Oleh : Hasna Hanan
Zamrud khatulistiwa, julukan ini disematkan karena kekayaan alam Indonesia yang melimpah dan memukau serta letak geografisnya yang dilintasi garis khatulistiwa, negri yang gemah Ripah loh Jinawi , Memang demikian adanya, tanah Indonesia memang subur karena dia terletak di garis ekuator sehingga secara otomatis disinari matahari sepanjang tahun, membuat tinggi penguapan yang akhirnya menciptakan curah hujan yang tinggi, dan siap ditanami apapun tanaman tropis, walaupun secara fakta tentunya tidak cukup sampai di sana. Suburnya tanah Indonesia seperti halnya hamparan kain sutra yang indah yang perlu dijahit dan ditata oleh tangan-tangan ahli sehingga menjadi pakaian yang bagus, indah dan bermanfaat.
Inilah Indonesia yang tidak akan diragukan lagi dari sisi pertaniannya, belum dari ternaknya yang akhir-akhir ini menerima penghargaan dari
Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal menyampaikan secara langsung letter of appreciation atau surat penghargaan kepada Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia. Melalui surat penghargaan tersebut, FAO menilai Indonesia telah memberikan hasil dan kemajuan luar biasa dalam memperkuat sektor kesehatan hewan dan sistem pangan Indonesia.
“Kami berterimakasih kepada Menteri Pertanian Indonesia yang telah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa,” ungkap Rajendra saat hadir pada acara puncak peringatan Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan ke 187 di Asrama Haji Donohudan-Boyolali Jumat (22/09).
Lebih lanjut Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyampaikan, bahwa dunia saat ini dihadapkan pada tantangan serius yaitu ancaman El Nino dan perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan.
Oleh karenanya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah menyampaikan, untuk mitigasi dampak el nino dan ancaman krisis pangan global, Indonesia harus menerapkan sistem pertanian terintegrasi dari hulu-hilir, melalui sinergi dengan berbagai pelaku usaha dan juga mengajak para peternak Indonesia memperkuat hilirisasi pangan asal ternak sebagai kekuatan utama masa depan bangsa. Ajakan itu disampaikan Mentan pada puncak peringatan bulan bhakti peternak dan kesehatan hewan ke-187 di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah,
"Saya berharap ekspor hilirisasi harus bergerak ke depan. Kita punya tepung telur segera ekspor, nugget segera ekspor. Kita punya pabrik ayam banyak. Apalagi ayam kita sudah diterima di Arab dan negara-negara lain," kata dia.
Yang jelas, sektor pertanian merupakan sektor strategis yang berpotensi menjadikan Indonesia sebagai negara kuat, terutama dalam menghadapi krisis dan El Nino. Apalagi selama empat tahun terakhir pertanian selalu tumbuh dan mampu menjadi bantalan ekonomi nasional.
"Kami akan mengembangkan komoditas ternak prioritas berbasis korporasi, presisi dan terintegrasi melalui sinergi pelaku usaha dengan program penyediaan ternak 10 juta ekor melalui pengembangan kambing/domba, itik dan ayam," jelasnya.
Fakta hilirisasi peternakan lokal
Apa itu hilirisasi, yaitu proses atau strategi suatu negara untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Dengan hilirisasi, komoditas yang sebelumnya diekspor dalam bentuk mentah atau bahan baku, sekarang diolah lebih dahulu menjadi barang setengah jadi atau jadi. Adapun tujuan utamanya adalah membesarkan nilai ekspor yang harapannya akan memajukan perekonomian.
Sungguh ironi kesempatan peternak untuk mendapatkan ekonomi lebih baik, selalu diganjal dengan masih sulit dan mahal dalam mendapatkan fasilitas kemudahan mengelola ternaknya, sebab proses dari hulu itu tidak seperti apa yang mereka harapkan, pihak-pihak korporate dari dulu sudah berperan menguasai sektor hulu ini untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan peternakan, seperti perusahaan pakan ternak yang diproduksi pihak swasta.
Di Indonesia sendiri setidaknya ada empat perusahaan besar yang bergerak di bidang pakan ternak, yaitu Charoen Pokphand Tbk., Japfa Comfeed Tbk., Malindo Feedmill Tbk., dan Sreeya Sewu Indonesia Tbk. Seluruhnya merupakan perusahaan swasta, bahkan banyak yang berkantor di luar negeri.
Seluruh pengusaha tersebut tidak mungkin mau rugi menjalankan usahanya. Mereka mencari untung, jadi tidak mungkin akan menjual pakan ternak dengan harga murah. Karena prinsip ekonomi yang dipakai mengeluarkan modal sekecil-kecilnya untuk laba yang sebanyak-banyaknya. Mereka, sebagai pengusaha besar akan mementingkan keuntungan pribadi sehingga secara mudah dapat menentukan patokan harga.
Program hilirisasi tampaknya sebuah terobosan yang akan mengubah perekonomian rakyat terutama sektor peternakan dan pertanian, akan tetapi adanya hambatan dan rintangan juga masih banyak menghadang, kalaupun berhasil itu tidak sepenuhnya bisa dirasakan para pengusaha UMKM karena Kalau kita bicara masalah ekspor, komoditas yang ada perlu bersaing dengan produk negara lain. Itu butuh persiapan yang besar, seperti butuh standardisasi yang ditopang oleh riset, teknologi, promosi, bahan baku yang biaya produksinya mahal (misal pakan), dll. Bagi perusahaan kecil setingkat UMKM, tidak mungkin dapat menyiapkan sendiri. Kalaupun ada keuntungan yang didapat, besarnya tidak seberapa.
Islam solusi kapitalisasi sektor industri peternakan
Pemerintah sebagai pihak yang mengurusi urusan kesejahteraan rakyat harusnya menjadi junnah atau pelindung bagi para pengusaha kecil sektor hilir, jika memang menginginkan industri hilirisasi peternakan ini berhasil, namun pada faktanya ekonomi kapitalisme menunjukkan bahwa pemerintah hanya berada posisi sebagai regulator, yaitu sekadar membuat regulasi antara pengusaha dan masyarakat. Dengan adanya perusahaan besar tadi, pemerintah sebenarnya mengambil untung dengan menarik pajak. Inilah yang terjadi pemerintah tidak berdaya melindungi rakyatnya dibawah cengkeraman swasta kapitalis, sistem aturan kapitalisme telah membiarkan dan memberikan kebebasan mereka menjadi pengatur negeri ini.
Berbeda dengan sistem hidup Islam dalam melindungi rakyatnya akan berdasarkan pedoman landasan Aqidah Islam, bahwa seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap rakyat yang dipimpinnya dihadapan sang Kholiq Allah azza wa Jalla. Islam akan menjadikan ketaqwaan individu berkolerasi dengan sistem aturan yang diterapkan dalam masyarakat sehingga tidak akan ada kedzaliman terhadap rakyat. Yang ada adalah keadilan dan kesejahteraan rakyatnya dalam mengelola kebutuhan pengelolaan ternaknya dengan mudah dan murah tanpa campur tangan pihak swasta.
Sehingga Islam tidak akan membiarkan swasta menguasai bidang-bidang strategis seperti pusat pakan ternak. Islam akan memberikan perhatian khusus, seperti standardisasi riset, modal, teknologi pengolahan, hingga promosi. Semua biaya itu akan dibantu negara sehingga komoditas pangan akan mampu bersaing di kancah internasional.
Kalaupun sangat diperlukan adanya ekspor pangan maka akan terikat dengan aturan-aturan syariat, akan tetapi sebelum hal itu terjadi maka pemimpin dalam Islam diwajibkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyat, termasuk pangan. Sudahkah rakyat dapat makan dengan layak, cukup, dan bergizi?
Oleh karenanya keberadaan hilirisasi industri peternakan ini akan dikendalikan proses seluruhnya oleh negara Islam, sebab akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka
Negara mendapatkan modal tersebut dari kas baitulmal yang berasal dari pengelolaan SDA, jizyah, ganimah, fai, kharaj, dll. Umat muslim tidak perlu berpangku pada bantuan asing atau swasta. Dengan modal ini, negara bisa berdikari, membiayai komoditas pangan asal ternak agar dapat bersaing di dunia luar. Keuntungan yang diperoleh tetap akan dapat dinikmati masyarakat dan secara perlahan, kedaulatan pangan pun akan tercapai.
Inilah kehebatan sistem penerapan hukum Islam dalam menciptakan kedaulatan pangan ditengah masyarakat, program apapun yang itu demi kesejahteraan rakyat akan terealisasi berlandaskan syariat Islam dan bukan pada sistem buatan manusia yang lemah dan terbatas.
Wallahu'alam bisshawab