Membangun Adab Sebelum Ilmu



Oleh : Elvita Rosalina.S.Pd.
(Aktivis Muslimah Lubuklinggau)



Seorang guru SMKN 01 Taliwang, Sumbawa Barat, NTB, dilaporkan dan dituntut Rp50 juta oleh orang tua murid karena diduga telah melakukan pemukulan terhadap muridnya tersebut. Pemukulan itu dilakukan karena muridnya tidak mau salat.(metrotvnews. 10/10/23)

Guru adalah salah satu sosok yang berperan penting di balik kesuksesan muridnya. Sudah seharusnya seorang murid untuk menghormati guru dan tidak membangkang. seorang murid bisa mendapat keberkahan dari menghormati guru.
Namun dalam praktiknya, seringkali banyak murid yang melawan ketika diberi nasihat-nasihat baik oleh gurunya. Padahal nasehat-nasehat itu bisa jadi menjadi jalan menuju kesuksesannya.

Peristiwa merupakan ketidak cocokan antara wali murid dengan guru dalam perkara pemberian sanksi, dikarenakan murid membangkang terhadap seruannya untuk melakukan sholat berjamaah. Padahal tindakan yang dialkukan guru ini adalah untuk kebaikan muridnya.
Namun sayangnya wali murid punya penilaian yang berbeda, sebaiknya wali murid  lebih dewasa dalam mendengarkan curhatan anaknya lalu melakukan tabayyun (klarifikasi), bukan emosional yang dikedepankan.  

Disini terlihat tidak ada lagi sikap mengedepankan konfirmasi (tabayun), saling percaya, berbaik sangka, berdialog antara guru dan orang tua. Ada kesenjangan sikap yang ditujukan kepada guru. Apalagi jika status guru adalah honorer, semakin berkurang nilainya dihadapan murid maupun wali murid. Ketika mereka berhasil mendidik jasa mereka sering dilupakan, namun ketika sedikit berbuat salah urusannya langsung dengan pihak kepolisian.
Jika emosi yang dikedepankan.
akibatnya bisa merusak reputasi wali murid, guru atau sekolah, bahkan harga diri murid.

Hari ini dalam proses pendidikan terhadap murid para guru merasa disandera oleh UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Lewat UUPA ini Tak terhitung lagi kasus yang menimpa satu persatu guru di negeri ini. Persoalannya remeh, hanya sekadar mengingatkan, menjewer, mencubit, mencukur rambut dan sebagainya.

Para guru tersebut biasanya diadukan ke aparat kepolisian karena melanggar Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA) dalam praktiknya justru berfungsi sebagai “Jebakan Batman,” yang menyandera dan menjadi alat untuk melakukan kriminalisasi bagi para guru. mAkhirnya guru menjadi dilema, kurang tegas, dan membiarkan  para murid yang bermasalah atau tidak disiplin. Serta berakibat  rendahnya wibawa guru dihadapan mul dunia pendidikan  diera kapitalisme sekulerisme. Pasalnya tolak ukur  keberhasilan para murid hanya sebatas nilai akademik bukan terletak pada pembentukan kepribadian. Selama kapitalisme sekulerisme menjadi nilai konstan sebagai kiblat dunia pendidikan maka kini dan nanti akan semakin pekat  krisis adab.

Dalam Islam suatu keharusan bagi murid untuk  memuliakan guru dan  ada adab dalam menuntut ilmu. Baik anak, Ibu, Ayah dan siapa pun perlu menjaga adab kepada guru. Menurut  Syekh Burhânuddîn Ibrâhim al-Zarnûji al-Hanafi. “Ketahuilah, sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali dengan memuliakan ilmu beserta ahlinya, dan memuliakan guru". ( `lim al-muata'llim)
Pesan ulama ini  bisa menjadi bahan refleksi untuk para pencari ilmu bahwasanya sia-sialah waktu yang habiskan dalam menuntut ilmu jika pada akhirnya ilmu yang diperolehnya tidak berbekas. Karena adanya kelalaian dalam menjaga adab kepada guru atau  sebagai orang tua yang tidak beradab kepada guru sehingga anak-anak pun menjadi kehilangan adab kepada gurunya.

Rasulullah ﷺ bersabda,

ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama.”(HR Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).

Diriwayatkan oleh Al-Imam Baihaqi, Umar bin Khaththab mengatakan,

تواضعوا لمن تعلمون منه

“Tawaduklah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”

Dari hadist diatas  pada hakikatnya ilmu akan bermanfaat jika diikat oleh tawadu' dan  bersyukur  pada kehadiran guru dengan memberikan haknya. Maka Guru adalah mimbar cahaya dalam meraih keberkahan dunia dan akhirat. Sejatinya tolak ukur  keberhasilan dalam dunia pendidikan Islam adalah mencetak murid yang berkepribadian islam.

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak