Oleh: Jiddah Ghuisnai
Dunia butuh safe house alias rumah aman atau penetral di tengah persaingan geopolitik. Setidaknya itulah yang ditekankan pak Jokowi sebagai ketua ASEAN dalam acara KTT G20 yang digelar di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Msidan, New Delhi, India, Sabtu, 9 September 2023. Indonesia berharap agar dunia menjadi satu keluarga besar yang saling membangun dan memiliki tujuan bersama untuk menciptakan perdamaian.
“Saya setuju, jika dunia ini layaknya satu keluarga besar, namun, keluarga yang Indonesia harapkan adalah keluarga yang saling membangun, saling peduli, dan memiliki satu tujuan bersama yaitu menciptakan kehidupan yang damai dan makmur,” tuturnya.
Jokowi menekankan mengenai pentingnya mewujudkan stabilitas global, salah satunya menghentikan perang. “Kita harus hentikan perang, berpegang teguh pada hukum internasional, dan bahu-membahu wujudkan inklusivitas. Terus mendorong ASEAN menjadi jangkar stabilias kawasan yang miliki habit of dialogue dan habit of cooperation di Indo-Pasifik," jelasnya.
Berdasarkan hal itu, harapannya tidak ada lagi terkesan mengotak- ngotakan antara negara maju dan berkembang, Timur dan Barat. Ada beberapa poin yang naik ke permukaan di kesempatan itu. Pertama solidaritas dalam kesehatan. Melalui perwujudan mobilitas pandemic fund, komitmen USD2 miliar.
Kedua, meminta kesetaraan termasuk sistem perpajakan Internasional, dengan pemenuhan hak bangunan semua negara.
Kemudian meminta dukungan hilirisasi industri oleh negara berkembang agar terlibat rantai pasok global serta mewujudkan kerja sama yang setara dan inklusif.
Begitulah, dunia sedang tidak baik-baik saja. Terpuruk hingga kritis menuju kehancuran. Maka membutuhkan penawar paten yang dapat menyembuhkan, menyentuh hingga akar masalahnya.
Kapitalisme Akar Masalah
Faktanya, ada banyak problem dunia kerap membuat rakyat tidak aman bahkan justru sengsara. Bukan hanya peperangan namun juga kemiskinan yang merupakan konsekuensi penerapan sistem rapuh buatan manusia, yakni kapitalisme global pimpinan Amerika Serikat. Kesenjangan ekonomi terasa menghimpit dada. Tergerusnya moral ditandai makin masifnya transaksi riba, pinjaman online, judi online, pornografi, LGBT, narkoba, dan sebagainya.
Artinya carut marut, kekacauan dan keterpurukan dunia saat ini, akar masalahnya adalah kapitalisme yang menghegemoni dan menjajah dunia. Negara penjajah merampok kekayaan alam di negera-negara berkembang melalui perusahaan multinasional.
Islam Solusi Dunia Aman
Islam diturunkan Allah SWT untuk mengatur seluruh dunia. Umat Islam diperintahkan untuk menjadi pemimpin yang mengatur seluruh urusan umat manusia. Inilah kewajiban yang disebut para ulama Taaj al- Furuudh (mahkota kewajiban) dan a'zham al-waajibaat (kewajiban yang paling agung). Kewajiban mulia yang jika kita berdiam diri adalah dosa besar dan bentuk ketidakpedulian terhadap Islam.
Sudah lebih dari 100 tahun umat Islam hidup tanpa institusi khilafah. Padahal berdasarkan menurut ijmak sahabat, kekosongan dari kepemimpinan Khilafah hanya boleh selama tiga hari tiga malam.
Minusnya sistem Islam membuat lenyapnya persatuan umat pada level global. Ajaran Islam diperlakukan secara hina. Nyawa tiada berharga. Atas nama melawan terorisme dan radikalisme yang digaungkan Barat terjadi pembunuhan dan pembantaian di Afghanistan, Suriah dan negeri-negeri Islam lainnya.
Dunia butuh penerapan sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta dunia dan jagat raya beserta isinya. Dalam konteks Islam satu-satunya institusi yang mampu menerapkan dan mengemban ideologi Islam secara sempurna yaitu Khilafah Islamiah.
Saatnya berjuang bersama menegakkan khilafah yang akan menggantikan tatanan dunia kapitalisme yang rusak dan merusak. Khilafah Islam, dengan syariahnya, niscaya akan melahirkan ragam keberkahan bagi seluruh dunia.
Wallahu'alam bishshawab.
Tags
Opini