Penulis : Tri Laili, S. Pd
(Aktivis Dakwah Lubuklinggau )
Anak-anak idealnya ditempa agar menjadi generasi penerus yang handal dan mumpuni demi kelangsungan kehidupan masyarakat pada masa mendatang. Namun, melihat potret buram dunia anak saat ini tampaknya Harapan itu sulit terpenuhi. Bagaimana tidak anak-anak kita saat ini hidup di tengah-tengah kondisi yang jauh dari kata ideal bagi tumbuh kembang fisik dan mentalnya bahkan berbagai ancaman siap menerka dan menggilas mereka. Sekolah yang menjadi salah satu tempat menimba ilmu pun harus menjadi ancaman perusak generasi saat ini, sehingga mereka harus menghadapi situasi tindakan kriminal oleh temannya sendiri.
Salah satu tindakan kriminal itu adalah bullying. Kasus dugaan perundungan atau bullying di sekolah di alami oleh Siswa SMPN 2 Cilacap, Korban mengalami patah tulang dibagian rusuk dan korban juga mengeluh sakit di area belakang telinga serta leher akibat kekerasan fisik yang dilakukan oleh temanya. (Liputan6.com, 29/9/2023)
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menyoroti banyaknya kasus kekerasan pada anak di lingkup satuan pendidikan berdasarkan data pusat data dan informasi KPAI hingga 31 Maret 2023 pada claster pendidikan KPAI menerima 64 aduan kekerasan terdapat terhadap anak di satuan pendidikan bentuk aduan kekerasan yang terjadi pada satuan pendidikan antara lain kekerasan fisik bullying, perundungan, (tirto. id 2023). Ini menunjukan Indonesia sedang darurat bullying, Perundungan kian hari seolah menjadi ancaman bagi anak-anak.
Pada sistem kapitalis kasus pembullyan tidak ada standar jelas untuk uqubat dengan alasan masih dibawah umur, yaitu anak di bawah 18 tahun. Hal ini menyebabkan para pelaku kriminal di bawah usia ini berani melakukan kesalahan. Karena mereka memahami bahwa tidak ada konsekuensi yang signifikan bagi mereka setelah melakukan tindakan kriminal. Selain itu, anak begitu mudah membully karena contoh dari eksternal. Misalnya, tontonan dari internet bahwa pembullyan itu dipastikan sebagai posisi yang punya kekuatan dan mereka menjadikan itu dunia nyata. Serta kebijakan negara yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi maraknya perundungan. Penerapan sistem sekulerisme yang menghasilkan kurikulum pendidikan tegak di atas sistem yang salah.Dimana kurikulum yang ada saat ini hanya mengutamakan skill untuk bekerja, serta hanya memandang nilai sebagai standar keberhasilan. Namun melupakan akhlak dan perilaku anak sebagai salah satu yang paling utama dalam pendidikan. Umat harus memahami bahwa kehidupan yang diatur oleh sistem sekulerisme kapitalisme akan gagal mencetak generasi yang berkepribadian islam.
Bagaimana islam menyelesaikan masalah ini?
Untuk mewujudkan generasi yang berkepribadian Islam maka harus menjadikan aqidah islam sebagai landasan dasar paling utama dalam pendidikan. Pada masa kejayaannya, islam tampil sebagai peradaban dunia yang melahirkan begitu banyak individu yang memiliki kepribadian islam, berakhlak serta sangat unggul dalam ilmu dunia.
Maka ada 4 faktor yang menjadi kunci kesuksesan tersebut:
1. Keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan yang menjadi benteng dari perilaku jahat dan sadis. Seseorang yang memahami Islam dengan benar akan menjauhkan dirinya dari perbuatan tercela ia menyadari konsekuensi sebagai hamba Allah adalah menaati seluruh perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
2. Penerapan sistem pendidikan Islam akan melahirkan individu berkepribadian dan berakhlak mulia secara komunikasi. Negara menerapkan sistem pendidikan ini di semua jenjang sekolah dan satuan pendidikan.
3. sistem pendidikan yang baik akan menghasilkan output generasi yang tercetak juga. Disisi lain negara harus menutup akun konten berbau kekerasan dan pornografi yang bertebaran di media sosial. Landasan Aqidah Islam pola asuh orang tua dalam mendidik juga akan berubah suasana keimanan akan terbentuk dalam keluarga ketika anak memperoleh perhatian dan kasih sayang orang tua. Anak tumbuh menjadi pribadi yang hangat peduli sesama.
4. Penerapan sistem pergaulan sosial berdasarkan syariat Islam akan melahirkan masyarakat Islam yang bertakwa membangun masyarakat dengan budaya Amar ma'ruf nahi munkar. Aktivitas dakwah akan menjadi karakter bagi setiap individu yakni tidak akan menoleransi tindakan apapun yang bertentangan dengan syariat Islam termasuk perundungan. Demikianlah mekanisme Islam melahirkan generasi hebat dunia unggul dan tak tertandingi selama kurang lebih 13 abad menjadi umat terbaik dengan peradaban terbaik. Generasi terjaga dari bullying dan segala kerusakan lainnya. Hal ini bukan sekedar konsep tapi membutuhkan sinergi semua pihak agar realisasi dalam kehidupan.
Wallahu a'lam bish-shawwab.
Tags
Opini