Oleh Riska Bintu Abdulluah
Dampak buruk karhutla mengancam kestabilan kesehatan masyarakat, bahkan berdiam di rumah pun tidak membuat masyarakat aman. Ditambah kebutuhan hidup yang setiap hari selalu menuntut tuk dipenuhi.
Dikutip dari CNNIndonesia (02/10/2023), Wakil Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK) Alue Dohong mengungkapkan kondisi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Selatan semakin parah. Ia juga menyebutkan bahwa di wilayah kabupaten Banjarbaru dan Banjarmasin udara sudah sangat tidak sehat dan serangan ISPA meningkat.
Karhutla di Kalsel tahun ini dikatakan terburuk di tiga tahun terakhir belakangan, penanganan langsung pun telah dilakukan, setiap hari mobil-mobil pemadam berkeliaran bolak-balik menjemput-antar air yang juga sudah sulit didapatkan tuk memadamkan api, bahkan helikopter pemadam pun selalu terlihat berseliweran membawa tong-tong berisi air. Namun tak semudah itu memadamkan api di wilayah bertanah gambut, titik api tak ditemukan maka asap akan kembali berubah menjadi nyala api yang membakar.
Dampak buruk asap karhutla pun kian parah, hingga oleh pemerintah kota Banjarmasin dikeluarkan surat edaran diberlakukannya PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh bagi murid-murid sekolah tingkat TK, SD, SMP negri maupun swasta, yang mulai di berlakukan sejak tanggal 4 Oktober. Selain itu, ribuan masker pun dibagikan dengan harapan dapat meminimalisir terhirupnya asap pembakaran kedalam paru-paru masyarakat, khususnya pada saat kabut sedang tebal-tebalnya.
Tapi apa mau dikata, di tengah sibuknya masyarakat dengan aktivitas kerja, sekolah dan rutinitas harian, mereka harus bertahan dengan asap tebal dan kadang menyengat, dan ini berulang setiap tahunnya. Pemerintah pun telah mengambil beberapa langkah penanganan, dari memadamkan dan mencari titik api hingga pembagian masker sebagai solusi praktis. Namun seharusnya tak berhenti di sana, karhutla tak boleh dianggap sebagai fenomena tahunan dan masyarakat diharuskan siap dengan keadaan seperti ini setiap tahunnya.
Harus ada solusi fundamental yang mampu mencerabut masalah karhutla hingga ke akarnya, hingga walau cuaca sedang terik di musim panas yang panjang dan angin berhembus kencang, api tak lagi menjalar di hutan-hutan apalagi seperti hutan bakau bertanah gambut yang sangat sulit ditemukan titik apinya, karena negara telah menanggulangi terjadinya kebakaran dan pembakaran hutan sebelumnya.
Hal yang demikian tentunya tak mudah, harus dimiliki olehnya (negara) kemerdekaan dari penjajahan dan penjarahan, dia harus adikuasa terhadap wilayahnya, tak gentar dan tak terikat perjanjian rusak dengan asing. Modalnya pun tak sedikit, hingga segala sarana prasarana termasuk penyediaan para ahli terdidik dan berpengalaman mampu dilengkapinya.
Pulau Kalimantan, yang katanya bagian dari paru-paru dunia kini menjadi salah satu wilayah penyumbang asap terbesar di paru-paru penduduknya, bahkan ke pulau dan negri-negri tetangga. Padahal tak dapat dimungkiri, kekayaan Kalimantan sejatinya mampu dijadikan modal tuk menjaga kestabilan kesehatan masyarakat dengan menanggulangi bencana asap, bukan hanya untuk Kalimantan tapi Indonesia bahkan dunia. Tapi tentunya bila negaranya adikuasa terhadap negerinya, sumber daya alam di kelolanya dan dikembalikan manfaatnya untuk kemaslahatan ummat. Bila tidak? Yah begini lah jadinya, kalang kabut memadamkan api dan mencari titik-titik api hingga berbulan-bulan, masyarakat dipaksa menghirup asap tebal dan bersabar berulang kali mengidap ISPA.
Tidak bisakah sebuah negara lepas dari jeratan penjajahan secara nyata dan kemudian mengelola kekayaannya sendiri? Nyatanya benar tidak bisa, apabila sebuah negara masih menerapkan atau membuntut pada akar/ideologi yang menjadikan manusia sebagai pembuat hukum, kemudian menjauhkan agama dari kehidupan perpolitikan. Sistem politik rusak bernama demokrasi. Yang sampai kapanpun tak akan pernah cocok dengan Islam sebagai agama sekaligus ideologi yang menjadikan Allah satu-satunya pembuat hukum.
Demokrasi tidak akan menerima itu, sebab baginya suara rakyat adalah suara tuhan yang harus diindahkan dan di wujudkan. Meski itu hanya sebuah slogan kosong, tapi nyatanya mampu membuat ummat Islam tertidur dan dibuat terbiasa dengan kezaliman.
Islam tak demikian, dibuatnya para penguasa takut Tuhannya, diberikannya pula paket lengkap panduan dan aturan berkuasa dimuka bumi dengan keimanan. Keamanan dan kesejahteraan tak layaknya sebuah sajian hari-hari bagi rakyat. Para penguasa pun tak kelimpungan dengan besarnya modal, sebab modal dari alam yang dikelolanya secara mandiri dan merdeka sudah lebih dari cukup untuk memenuhinya.
Semoga negri ini kelak menjadi bagian yang tersisa dari kekayaan alam dunia tuk kehidupan yang sejahtera setelah datangnya masa itu, dan menjadi saksi yang akan membandingkan masa ini dan masa setelah kejayaan Islam yang dijanjikan itu datang.
Wallahu a'lam bissawab.