Oleh: U Diar
Kawasan Gaza kembali dalam kondisi genting beberapa hari terakhir. Ribuan korban jiwa berjatuhan, dan di antara mereka didominasi oleh rakyat sipil. Menyadari kondisi ini, seruan agar warga Gaza keluar dari wilayahnya pun kian menggema, termasuk dari pihak Israel. Namun, kelompok Hamas menolak seruan Israel agar 1,1 juta penduduk mengungsi dari Gaza utara, menjelang kemungkinan serangan darat Israel ke wilayah Palestina padat penduduk itu.
"Rakyat Palestina kami menolak ancaman para pemimpin pendudukan (Israel) dan seruannya agar mereka meninggalkan rumah mereka dan melarikan diri ke selatan atau Mesir," kata kelompok Hamas dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Jumat (13/10/2023). "Kami tetap di tanah kami, di rumah kami, dan di kota kami. Tidak akan ada pengungsian," imbuh kelompok perlawanan Palestina itu.
Kepala biro politik dan hubungan internasional Hamas, Basem Naim mengatakan kepada Al Jazeera, Jumat (13/10), bahwa warga Palestina di Gaza tidak akan meninggalkan tanah air mereka, meskipun Israel telah menyerukan lebih dari satu juta warga sipil untuk mengosongkan bagian utara wilayah tersebut. "Kami mempunyai dua pilihan: mengalahkan pendudukan ini atau mati di rumah kami," kata Basem Naim. "Kami tidak akan pergi. Kami belum siap mengulangi Nakba lagi," ujarnya merujuk pada pengungsian massal warga Palestina ketika Israel dibentuk pada tahun 1948. [1]
Siapa yang menjamin dengan kosongnya tanah Gaza justru akan ada hasil baik bagi Palestina? Bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya? Dengan alasan penghuni sudah tidak ada, mungkin saja tanah kaum muslimin kembali berpindah tangan ke penjajah. Bukankah sejarah sudah menerangkan siapa sebenarnya pemilik asli tanah Palestina ini? Bahkan sekaliber Putin pun bisa berpendapat terkait perampasan tanah Palestina.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Israel mengambil tanah Palestina, terutama melalui penggunaan kekuatan militer. Pernyataan Putin disampaikan di forum Pekan Energi Rusia di Moskow, Kamis (12/10). Putin mengatakan, masalah Palestina adalah sesuatu yang ada di hati setiap orang yang menganut Islam. Dia menilai, umat Muslim menganggap itu semua sebagai manifestasi ketidakadilan, yang mencapai tingkat yang tidak terpikirkan. Putin mengungkapkan, awal ide mendirikan dua negara berdaulat merdeka, Israel dan Palestina tidak berjalan. Menurut dia, keputusan mendirikan dua negara berdaulat hanya dilaksanakan sebagian. [2]
Maka, kukuhnya rakyat Palestina untuk mempertahankan tanahnya sendiri adalah hal baik yang seharusnya mendapatkan dukungan. Sebab perampasan paksa atas tanah mereka merupakan kedzaliman, dan tidak dibenarkan seorang muslim diam saja atas kedzaliman yang nyata-nyata menimpa mereka. Bahkan saudaranya sesama muslim memiliki kewajiban untuk menolong saudaranya yang sedang terdzalimi. Itulah mengapa, dalam masalah Palestina ini sesungguhnya persatuan umat Islam seluruh dunia sangat dibutukan.
Persatuan yang dimaksud tentu saja bukan sebatas kekompakan menyampaian turut berduka cita atas musibah di Gaza. Bukan pula sebatas kecaman dan makian atas kebiadaban penjajah yang kian menjadi-jadi. Tidak juga berupa harapan genjatan senjata atas kedua pihak yang berkonflik. Karena dari pengalaman sebelum-sebelumnya, penjajah terbukti bebal atas yang namanya kecaman dan makian. Pun soal genjatan senjata, seakan hanya dijadikan masa rehat sejenak bagi penjajah untuk kembali mengatur tenaga guna melakukan aksi selanjtnya. Tidak heran jika penjajah itu merasa kekuatannya sudah tinggi, Palestina kembali diserang bertubi-tubi tanpa peduli korban sipil banyak berjatuhan.
Maka yang diperlukan sejatinya adalah persatuan umat Islam dalam satu komando kepemimpinan tunggal, seorang imam/khalifah yang berdaulat penuh atas kekuatan militer kaum muslimin dunia. Palestina terbukti sampai hari ini belum berhasil mengusir kaum penjajah dari Bumi Palestina. Di sisi lain, melibatkan umat Islam dari selueruh dunia untuk membantu Palestina nyatanya saat ini jelas tidak mudah.
Fakta adanya penghalang berupa sekat-sekat negara-bangsa adalah salah satu penghalang utamanya. Dan penghalang ini sengaja dibuat oleh Barat demi mencegah persatuan diraih oleh umat Islam.
Padahal jelas bahwa umat memang membutuhkan seorang khalifah, pemimpin kaum muslim sedunia. Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya: “Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakangnya kaum muslim berperang dan berlindung.” (HR Al-Bukhari Muslim). Pemimpin seperti inilah yang akan menyerukan sekaligus memimpin langsung pasukan kaum muslim di seluruh dunia untuk membebaskan tanah Palestina dan menyelamatkan kaum muslim di sana maupun di belahan negeri muslim lainnya yang sama-sama mengalami kedzaliman.
Oleh karena itu, disamping bantuan doa dan harta, mengupayakan bersatunya kembali umat Islam adalah jawaban tuntas untuk menggalang kekuatan besar guna menyelamatkan Palestina. Karena hanya persatuan umat Islam dunia dalam satu kepemimpinan saja yang akan menjadi tandingan sepadan bagi kepongahan penjajahan di sana. []
Referensi:
1. https://news.detik.com/internasional/d-6980652/israel-serukan-ngungsi-dari-gaza-hamas-rakyat-palestina-menolak
2. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20231012195213-120-1010559/putin-tanah-orang-palestina-dirampas-israel
Sumber gambar: Suara Palestina