entahlah... Mereka memilih untuk diam dan menjadi bagian penonton aksi zionis terhadap Palestina. Seakan tidak berdaya dengan sistem yang mengungkung meraka. Dunia pun bungkam seribu bahasa, meninggalkan Palestina yang berjuang sendirian.
Padahal umat Islam adalah umat yang satu. Mereka bagaikan satu tubuh. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Hujurat ayat 10.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujurat ayat 10)
Begitu pun sabda Rasulullah Saw;
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوادِّهم وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَوَاصُلِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بالحُمَّى والسَّهَر"
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam persahabatan kasih sayang dan persaudaraannya sama dengan satu tubuh; apabila salah satu anggotanya merasa sakit, maka rasa sakitnya itu menjalar ke seluruh tubuh menimbulkan demam dan tidak dapat tidur (istirahat).
Adalah 'Umar bin al-Khatthab radhiya-Llahu anhu yang pertama kali membebaskan al-Quds. Andai umat Nabi Muhammad Shalla-Llahu Alaihi wa Sallama saat ini memiliki negara dan penguasa sekelas Harun ar-Rasyid, maka dia akan memberi pelajaran kepada Israel, sebagaimana yang dilakukan kepada Nakfur
من أمير المؤمنين هارون الرشيد إلى نكفور كلاب الروم، الجواب لا كما سمعت، ولكن كما رأيت
"Dari Amirul Mukminin, Harun Ar-Rasyid, kepada Nakfur, Anjing Romawi, jawabannya tidak seperti yang kamu dengar, tetapi sebagaimana yang kamu lihat."
Ketika itu, kepala pasukan Harun ar-Rasyid sudah di depan istana Nakfur, dan ekornya di Baghdad, Irak. Nakfur menggigil ketakutan, dan akhirnya tunduk kepada sang Khalifah kaum Muslim itu. Atau ketika kehormatan wanita, keturunan Nabi dilecehkan, dia menjerit, memanggil, "Wa Mu'tashimah (Mu'tashim, di manakah Engkau)! Mu'tashim yang sedang istirahat di atas ranjangnya langsung melompat, menyiapkan pasukannya, mengepung Benteng Amuriyah, tak kurang 9000 nyawa orang Romawi melayang, 9000 lainnya menjadi tawanan, dan wanita itu berhasil diselamatkan. Mu'tashim, Sang Khalifah itu mengatakan kepada wanita itu, "Kelak aku punya alasan di hadapan Kakekmu (Muhammad)."
Lalu, apa yang akan para penguasa/negeri negeri muslim itu katakan, ketika kelak bayi, anak-anak, ibu-ibu dan rakyat Palestina yang dibombardir Israel ini mengadu kepada Allah dan Rasul-Nya?
Wallahu 'alam
Tags
Opini