Fenomena Bullying: Salah Pola Asuh?




Oleh: Siti Rasmini
(Aktivis Muslimah)

Rasulullah saw. bersabda:
 
"Sayangilah siapa yang ada di muka bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh siapa saja yang ada di langit." (HR At-Tirmidzi no. 1924).

Kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan perilaku pada anak, seperti suka mencuri, membuat onar, dan melakukan tindakan bullying. Semua hal negatif tersebut dilakukan anak bisa jadi untuk mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang di sekitarnya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat terdapat 2.355 pelanggaran terhadap perlindungan anak yang masuk KPAI hingga Agustus 2023. Dari jumlah tersebut anak korban bullying/perundungan 87 kasus (Republika.co.id, 09-10-2023)

Dari kasus bullying, terdapat 2 korban meninggal dunia yaitu siswa SD asal Kabupaten Sukabumi dan 1 orang MTs di Blitar. MenurutFederasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), angka bullying ini mengalami kenaikan yang sangat signifikan apabila dibandingkan data selama bulan Januari-Juli 2023 (Tirto.co.id, 03-10-2023).

Faktor Penyebab 

Melihat kasus bullying yang begitu marak di kalangan generasi muda, tentu kita bertanya, mengapa hal itu terjadi? Ada beberapa faktor yang mengakibatkan bullying terjadi:

Pertama, faktor orang tua. Orang tua harus menjadi teladan bagi anaknya. Oleh karena itu, orang tua akan selalu melakukan yang terbaik dan mencontohkan hal baik untuk anaknya.

Namun terkadang, orang tua tanpa sadar menjadi pengendali para anaknya (otoriter) karena merasa hanya dirinya yang dapat menentukan yang terbaik bagi anak. Tanpa ada ruang bagi sang anak untuk berpendapat dan menentukan sendiri dalam beberapa hal. Komunikasi yang kurang harmonis, memicu anak tak dihargai, disayangi dan diperhatikan. Padahal, anak butuh kasih sayang orang tua walau hanya sekadar menanyakan, 'Bagaimana sekolahnya hari ini, menyenangkan?' Atau, 'Mama mau tanya, selama ini bahagia tidak di rumah bersama keluarga?'. Kurang harmonis dalam rumah akan berdampak pada sikap anak di luar rumah. Di sinilah pentingnya pola asuh di keluarga. 

Kedua, kurangnya perhatian/empati guru pada anak didik. Tanpa disadari, mungkin ada sosok guru yang tebang pilih pada peserta didiknya dalam pembelajaran. Bagi yang memiliki kemampuan lebih, terkadang guru lebih memfokuskan pelajaran terhadap mereka. Maka out put nya tidak akan maksimal, bisa menimbulkan kecemburuan sosial.  Sementara bagi peserta didik yang kurang memenuhi standar, tidak lagi semangat melaksanakan pembelajaran karena merasa tidak diperhatikan oleh sang guru atau pendidik.

Terkadang juga ada murid yang merasa, "Kenapa diriku tidak dapat perhatian ibu atau bapak guru?" Hal ini membuat murid cenderung malas untuk mengikuti pembelajaran dan akhirnya apa yang dijelaskan sang guru tidak akan masuk dalam pikiran mereka. Akibatnya, peserta didik mengalami kelemahan dalam mengingat apa yang sudah dijelaskan pendidik atau bisa brutal di luar kelas untuk mencari perhatian. Jadi, pendidik atau guru harus profesional dalam menjalankan perannya di dalam kelas maupun di luar kelas, artinya tidak tebang pilih dalam pembelajaran. Agar tidak menimbulkan rasa iri.

Ketiga, media sosial telah menjadi tren yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini termasuk di kalangan remaja. Penggunaan media sosial di kalangan remaja menimbulkan dampak positif maupun negatif. Salah satu aspek yang dipengaruhi oleh media sosial adalah aspek perilaku sosial. Remaja sebagai manusia yang sedang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa (puber) rentan terhadap pengaruh- pengaruh negatif termasuk dari media sosial.   
 
Dampak positifnya, remaja mendapatkan banyak teman, mempererat hubungan satu sama lain. Dengan penggunaan media sosial, remaja dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan ekspresif. Selain itu, mereka juga dapat belajar tentang tata krama dan etika dalam berkomunikasi. 

Dampak negatif yang dirasakan,  penggunaan media sosial membuat remaja menjadi malas dan jarang bersosialiasi secara langsung dengan orang lain sehingga berpotensi membuat remaja menjadi pribadi yang anti sosial. Banyak konten negatif dari sosmed dan TV salah satunya kekerasan, bullying yang menjadi tren mudah diakses dan ditiru oleh remaja tanpa filter, arahan dan bimbingan orang tua. Budaya bebas membawa remaja bebas berbuat apa saja dan mengakses apa saja tanpa tahu boleh atau tidak menurut agama.

Teladan Ibunda Imam Al Bukhari dalam Mendidik 

Dalam Islam, anak merupakan titipan dan amanah yang perlu dijaga, disayangi, serta dibimbing dengan baik terutama dalam hal agama. Jadi, mendidik anak bukan semata-mata membesarkannya atau membuatnya menjadi cerdas, namun juga perlu ditanamkan akidah dan akhlak yang mulia sesuai ajaran agama.

Imam al-Bukhari misalnya, tumbuh besar sebagai seorang yatim, ibunya yang mengasuh dan membesarkannya. Ibunya mendidik dengan pendidikan yang terbaik. Mengurus keperluannya, mendoakannya, dan memotivasinya untuk belajar dan berbuat baik.

Saat berusia 16 tahun, ibunya mengajak Imam al-Bukhari safar ke Mekah. Kemudian meninggalkan putranya di negeri haram tersebut. Tujuannya agar sang anak dapat menimba ilmu dari para ualma Mekah. Dari hasil bimbingan dan perhatian ibunya, jadilah Imam al-Bukhari seperti yang kita kenal saat ini. Seorang ulama yaitu gurunya pernah mengatakan, “Tidak ada orang yang lebih hebat darinya (dalam ilmu hadits)”.

Melihat pola asuh ibunda Imam Bukhari, tentu menjadi teladan bagi kita para orang tua agar anak tumbuh besar menjadi anak yang salih, berkepribadian Islam jauh dari ucapan dan perbuatan yang buruk (bullying, dan lainnya) dan sia-sia.

Pentingnya Peran Negara 

Amar makruf nahi mungkar dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Rasulullah saw. bersabda,  "Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim).

Sangat penting saling mengingatkan dan berupaya menciptakan lingkungan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat terutama generasi muda. Allah Swt. berfirman:

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Ali Imran: 110)

Untuk mencegah akses konten negatif jagad maya, pemerintah  melakukan upaya pencegahan dengan langsung memutus situs konten yang dilarang dan berbau negatif (kekerasan dan porno). Negara hanya membolehkan konten yg baik untuk syiar dakwah dan taat.

Sangat jelas bagaimana Islam menjaga akidah umat dari bentuk apa pun yang menyesatkan, karena hal itu sangat fatal sehingga sangat penting sekali akidah umat dijaga oleh negara. Negara juga tidak akan tinggal diam terhadap siapa pun yang ingin merusak akidah umat dengan cara apa pun, dan membasmi dengan sesegera mungkin agar tidak berkembang. Sungguh, aturan Islam begitu sempurna, siapa pun yang beriman dengan benar akan merindukannya tegak kembali di muka bumi. Allahu A'lam Bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak