Oleh : Nurfillah Rahayu
( Forum Literasi Muslimah Bogor)
Kemarau panjang yang terjadi beberapa bulan terakhir melanda sebagian besar wilayah di Indonesia ini menyebabkan kekeringan dan kesulitan air bersih.
Seperti dilansir dari cnnindonesia.com (1 Oktober 2023) Indonesia masih terancam kekeringan pada Oktober, bulan yang diprediksi jadi puncak kekeringan ketiga pada 2023 imbas efek El Nino.
Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), beberapa wilayah akan mengalami curah hujan bulanan rendah antara 0-100 milimeter per bulan Agustus, September, dan Oktober.
Efeknya, kekurangan air bersih, kebakaran hutan dan lahan meluas, polusi udara makin pekat, hingga gatal-gatal akibat kulit kering.
Di wilayah kabupaten Bogor saja, terhitung sejak 3 Mei 2023 hingga 2 Oktober 2023 BPBD mencatat ada 37 Kecamatan yang terdampak kekeringan hingga krisis air bersih.(metropolitan.id/ 3 Oktober 2023)
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan, puncak kemarau terik di Indonesia akan terjadi pada Oktober 2023.
“Akibat pengaruh dari fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) membuat musim kemarau bergeser ke Oktober.”
Kedua fenomena osilasi suhur air permukaan laut El Nino di Samudera Pasifik dan IOD di sebelah barat Samudera Hindia, menyebabkan negara yang terletak di garis khatulistiwa seperti Indonesia merasakan dampak cukup masif,” kata Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan dalam keterangannya, Selasa 3 Oktober 2023.
Dia membeberkan, sejumlah daerah di Indonesia yang diprediksikan mengalami suhu panas ekstrem seperti Kota Surabaya dengan suhu tertinggi 43 derajat celcius. (radarbogor.id/4 Oktober 2023)
Cuaca ekstrim yang terus berkepanjangan saat ini, merupakan akibat buruk perbuatan manusia. Maraknya industri yang tak memperhatikan lingkungan, konsesi hutan dan perambahan hutan. Semua ini hanya ditujukan untuk mendapatkan keuntungan materi. Sementara kelestarian lingkungan diabaikan.
Padahal perkiraan cuaca ekstrim telah diperkirakan sebelumnya. Seharusnya negara tanggap dan sesegera mungkin melakukan mitigasi bencana kekeringan. Namun sayang, kebijakan yang kini diterapkan justru jauh dari harapan masyarakat.
Inilah bukti buruknya tata kelola sistem kapitalisme yang hanya mengutamakan keuntungan korporasi oligarki. Konsep ini pun diperparah dengan gaya kepemimpinan ala sekulerisme, yang menjauhkan prinsip kepemimpinan dari aturan agama. Alhasil, kebutuhan rakyat tidak dianggap sebagai hal yang mendesak.
Untuk itu dibutuhkan sistem yang pantas. Yaitu sistem islam yang selalu memberikan solusi dari setiap permasalahan rakyat.
Islam dengan sistem khilafahnya akan berfungsi sebagai perisai dan pelindung umat, akan memimpin seluruh rakyatnya untuk berdoa dan memohon kepada Allah SWT, dengan mendekatkan diri kepadaNya, meninggalkan kemaksiatan dan menutup tempat-tempatnya, baik melalui shalat istisqa’, anjuran untuk berdoa dan mendoakan di hari, waktu dan tempat yang mustajab agar Allah menurunkan hujan untuk kemaslahatan umat. Tentu saja akan memberikan kebijakan-kebijakan yang memanusiakan manusia n melestarikan lingkungan.
Ini pernah terjadi di masa Nabi saw. Ketika Madinah mengalami kekeringan, masyarakat datang menghadap Nabi sebagai kepala negara untuk berdoa, agar Allah menurunkan hujan. Nabi saw. Pun mengajak penduduk Madinah untuk melakukan shalat istisqa’ di lapangan, yang kini dibangun Masjid Ghamamah. Setelah itu, hujan pun turun tak henti-henti sepanjang hari, sampai mereka pun datang kembali kepada Nabi saw. Untuk berdoa, agar hujan berhenti.
Seperti dalam Quran Surat Al- A’raf Allah SWT berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [TQS. Al-A’raf: 96].
Bencana yang datang silih berganti di negeri ini bisa jadi disebabkan karena negeri ini telah mendustakan ayat-ayat (hukum) Allah dan lebih memilih menerapkan hukum-hukum kufur kapitalisme, liberalisme. Karenanya, negeri ini selalu dihadapkan dengan masalah yang tanpa ada solusinya, kalaupun ada, solusi tersebut akan selalu memunculkan masalah yang baru.
Sungguh sangat disayangkan negeri yang mayoritas muslim , pemimpinnya pun muslim, menjadi negeri yang terpuruk dengan berbagai masalah yang tidak terselesaikan. Padahal umat Islam adalah ‘kuntum khaira ummat’, pernah tercatat sebagai kiblatnya peradaban dunia. Tetapi karena umat ini mencampakkan Islam dan menghamba pada hukum dan negara kufur maka seperti inilah akibatnya.
Oleh karena itu, jika ingin mengembalikan pada keberkahan yang akan dilimpahkan Allah dari langit dan bumi, maka tiada hal lain selain kembali pada syariah Allah, pemimpinnya menerapkan hukum-hukum Allah dalam naungan sebuah negara seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW yaitu negara Khilafah.
Wallahu a’alam bisshowab.