Menyoal Tren Barcode di Tengah Pemuda Muslim




Oleh : Irma Indriani



Fenomena barcode korea sudah masuk pada tataran pendidikan. Barcode korea ialah aktivitas melukai diri sendiri dengan benda tajam sampai menimbulkan luka. Seperti yang dilakukan oleh belasan pelajar sekolah dasar di Situbondo Jawa Timur, mereka menyayat tangannya dengan menggunakan cutter, silet, dan pena pemotong. Aktivitas ini dilakukan disinyalir karena mengikuti tren di sosial media tik tok.

Akibat dari fenomena ini, Dinas Pendidikan Situbondo mengeluarkan surat edaran supaya guru, dan orang tua senantiasa mengawasi anak-anaknya. Selain itu larangan untuk menjual benda tajam seperti silet atau cutter di sekolah (Kompas, 3/10).

Perbuatan menyakiti diri sendiri yang dilakukan pelajar Situbondo adalah bagian dari perasaan sakit secara psikis yang disalurkan secara fisik. Hal ini kemudian diwadahi sebagai bentuk pengungkapan perasaan yang dianggap kekinian dan trendy.

Fenomena seperti ini muncul akibat dari sistem sekulerisme atau pemisahan agama dengan kehidupan. Sistem sekuler menganggap agama hanya sebagai agama ritual saja. Sehingga dalam penyelesaian masalahnya tidak berdasarkan syariat, halal haram suatu perbuatan. Selama perbuatan itu memberikan manfaat pada diri individu maka itulah solusi yang digunakan.

Berbeda dalam Islam, perbuatan menyakiti diri sendiri adalah hal yang haram dilakukan. Perasaan sakit secara psikis erat kaitannya manusia dalam memaknai kehidupan. Dalam Islam tujuan hidup bukanlah bersenang-senang mencari kebahagian dunia semata. Meyakini bahwa perbuatan di dunia akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat, sehingga hidup yang sebentar di dunia ini dimanfaatkan dengan baik untuk beramal dan beribadah semata-mata karna Allah mengharap ridhoNya, bukan disibukkan dengan aktivitas tidak berfaedah lainnya.

Lalu apakah dengan larangan menjual cutter dan silet fenomena ini  tuntas dan tidak terulang lagi? Tidak cukup, karena akar dari fenomena ini terletak pada cara umat dalam memandang kehidupan. Untuk mewujudkan kehidupan baik dan benar tentunya memerlukan kacamata hakiki yang berasal dari Sang Maha Pencipta kehidupan yaitu melalui syariat Allah SWT. Penerapan syariat Islam hanya dapat terlaksana apabila diterapkan dalam suatu sistem, yaitu sistem Khilafah Islam. Melalui penerapan Khilafah Islam umat sangat tergambar jelas dalam memandang kehidupan, sehingga tidak akan ada fenomena semacam ini. 

Wallahualambissawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak