Oleh : Ummu Hadyan
Kembali terjadi ‘perang’ antara Palestina dan Israel. Serangan Palestina dianggap sebagai pemicunya, padahal sebenarnya serangan rudal oleh tentara Hamas ke Israel adalah bentuk balasan atas pendudukan Israel yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Opini pun digiring bahwa Israel adalah korban dari aksi ini. Hal itu dilihat dari media dan negara-negara Barat yang mengecam serangan Hamas ke Israel. Mereka mengatakan Hamas adalah teroris.
Umat khususnya kaum muslimin harus sadar bahwa penggiringan opini tersebut adalah gambaran nyata standar ganda media Barat terhadap konflik Palestina Israel. Apa yang terjadi pada Israel saat ini belum ada apa-apanya dibanding dengan kehidupan kaum muslimin Palestina. Hamas hanya membalas perbuatan Israel yang sudah berpuluh-puluh tahun membuat kehidupan Palestina dalam penderitaan yang amat sangat. Serangan itu hanyalah bentuk perlawanan.
Umat harus tahu Israel adalah penjajah yang merampas tanah suci Palestina dari tangan kaum muslimin. Ada tiga alasan Israel layak disebut penjajah dan Palestina adalah milik kaum muslim.
Pertama, Palestina adalah tanah kharajiyah yang didapatkan kaum muslim dengan jiwa dan darah mereka. Syam–termasuk Palestina–pertama kali dibebaskan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab. Pada 637, pasukan jihad kaum muslim yang dikomandoi Khalid bin Walid membebaskan Palestina dan menjadikannya bagian dari wilayah Daulah Khilafah dengan pusat pemerintahannya kala itu berada di Madinah. Jadi, secara mutlak, Palestina adalah tanah yang sepenuhnya milik kaum muslim.
Kedua, Israel itu ibarat tamu tidak diundang dan hidup menumpang. Setelah diberi tumpangan, mereka menjadi serakah dan ngelunjak dengan meminta tanah kepada Palestina sebagai pemilik tanah. Dengan kata lain, Israel adalah benalu dan pengganggu bagi kaum muslim di Palestina. Terhadap pengganggu dan tamu yang serakah, sudah sewajarnya Palestina mempertahankan hak tanah mereka yang ingin dirampas dengan cara berjihad melawan pendudukan Israel.
Keserakahan entitas Yahudi Israel bermula dari seorang tokoh Zionis Theodor Herzl yang pada 1896 menemui Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Turki Utsmani. Ia meminta kepada Sultan untuk mendirikan gedung di Al-Quds. Namun, permohonan tersebut ditolak dengan tegas. Tidak berhenti di situ, pada 1902, Theodor Herzl menemui kembali sang Khalifah dengan mengiming-imingi pelunasan utang Khilafah Utsmani. Sultan Abdul Hamid II kembali menolaknya dengan tegas seraya berkata, “Selama aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiah.”
Ketiga, Palestina adalah milik kaum muslim di seluruh dunia, bukan hanya milik bangsa Palestina. Di tanah yang diberkahi itu, terdapat kiblat pertama kaum muslim, makam para sahabat dan syuhada, dan singgahan atau tempat tinggal para nabi. Tidak heran jika Palestina disebut sebagai bumi para nabi.
Tidak layak bagi kaum muslim meminta pertolongan negara Barat dan sekutunya, apalagi PBB. Umat Islam harus paham bahwa berdirinya negara Zionis di atas tanah Palestina tersebab resolusi PBB yang memaksa Palestina membagi wilayahnya dengan Israel. Jadi, meminta bantuan kepada PBB sama halnya bunuh diri politik.
Bagaimana mungkin kaum muslim meminta bantuan dan pertolongan terhadap perserikatan negara-negara yang menyetujui pendirian negara Israel? Hal ini juga merupakan kesia-siaan karena pada dasarnya Barat dan sekutunya tidak akan pernah berpihak pada Palestina dan kepentingan kaum muslim.
Barat selalu menampakkan standar ganda. Tidak ada satu pun negara Barat yang berani menyebut Israel sebagai negara teroris atau menyeret mereka ke pengadilan internasional. Yang bisa dilakukan hanya mengecam dan mengutuk saja, padahal kita semua tahu, menghadapi bangsa bebal zionis tidak cukup dengan bahasa diplomasi atau basa-basi kecaman. Mereka hanya bisa ditundukkan dan ditaklukkan dengan bahasa perang.
Akar Masalah dan Solusi
Akar masalah dari konflik di Palestina tak lain adalah adanya pendudukan atau penyerobotan sebagian besar wilayah Palestina secara ilegal oleh penjajah Zionis Yahudi. Maka selama penjajahan ini belum dihapuskan, konflik pun tak bisa dielakkan.
Kita tak bisa menyalahkan Hammas misalnya kemarin yang memulai penyerangan karena substansinya mereka sedang melakukan jihad defensif sebagai upaya mengusir penjajah.
Sebagaimana yang dilakukan oleh para pahlawan di negeri ini ketika dijajah oleh penjajah selama ratusan tahun, perlawanan maupun sergapan-sergapan terhadap Penjajah juga berkobar diberbagai wilayah.
Karena akar permasalahan di Palestina adalah bercokolnya penjajah Zionis di bumi suci Para Nabi tersebut, maka solusinya ialah mereka para penjajah harus diusir angkat kaki dari Palestina.
Perlu juga diketahui bahwa solusi di Palestina tidak cukup bantuan berupa makanan maupun obat-obatan karena di palestina terdapat korban dan penjajah. Solusi untuk korban berupa obat-obatan, makanan, dst. Sedangkan solusi untuk penjajah sudah semestinya dengan diusir.
Namun kita tahu bahwa penjajah Zionis tidak sendiri. Di belakang mereka ada Amerika dan sekutunya yang saat ini para penguasanya sudah nyata-nyata membantu dengan pengiriman militer maupun persenjataan.
Di satu sisi para penguasa di negeri-negeri muslim bisa dikatakan belum melakukan aksi nyata, dan umat Islam tidak bisa berbuat banyak disebabkan faktor utamanya yakni diterapkan sistem sekulerisme diberbagai negeri Muslim yang memiliki turunan nation state, sistem ini secara konkrit menjadikan umat Islam lemah tercabik-cabik menjadi negeri-negeri kecil ibarat anak ayam kehilangan induknya.
Maka solusi tuntasnya ialah umat Islam butuh seorang pemimpin yang menerapkan hukum-hukum Allah, yang dengan ijin Allah akan menghilangkan sekat-sekat nasionalisme, menyatukan umat Islam, menghimpun potensi kekuatan umat Islam serta sebagai perisai umat.
Itulah khalifah pemimpin dalam negara khilafah rasyidah. Itu adalah janji Allah, tugas kita ikut kontribusi dalam perjuangan. Sungguh pertolongan Allah itu dekat.
Semoga saudara kita di Palestina yang gugur mendapatkan kemuliaan syahid dari sisi Allah serta memperoleh ganjaran surga tertinggi, demikian yang sedang diuji dengan luka-luka diganjar limpahan pahala. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan keistiqoman oleh Allah Swt.
Wallahu a'lam bish shawab.
Tags
Opini