Oleh. Lilik Yani
Cinta harta? Boleh, asal tidak berlebihan. Jangan lupa untuk mencintai Allah dan Rasul lebih dari cintanya pada harta, demi menjalankan ketaatan kepada Allah.
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَـةً وَإِنَّ فِتْنَـةَ أُمَّتِيْ اَلْمَالُ. (رواه أحمد والترمذي والطبراني والحاكم عن كعب بن عياض)
Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat ada cobaan dan sesungguhnya cobaan umatku (yang berat) ialah harta, (HR Aḥmad, AT Tirmizi, At Tabrani, Hakim dari Ka'ab bin Iyad)
Dilansir dari JawaPos.com - Rafael Alun Trisambodo menolak menanggung pembayaran restitusi yang menjadi kewajiban anaknya Mario Dandy Satriyo kepada Cristalino David Ozora. Ayah David, Yonathan Latumahina menilai Rafael tidak berusaha menolong anaknya.
"Yang pasti, si Rafael ini lebih cinta harta dibanding anaknya yang hari ini butuh belaan dia sebagai saksi meringankan," kata Yonathan kepada wartawan, Rabu (26/7).
Kalau manusia dapat menahan diri, tidak akan berlebihan cintanya kepada harta dan anaknya, jika cintanya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada yang lain, maka ia akan mendapat pahala yang besar dan berlipat ganda.
Manusia Cinta Harta, Perhatian untuk akherat bagaimana?
Sudah menjadi sifat manusia, di antaranya adalah sangat mencintai harta. Mereka mengira bahwa harta akan dapat menyelamatkan dirinya. Selain itu, bahwa dengan harta yang melimpah, seseorang akan merasa dipandang hidupnya berhasil , semua keinginannya dapat dipenuhi, dan seterusnya.
Hanya saja kecintaan terhadap harta ternyata tidak berbatas. Sekalipun sudah berlebih, dan bahkan umur yang bersangkutan sudah disadari tidak akan bertahan lama, tetapi tidak pernah berhenti mencari harta. Terhadap harta orang serba merasa berkekurangan.
Padahal kebutuhan manusia itu sebenarnya amat terbatas, yaitu untuk konsumsi sehari-hari, membeli pakaian, rumah sebagai tempat tinggal, dan kebutuhan sekunder lainnya seperti untuk pendidikan, biaya kesehatan, rekreasi, jaminan hari tua, dan lain-lain, yang semua itu jumlahnya juga tidak terlalu banyak. Untuk memenuhi keperluan konsumsi, sebenarnya dapat dihitung, dan ternyata amat kecil. Setiap bulan, seorang hanya memerlukan beras sekitar 8 kg. Dari hitungan itu, setahun hanya perlu 1 kuintal, sepuluh tahun hanya membutuhkan beras 1 ton.
Memperhatikan hitungan tersebut, jika seseorang berusia 70 tahun, maka hanya memerlukan beras 7 ton saja. Sementara itu, jika seseorang memiliki sawah satu hektar kemudian ditanami sekali saja sudah menghasilkan berat lebih dari itu.
Kebutuhan akan harta dalam hidup ini dirasakan menjadi banyak oleh karena manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas. Manusia tidak saja berharap kebutuhan hidupnya tercukupi, tetapi keinginannya yang tidak terbatas itu juga dapat dipenuhi.
Keinginan itu tidak saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi yang lebih sulit dipenuhi adalah keinginannya menumpuk harta sebanyak-banyaknya. Padahal ketika seseorang telah menemui ajalnya, harta yang dikumpulkan juga tidak akan memberi manfaat apa-apa terhadap pemiliknya.
Kecintaan secara berlebih-lebih di dalam menumpuk harta sebenarnya selain tidak memberi manfaat terhadap dirinya, juga akan mengganggu masyarakat pada umumnya. Menumpuknya harta pada diri seseorang akan melahirkan sifat takabur, iri hati, dengki, fitnah memfitnah, dan seterusnya.
Itulah di dalam Islam juga diperingatkan agar tidak menumpuk-numpuk harta. Disebutkan bahwa harta secara hakiki tidak akan menyelamatkan diri seseorang, dan bahkan membahayakan terhadap pemiliknya jika tidak dibelanjakan secara benar.
Sudah cukup lama di negeri ini disebut-sebut telah terjadi kesenjangan ekonomi yang luar biasa lebarnya. Kesenjangan itu bertambah lama bukan semakin berkurang, melainkan sebaliknya, yaitu semakin jauh jaraknya. Mereka yang berhasil mengakumulasi modal kekayaan semakin bertambah usahanya, tanpa terkendali. Kekayaan mereka tentu semakin menumpuk hingga tidak terhitung.
Jika manusia terlalu mencintai harta bahkan berlebihan, bagaimana urusan akherat yang merupakan kehidupan kekal? Bagaimana perjuangan untuk mencintai Allah dan Rasulullah jika energinya lebih banyak mengurus harta kekayaan?
Cintai Allah dan Rasulullah Saw Melebihi segalanya
Seberapa besar antunna mencintai Rasulullah Saw dalam kehidupan ini?
QS. At-Taubah Ayat 24
قُلۡ اِنۡ كَانَ اٰبَآؤُكُمۡ وَاَبۡنَآؤُكُمۡ وَاِخۡوَانُكُمۡ وَاَزۡوَاجُكُمۡ وَعَشِيۡرَتُكُمۡ وَ اَمۡوَالُ ۨاقۡتَرَفۡتُمُوۡهَا وَتِجَارَةٌ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَ مَسٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَاۤ اَحَبَّ اِلَيۡكُمۡ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَ جِهَادٍ فِىۡ سَبِيۡلِهٖ فَتَرَ بَّصُوۡا حَتّٰى يَاۡتِىَ اللّٰهُ بِاَمۡرِهٖ ؕ وَاللّٰهُ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِيۡنَ
Katakanlah, "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
Ayat ini turun berkenaan dengan keengganan sebagian kaum muslim untuk berhijrah ke Madinah karena diberatkan oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Padahal, hijrah merupakan wujud nyata kecintaan kaum mukmin kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ayat ini memberikan peringatan bahwa jika orang beriman lebih mencintai bapaknya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, istri-istrinya, kaum keluarganya, harta kekayaan, perniagaan dan rumah-rumahnya, daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjihad menegakkan syariat-Nya, maka Allah akan mendatangkan siksa kepada mereka cepat atau lambat. Mereka yang bersikap demikian itu adalah orang-orang fasik yang tidak akan mendapat hidayah dari Allah swt.
Berikut ini beberapa alasan mengapa orang mencintai anak, suami, istri, ibu, bapak, keluarga, dan sebagainya:
1. Bahwa cinta anak terhadap ibu bapak adalah naluri yang ada pada tiap-tiap diri manusia. Anak sebagai keturunan dari ibu bapaknya mewarisi sebagian sifat-sifat dan tabiat-tabiat ibu bapaknya.
2. Bahwa cinta ibu bapak kepada anaknya adalah naluri juga, bahkan lebih mendalam lagi, karena anak merupakan jantung hati yang diharapkan melanjutkan keturunan dan meneruskan sejarah hidupnya. Dalam hal ini ibu bapak rela menanggung segala macam pengorbanan untuk kebahagiaan masa depan anaknya.
3. Bahwa cinta kepada saudara dan karib kerabat adalah cinta yang lumrah dalam rangka pelaksanaan hidup dan kehidupan tolong-menolong, bantu-membantu dan bela-membela dalam kehidupan rumah tangga, dan kehidupan bermasyarakat. Cinta yang demikian akan menumbuhkan perasaan hormat-menghormati dan sayang-menyayangi.
4.Bahwa cinta suami istri adalah cinta yang terpadu antara dua jenis makhluk yang membina keturunan dan membangun rumah tangga untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan dunia dan akhirat. Oleh karena itu keutuhan hubungan suami istri yang harmonis menjadi pokok bagi kerukunan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan yang diidam-idamkan.
5. Bahwa cinta terhadap harta dengan segala jenis bentuknya baik harta usaha, warisan, perdagangan maupun rumah tempat tinggal dan lain-lain adalah cinta yang sudah menjadi kodrat manusia. Semua yang dicintai merupakan kebutuhan yang tidak terpisahkan bagi hidup dan kehidupan manusia yang diusahakannya dengan menempuh segala jalan yang dihalalkan Allah.
6.Cinta perdagangan, merupakan naluri manusia, karena ia merupakan sumber pengembangan harta benda.
7.Cinta tempat tinggal, karena rumah merupakan tempat tinggal dan tempat istirahat sehari-hari.
Adapun cinta kepada Allah wajib didahulukan daripada segala macam cinta tersebut di atas karena Dialah yang memberi hidup dan kehidupan, dengan segala macam karunia-Nya kepada manusia dan Dialah yang bersifat sempurna dan Mahasuci dari segala kekurangan. Begitu juga cinta kepada Rasulullah saw, haruslah lebih diutamakan karena Rasulullah saw diutus Allah swt untuk membawa petunjuk dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (Ali-'Imran/3: 31)
Dan sabda Rasulullah saw:
"Tidaklah sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai Aku lebih daripada mencintai orang tuanya, anak-anaknya dan manusia seluruhnya." (Riwayat al-Bukhari, Muslim dari Anas)
**
Rasulullah Saw adalah utusan Allah yang senantiasa mengajak ke jalan keselamatan. Beliau uswatun hasanah dalam seluruh lini kehidupan, hingga bisa kita jadikan contoh kebaikan setiap saat. Masalahnya adanya cinta harta berlebihan, bagaimana perhatian dengan sang Uswah?
Perlu peran pimpinan sebuah negeri untuk senantiasa memberikan kebijakan, mengingatkan umat agar selalu dalam ketaatan. Cinta pada harta jangan mengurangi waktu untuk menjalankan ketaatan kepada Allah yang memberikan harta kekayaan.
Masalahnya, seberapa semangat, seorang pemimpin mengajak umat taat?
Wallahu a'lam bish shawwab
Tags
Opini