Oleh: Rinica M
Meskipun demikian, kelompok Hamas menolak seruan Israel agar 1,1 juta penduduk mengungsi dari Gaza utara, menjelang kemungkinan serangan darat Israel ke wilayah Palestina padat penduduk itu. "Rakyat Palestina kami menolak ancaman para pemimpin pendudukan (Israel) dan seruannya agar mereka meninggalkan rumah mereka dan melarikan diri ke selatan atau Mesir," kata kelompok Hamas dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Jumat (13/10/2023). "Kami tetap di tanah kami, di rumah kami, dan di kota kami. Tidak akan ada pengungsian," imbuh kelompok perlawanan Palestina itu.
Kepala biro politik dan hubungan internasional Hamas, Basem Naim mengatakan kepada Al Jazeera, Jumat (13/10), bahwa warga Palestina di Gaza tidak akan meninggalkan tanah air mereka, meskipun Israel telah menyerukan lebih dari satu juta warga sipil untuk mengosongkan bagian utara wilayah tersebut. "Kami mempunyai dua pilihan: mengalahkan pendudukan ini atau mati di rumah kami," kata Basem Naim. "Kami tidak akan pergi. Kami belum siap mengulangi Nakba lagi," ujarnya merujuk pada pengungsian massal warga Palestina ketika Israel dibentuk pada tahun 1948. [2]
Palestina sedang berjuang sendiri mempertahankan tanahnya dari rampasan penjajah. Padahal tanah ini sesungguhnya adalah bagian dari Syam. Dalam buletin dakwah Kaffah edisi 314, dituliskan bahwa Syam adalah negeri yang terdiri dari Suriah, Yordania, Lebanon, dan Palestina (termasuk yang diduduki penjajah) saat ini. Rasulullah saw. memberikan banyak pujian pada negeri Syam. Di antaranya: “Keberuntungan bagi penduduk Syam,” Kami bertanya, “Karena apa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena para malaikat membentangkan sayap-sayapnya kepada mereka (penduduk Syam).” (HR At-Tirmidzi).
Di Palestina, sebagai bagian dari negeri Syam, juga terdapat Masjidilaqsa yang memiliki banyak keutamaan. Selain itu Al-Quds di Syam juga merupakan tanah ibu kota Khilafah. Yunus bin Maisarah bin Halbas bahwa Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, “Perkara ini (Khilafah) akan ada sesudahku di Madinah, lalu di Syam, lalu di Jazirah, lalu di Irak, lalu di Madinah, lalu di Al-Quds (Baitulmaqdis). Jika Khilafah ada di Al-Quds, pusat negerinya akan ada di sana dan siapa pun yang memaksa ibu kotanya keluar dari sana (Al-Quds), Khilafah tak akan kembali ke sana selamanya.” (HR Ibn Asakir).
Maka jelaslah bahwa Palestina adalah tanah air kaum muslim dan telah berabad-abad menjadi bagian dari wilayah Islam. Kaum muslim pun terikat dengan Palestina serta Yerusalem karena dua alasan. Pertama, wilayah Yerusalem telah menjadi bagian dari negeri-negeri Islam dengan status sebagai tanah kharaj sejak era Kekhilafahan Umar bin al-Khaththab ra. pada 637 M. Setelah peperangan yang berkecamuk selama berbulan-bulan, akhirnya Uskup Yerusalem, Sophronius, menyerahkan kunci Kota Yerusalem kepada Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. secara langsung.
Kedua, kaum muslim terikat dengan kaum Nasrani Yerusalem untuk melindungi negeri tersebut lewat Perjanjian Umariyah. Dalam perjanjian tersebut, Khilafah berkewajiban memberikan jaminan kepada kaum Nasrani baik terkait harta, jiwa, dan ibadah mereka. Khilafah juga diminta untuk tidak mengizinkan orang-orang Y4hud1 tinggal bersama kaum Nasrani dan kaum muslim di Yerusalem. Khalifah Umar kemudian menjamin tidak ada satu pun orang Y4hud1 yang lewat dan bermalam di wilayah tersebut. Perjanjian Khalifah Umar dengan kaum Nasrani Yerusalem ini mengikat kaum muslim hari ini bahkan hingga akhir zaman.
Dengan demikian aneh jika mengizinkan penjajah memiliki kuasa dan bahkan merampas tanah di Palestina. Justru langkah yang seharusnya diambil adalah menyatukan kekuatan untuk membebaskan Palestina danri penjajahan dan mengembalikannya ke pangkuan kaum muslimin. Bukankah di sana nyala perjuangan mereka tidak pernah padam? Atas dasar apa mereka dibiarkan sendirian mempertahankan tanah yang notabenenya milik kaum muslim secara keseluruhan?
Oleh karena itu, penjajah wajib diusir dari tanah Palestina. Mereka hanya bisa diusir dari tanah suci tersebut dengan mengerahkan pasukan militer. Allah Swt. Berfirman yang artinya: “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (TQS Al-Baqarah [2]: 191). Sehingga, sudah sepantasnya kaum muslim di mana pun, menyambut panggilan perjuangan dari Bumi Palestina. Jika nyala perjuangan Palestina ini dibiarkan sendirian, maka Palestina terbukti sampai hari ini belum berhasil mengusir kaum penjajah secara tuntas.
Maka agar nyala perjuangan ini terus menyala, sudah saatnya bahan bakarnya diperbesar dengan dukungan persatuan kaum muslimin di dunia yang digerakkan oleh satu kepemimpinan tunggal, yaitu khalifah. Rasululullah bersabda: “Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakangnya kaum muslim berperang dan berlindung.” (HR Al-Bukhari Muslim). Kendali kepemimpinan ini akan menghimpun kekuatan besar yang berdaulat untuk membabat pejajahan yang menimbulkan penderitaan panjang bagi saudara-saudara muslim di sana.[]
Referensi:
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20231014230428-120-1011365/kemkes-palestina-2-ribu-warga-tewas-9-ribu-luka-oleh-serangan-israel
https://news.detik.com/internasional/d-6980652/israel-serukan-ngungsi-dari-gaza-hamas-rakyat-palestina-menolak