Fungsi Keluarga Tersandera Kapitalisme





Oleh : Wulansari Rahayu
(Penggiat dakwah)


Kembali terejadi kekerasan dalam rumah tangga hingga mengakibatkan anak meninggal. Muhammad Rauf (13) meninggal dunia usai dibunuh ibu kandung sendiri di Subang, Jawa Barat. Kejadian pembunuhan Muhammad Rauf ini diungkap oleh Polres Indramayu dan Polres Subang. Ibu kandung Muhammad Rauf diduga tak bisa mengontrol emosi hingga membunuh anak kandung sendiri.(suara merdeka,12/10/2023)
Ada berbagai faktor yang berperan dalam kasus KDRT, mulai dari faktor ekonomi, emosi hingga moral dan iman. Menurut pemerhati generasi, Putri AngelinaM.Pd ,kons ada beberapa aspek yang mempengaruhi kasus kasus kekerasan yang banyak terjadi yaitu rusaknya fungsi keluarga, masyarakat, dan negara. Kerusakan tiga aspek itu dipicu oleh rusaknya pemikiran karena sekularisme. Sekulerisme kapitalisme hari  ini berperan besar dalam mengakibatkan berbagai masalah, bahkan sampai merusak fungsi keluarga.

Dari sisi keluarga disibukkan dengan aktivitas memperbaiki ekonomi keluarga. Selain itu, masyarakat makin abai dan tidak peduli dengan sesamanya, sedangkan negara di semua sektor baik pendidikan dan sosial lebih mengedepankan nilai akademik dibandingkan dengan nilai moral dan akhlak yang ada di tengah masyarakat. Keluarga sebagai miniatur kecil dalam masyarakat memiliki delapan fungsi, yakni reproduksi, ekonomi, edukasi, sosial, proteksi, rekreasi, afeksi, dan religiositas. Delapan fungsi tersebut dapat berjalan lancar apabila terjadi sinergi antara seluruh anggota keluarga, baik orang tua maupun anak.

Keluarga yang jauh dari agama membuat mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak benar karena memang tidak paham mana yang benar dan salah. Mereka juga memenuhi kebutuhan dengan cara apa saja, walau dengan mencuri, misalnya. Jika ada masalah, mereka akan menyelesaikan dengan gegabah, emosi tidak terkontrol, bahkan menuruti hawa nafsu semata. Kalau fungsi ini sudah rusak, fungsi yang lain bisa ikut rusak.

Di sekolah pun pendidikan agama  hanya dua jam sepekan. Bagaimana mungkin akan membentuk generasi yang bertakwa sesuai tujuan pendidikan nasional? Padahal tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur. 

Kurikulum pendidikan negeri ini sejatinya masih mengikuti kurikulum sistem pendidikan internasional yang menjunjung tinggi HAM, sehingga ketika generasi merasa terikat dan terpaksa dengan aturan agama maka atas nama HAM dan liberalisasi mereka bisa menggugat. Selama sistem pendidikan nasional masih mengikuti kurikulum internasional yang sekuler dan liberal maka tujuan sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan pribadi beriman dan bertakwa ibarat jauh panggang dari api.

Satu-satunya solusi atas kekerasan moral hari ini adalah dengan membangun sistem Islam. Meskipun ketakwaan individu dan kontrol masyarakat terbangun, selama sistem kehidupan kenegaraan yang berlangsung bukan Islam maka permasalahan ini tidak akan bisa tuntas diselesaikan.

Islam aturan sempurna yang sesuai dengan fitrah manusia dan menjamin terwujudnya berbagai hal penting dalam kehidupan seperti kesejahteraan, ketenteraman jiwa, terejaganya iman dan takwa kepada Allah. Dalam Islam, permasalahan kekerasan moral bukan hanya permasalahan sistem pendidikan semata, tetapi juga terkait dengan sistem lain, maka butuh sinergisitas dalam mewujudkan generasi unggul, beriman, dan bertakwa serta memiliki budi pekerti yang luhur. Kegemilangan generasi Islam tersebut terekam jelas dalam sejarah Islam dan mewujudkan kembali adalah sebuah keniscayaan. Wallualam bi showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak