Menyoal Kepedulian terhadap Tetangga, Sistem Islam Jawabannya




Oleh : Amy Musa



Kasus penemuan jasad yang sudah membusuk kembali terjadi. Jika yang pertama terjadi pada tahun 2022 lalu, satu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan dua anak mereka ditemukan tewas di dalam rumah di perumahan Kalideres, Jakarta Barat, kali ini ditemukan dua jasad yang sudah menjadi kerangka  di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere Indah, jln puncak Pesanggrahan VIII, Kecamatan Cinere, Depok, Kamis (7/9/2023). Mereka adalah ibu berinisial GAH(68) dan anak laki-lakinya berinisial DAW (38). Jasad keduanya diduga sudah lama membusuk di dalam kamar mandi.

Menurut warga, bahwa keluarga korban tidak pernah bersosialisasi. Terahir kali korban (GAH) keluar rumah saat membuang sampah, itupun sudah cukup lama. Begitu juga dengan sang anak (DAW) tidak pernah terlihat keluar rumah.

Kasus ini kini sedang ditangani pihak kepolisian untuk mengungkap penyebab kematian kedua korban.

Dari kedua kasus tersebut mereka cenderung tertutup dan mengisolasi diri dari lingkungan tempat mereka tinggal. Hal ini tentu sangat menyedihkan tersebab kediaman mereka bukanlah lingkungan yang sepi tetangga atau area yang sedikit penduduk, tapi kematian mereka baru terbongkar setelah membusuk di dalam rumah. Kondisi rumah yang tidak terawat, korban yang sudah lama tidak terlihat, putusnya aliran listrik mengapa tidak menjadikan kecurigaan warga sekitar sebagai tanda rasa peduli? Dan bak gayung bersambut, hari ini dalam tatanan sistem kapitalis hubungan antar individu yang tercermin dalam kehidupan sosial telah bergeser, dimana ketika ada tetangga yang memiliki sikap peduli justru kerap disalah pahami sebagai perbuatan yang mencampuri urusan orang lain.

Individualisme dapat diartikan sebagai pandangan yang lebih mementingkan kebebasan dan kemerdekaan pribadi dibandingkan kepentingan orang lain. Dari hal ini kapitalisme menganggap kehidupan pribadi adalah sebagai privasi yang harus dihormati, orang lain tak perlu ikut campur karena dirinya pun tak akan mau peduli dengan urusan orang lain. Kepedulian, empati dan kemanusiaan berubah menjadi apatis dan individualis. Ini memang menjadi ciri kepribadian kapitalis.

Dalam Islam, tetangga adalah bagian kedua dari struktur kemasyarakatan terkecil setelah keluarga. Suatu masyarakat tidak mungkin terbentuk tanpa tetangga. Kehadiran nya menjadi penyempurna peran manusia sebagai makhluk sosial. Sungguh tersimpan maksud besar dibalik tatanan kehidupan bertetangga yang diciptakan Allah SWT. Wajar saja jika malaikat Jibril tak pernah alpa berpesan agar senantiasa berbuat kepada tetangga.

Islam sangat tegas menekankan agar pemeluknya membangun relasi baik terhadap seluruh mahlukNya (flora, fauna, manusia).

Ada dua prinsip hidup bertetangga.
Pertama, berbagi tidak perlu menunggu banyak.
Rasulullah bersabda:
" Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik. " (H.R Muslim)

" Bukanlah seorang mukmin orang yang dirinya kenyang sementara tetangga sebelahnya kelaparan. " (H.R Bukhori)

Kedua, tidak menggangu kenyamanan tetangga. Memberi kenyamanan merupakan bagian dari misi besar Islam.
Rasulullah bersabda:
" Demi Allah, tidak sempurna iman nya, Demi Allah tidak sempurna imannya, Demi Allah tidak sempurna imannya." Rasulullah di tanya : " Siapa yang tidak sempurna imannya wahai Rasulullah? " Beliau menjawab, " Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman atas kezalimannya." (H.R Al Bukhori)

Hadist diatas tegas, dalam islam menunjukan keharusan memperlakukan para tetangga dengan cara yang baik dengan menjamin keamanan, memenuhi hak -hak mereka, dan saling peduli dengan saling tolong menolong.
Hanya sistem Islam yang memiliki aturan lengkap dalam membangun masyarakat.

Wallahu 'alam bishshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak