Oleh. Laelah Sari
(Aktivis Muslimah)
_“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”_ (QS. An Nisa: 29-30).
Dilansir dari Republika.com, (12-10-2023), kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswi berinisial EB (24) yang ditemukan tewas di kamar indekos di wilayah Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah sedang ditangani polisi. Korban ditemukan meninggal dunia di dalam kamar.
Di tempat lain terjadi kasus bunuh diri juga, yaitu seorang pemuda berinisial GDS ditemukan tewas gantung diri di kamar kosnya, Jalan Lumba-lumba I Nomor 4, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Kepala Seksi Hubungan Masyarakat (Kasi Humas) Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi mengatakan, korban gantung diri di dapur depan kamar mandi (detikNews.com, 15-10-2023).
Begitu marak kasus bunuh diri, mengapa hal ini terjadi?
Kehidupan yang serba bebas membuat orang memiliki sifat individualis, sehingga orang minim empati atau kepekaan terhadap yang lain. Selain itu, keimanan seseorang yang naik turun membuatnya bisa melakukan apa saja jika bergaul dengan teman dan lingkungan yang kurang baik. Ditambah pendidikan agama di keluarga yang kurang atau kondisi keluarga yang kurang harmonis. Di dunia pendidikan pun pendidikan agama minim, sehingga para remaja tak memiliki pondasi yang kuat dalam mengarungi kehidupan.
Sungguh sangat disayangkan, karena harusnya dunia remaja diisi oleh hal-hal yang positif dan dibekali agama yang kuat, agar mereka menjadi individu yang bertakwa dan tahan banting dalam mengarungi kehidupan. Namun, beginilah atmosfer kehidupan sekuler yang serba bebas dan permisif mengondisikan mereka menjadi seperti itu.
Para remaja banyak jadi korban kebebasan sehingga kebablasan, salah satunya melakukan bunuh diri yang di luar nalar. Padahal, kehidupan masih bisa dijalani walau banyak ujian dan cobaan. Tentu butuh ilmu dalam menghadapi cobaan kehidupan, di antaranya ilmu agama dari ahlinya.
Remaja sekarang banyak yang lemah akidah, mental dan hopeless. Sementara Islam sangat menjaga akidah umatnya. Hal utama yang ditanamkan oleh orang tua di rumah pada anaknya adalah akidah. Bahwa apa yang terjadi di muka bumi ini tidak lepas dari kehendak Allah. Baik atau pun buruk harus diyakini takdir terbaik dari Allah.
Orang tua mendidik anak untuk semakin taat dan mendekat kepada Allah, menjadikan hanya Allah satu-satunya tempat bersandar dan meminta pertolongan bukan yang lain. Ketika ditimpa masalah, kembalikan pada Allah. Bisa jadi sebagai ujian kesabaran agar naik level di hadapan Allah. Atau sebagai teguran agar terus mendekat kepada Allah.
Dalam Islam, kontrol masyarakat berjalan yaitu saling melakukan amar makruf nahi mungkar. Agar seorang muslim tidak mudah tergelincir pada dosa, termasuk bunuh diri. Suasana yang ada adalah suasana keimanan, persaudaraan dan dakwah. Saling menguatkan dan mengingatkan di jalan Allah. Fokus utamanya bagaimana hidup di dunia mendapatkan rida Allah semata dan sibuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat yang kekal.
Negara melakukan kewajiban untuk memenuhi hak warga negara, baik itu kebutuhan primer berupa sandang, pangan dan papan. Maupun kebutuhan kolektif berupa pendidikan, keamanan dan kesehatan. Termasuk pendidikan agama dan akidah bagi warga negara agar kokoh. Aturan mana yang menjaga akidah dan mental dengan baik selain aturan Islam? Allahu'alam Bishawab.