GENERASI MUMPUNI TIDAK MAMPU TERBENTUK SENDIRI




Oleh : Ummu Aqeela

Seorang guru Agama di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, mendadak viral usai dilaporkan pada pihak berwajib. Usut punya usut, sosok guru bernama Akbar Sarosa dilaporkan pada polisi lantaran menghukum muridnya yang tidak mau mengikuti kegiatan sholat berjamaah. Akbar Sarosa merupakan guru pendidikan agama islam (PAI) di SMK Negeri 1 Taliwang, Sumbawa Barat.

Berdasarkan informasi yang ada, Akbar dilaporkan oleh salah satu orang tua murid yang merasa tidak terima anaknya dihukum. Mulanya, murid tersebut melewatkan diri dari kegiatan sholat berjamaah di sekolah, sehingga Akbar menghukum beberapa murid. Alhasil, salah seorang wali yang tidak terima anaknya diberi hukuman, melaporkan Akbar ke pihak polisi, bahkan akbar dituntut denda sebesar 50 juta. ( https://www.jawapos.com/berita-sekitar-anda/013058202/viral-guru-agama-di-sumbawa-dituntut-rp-50-juta-dan-dipolisikan-gegara-menghukum-murid-yang-tak-mau-sholat )

Gambaran inilah yang sejauh ini menimpa kaum guru di Indonesia. Jangankan mendapat perlakuan layak di lapangan, yang justru seringkali terjadi mereka hanya didikte dan tak jarang dikriminalisasi. Ada kesenjangan sikap yang luar biasa yang ditujukan kepada mereka: ketika guru dianggap salah, urusanya langsung ke pengadilan seperti kasus diatas. Namun, ketika berhasil mendidik anak, maka penghormatan pada mereka kurang diberikan. Yang banyak justru dilupakan.

Namun ini bukanlah hal yang mengherankan ketika sekulerisme menjadi pijakan dalam segala tindakan. Sistem sekular yang memisahkan agama dengan kehidupan saat ini justru membuat keterikatan muslim dengan aturan agamanya hanya menjadi pilihan bukan kewajiban. Akibatnya upaya pelaksanaan hukum syariat dalam kehidupan umum akhirnya dianggap sebuah kesalahan. Amar makruf nahi mungkar seorang guru kepada siswa yang seharusnya diapresiasi justru dikriminalisasi. Ditambah lagi dengan orang tua yang mengedepankan emosi tanpa mendudukkan masalah sesuai porsi dan fungsi. Orang tua harus paham bahwa generasi mumpuni tidak bisa terbentuk sendiri. Untuk itu sebagai tampuk pendidikan yang utama meski bijak mengindera fakta dengan bersandar pada hukum Islam secara sempurna. Sehingga generasi emas peradaban mampu dibentuk secara maximal untuk kegemilangan islam kedepan. Dan itu membutuhkan sinergi kuat dan harmonis antara guru dan orang tua serta negara.

Di dalam Islam, guru merupakan orang berilmu yang harus benar-benar dihormati selagi apa yang disampaikannya merupakan kebenaran dan sesuai dengan yang Rasulullah ajarkan. Karena darinya, kita dapat memperoleh ilmu yang tak terbatas. Dulu bahkan, demi memperoleh sepotong hadits atau mencari ilmu lain, orang-orang rela melakukan perjalanan jauh demi dapat duduk di majlis ilmu dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya.

Harusnya sampai disini kita sepakat dengan menilik fakta diatas dan yang serupa. Bahwa sistem sekulerisme bukan habitat bagi umat Islam. Umat Islam bak ikan yang hidup di darat saat ini. Menderita dan kehilangan identitas sebagai umat yang terbaik. Umat Islam akan bisa hidup dan bisa melaksanakan ketaatan yang sempurna kepada Allah Swt. jika hidup di bawah naungan kehidupan Islam. Dan untuk itu Islam harus disatukan dengan kehidupan dengan mewujudkan institusi yang berpihak kepada Islam dan kaum muslimin. Saat hal tersebut kita wujudkan, tak akan ada lagi cerita seorang guru diberikan sanksi karena meminta siswanya untuk taat pada syariat.

Wallahu’alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak