Oleh. Lilik Yani
Allah tak pernah menzalimi hambaNya. Allah akan mencukupi kebutuhan hambaNya. Allah hanya ingin memberikan terbaik untuk hamba yang dicintaianya yaitu manusia. Tapi mengapa ada umat kelaparan? Adakah karena Allah tak suka, atau kesalahan sistem yang membuat hidup tak sejahtera?
Dilansir dari CNBC Indonesia - Angka kemiskinan di Indonesia pada Maret 2023 mengalami penurunan 0,21% poin terhadap September 2022 menjadi 9,36%. Namun angka kemiskinan yang turun itu tidak diiringi dengan turunnya angka ketimpangan atau gini ratio.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, angka kemiskinan yang mencapai 9,36% dari total populasi Indonesia setara dengan 25,90 juta orang.
Jumlah tersebut lebih rendah dari tingkat kemiskinan pada September 2022 yang sebesar 9,57% atau sebanyak 26,36 juta orang, juga lebih rendah dari angka kemiskinan pada Maret 2022 yang sebanyak 9,54% atau 26,16 juta orang. (18/7/23)
CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat masih ada sebanyak 25,9 juta orang miskin di Indonesia per akhir Maret 2023. Meski cukup banyak, namun orang miskin ini sudah berkurang 460 ribu orang dibandingkan akhir September 2022, yakni sebanyak 26,36 juta orang.
Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto mengatakan secara persentase jumlah orang miskin ini sebesar 9,36 persen atau turun 0,21 persen dari September 2022 sebesar 9,57 persen.
"Tingkat kemiskinan pada Maret 2023 ini mengalami penurunan atau lebih rendah bila dibandingkan kondisi September 2022," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (17/7).
Mengapa Rakyat Tak Sejahtera di negara kaya?
Taat pada perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya, merupakan kunci untuk meraih kejayaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan taat kepada Sang Khalik, maka umat Islam akan mendapat berbagai keberkahan dan kemuliaan, pertolongan, serta berbagai kemudahan dari Yang Maha Kuasa.
“Rakyat Brunei Darussalam sudah membuktikan, bahwa hanya dengan taat pada perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya secara sungguh-sungguh, umat Islam bisa berjaya, hidup makmur, penuh keberkahan dan sejahtera. Allah pasti akan menolong hamba-hamba-Nya yang bertaqwa dan taat."
Menurutnya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang hebat dan pintar jika dia tidak taat kepada Allah. Apalagi sampai ingkar pada Sang Pencipta dengan kekafirannya. Kalau ada orang-orang yang mengaku dirinya hebat, jika dia tidak taat kepada Allah, maka kehebatannya hanya sebatas di dunia saja. Di akhirat dia akan mendapat balasan dan azab dari Allah.
Banyak ayat-ayat Al Quran yang menerangkan bahwa hanya dengan taat kepada Allah, akan mendatangkan pertolongan dan mendapat kejayaan dalam hidup. Di antaranya, Surat Al-A’raf ayat 96 yang artinya, “Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi jika mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
Kemudian, dalam Surat At-Thalaq ayat 2-3, yang artinya, “Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka”.
Pada setiap mengerjakan salat lima waktu dan ditambah salat-salat sunnat, kita juga selama membaca ‘Iyya kana’budu waiyya kanasta’in’, (hanya kepada Engkau (Allah) kami menyembah dan kepada Engkau kami meminta pertolongan. Artinya, kita harus menyembah Allah dulu, baru pertolongan-Nya datang kemudian.
Faktor kemakmuran Brunei Darussalam bukan hanya karena faktor negaranya kecil dan hasil alam yang melimpah, tapi hal lain yang menunjang kemakmuran Brunai karena pemimpin dan rakyatnya cinta dan taat kepada Allah, menjunjung tinggi perintah Allah SWT.
Bagaimana dengan umat di Indonesia?
QS. An-Nahl Ayat
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرۡيَةً كَانَتۡ اٰمِنَةً مُّطۡمَٮِٕنَّةً يَّاۡتِيۡهَا رِزۡقُهَا رَغَدًا مِّنۡ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتۡ بِاَنۡعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الۡجُـوۡعِ وَالۡخَـوۡفِ بِمَا كَانُوۡا يَصۡنَعُوۡنَ
Sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (pen-duduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat.
Jika ayat sebelumnya menjelaskan hukuman bagi orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam, maka pada ayat berikut Allah menyebut balasan bagi orang yang mengingkari nikmat-Nya. Allah berfirman, "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan berupa sebuah negeri yang dahulu penduduk-nya merasa aman dari segala ancaman lagi tenteram dengan segala kesenangan hidup di dalamnya. Rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat dengan berbagai cara, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, yakni tidak menggunakannya sesuai tuntunan Allah. Karena kedurhakaan itu, Allah mengubah kondisi mereka dengan menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat."
Dalam sejarah umat masa lampau, banyak contoh-contoh yang seharusnya menjadi pelajaran bagi umat manusia sesudahnya. Satu kaum yang tinggal pada suatu negeri, semula hidup bahagia lahir dan batin, aman, dan tenteram. Mereka terpelihara dari ancaman musuh dan jauh dari bencana kelaparan dan kesengsaraan.
Allah melimpahkan rezeki kepada mereka, baik rezeki yang terdapat di negeri mereka sendiri, maupun rezeki yang datang dari luar. Semuanya itu membuat mereka hidup makmur dan damai. Namun demikian, segala nikmat Allah yang melimpah itu tidak mereka syukuri bahkan mereka menjadi kafir dan ingkar kepada-Nya.
Hidup mereka tidak lagi terikat dengan norma susila dan keagamaan. Mereka mabuk dengan kekayaan dan kemewahan sehingga lupa tanggung jawab mereka terhadap bangsa dan negara. Oleh karena itu, Allah menurunkan hukuman berupa bencana kelaparan dan kecemasan yang meliputi kehidupan mereka. itulah balasan bagi mereka.
Firman Allah swt:
"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan ingkar kepada Allah dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. (Ibrahim/14: 28-29)"
Seharusnya mereka bersyukur atas segala nikmat yang besar itu, dan tidak berbuat sebaliknya. Karena kekafiran, Allah menukar suasana aman dan tenteram lagi penuh kemakmuran, menjadi suasana kelaparan dan ketakutan.
Demikian juga keadaan kota Mekah dan penduduknya. Kota Mekah karena letaknya yang strategis, di tengah-tengah Jazirah Arab, telah menjadi kota lintas perdagangan antara bagian utara dan selatan. Tiga pasar yang termasyhur terdapat di sekitarnya, yaitu: Pasar Ukaz dekat Pasar Taif, Majannah dekat Mekah, dan dzulmajaz dekat Arafah. Pasar-pasar itu ramai dikunjungi pada bulan Zulkaidah dan Zulhijah oleh bangsa Arab dari segala kabilah.
Di samping bulan-bulan itu untuk melakukan ibadah haji di Kabah, mereka mengadakan pula bermacam-macam kegiatan, seperti berdagang dan membaca syair-syair yang indah. Kota Mekah sejak sebelum Islam sudah merupakan kota yang ramai.
Banyak orang yang berkunjung ke kota Mekah itu membawa rezeki dan kemakmuran. Al-Qur'an menceritakan letak kota Mekah yang berada di antara dua negeri yang besar yaitu Syam dan Yaman.
Firman Allah swt:
"Sungguh, bagi kaum Saba ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun."
Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Asl dan sedikit pohon Sidr. (Saba'/34: 15-16)
Bahwa kota Mekah itu negeri yang aman dan damai, dinyatakan Allah dalam Al-Qur'an dengan firman-Nya:
Dan mereka berkata, "Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." (Allah berfirman) Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al-Qashas ayat 57)
***
Ketika masih miskin, biasanya banyak syukur. Saat sudah kaya, perlahan mulai melupakan Allah, hingga menjauh dari aturan Allah. Manusia lupa jika kekayaan diraih bukan karena kerja atau usaha kita tapi karena Allah yang mengijinkan.
Untuk itu perlunya ada pemimpin yang mengatur kebijakan dan selalu mengingatkan umatnya agar senantiasa dalam ketaatan. Janji Allah, jika umat taat maka Allah turunkan berkah dari langit dan bumi.
Wallahu alam bish shawwab.
Tags
Opini