Maraknya KDRT, Buah Sistem Sekuler Kapitalis

 



Oleh Uty Maryanti


Kasus kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT semakin banyak berseliweran di media sosial, salah satu pemicu banyaknya kasus KDRT adalah masalah ekonomi.


Seperti yang terjadi di Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang, Bekasi Jawa Barat seorang suami tega menghabisi istrinya dirumah kontrakan ketika ada dua anaknya yang masih balita, kejadian ini terjadi lantaran sang istri meminta uang belanja kepada sang suami.(Republika, 12/09/2023)


Kejadian serupa pun terjadi di Dusun Warung Wetan, Ciamis pada Minggu 10 September 2023, Asep Malik yang bekerja sebagai juru parkir tega menganiaya istri hingga meregang nyawa, sama halnya dengan kasus di atas, kejadian ini terjadi karena masalah uang 100 ribu rupiah yang mengakibatkan Asep Malik gelap mata menghabisi nyawa sang istri. (kompas, 15/09/2023)


Sungguh tak pantas nyawa manusia dibandingkan dengan uang yang tidak seberapa nilainya. Pengendalian emosi yang tidak stabil menjadikan manusia tidak lagi menimbang baik buruk perbuatan dalam bertindak, sehingga kasus kekerasan dalam rumah tangga marak terjadi. 

Ditambah penerapan sistem ekonomi kapitalis saat ini, yang membuat mental semakin tertekan. Sistem  yang menjadikan materi menjadi tujuan kebahagiaan. Ini diperparah dengan lemahnya akidah seorang Muslim yang tidak memahami hakikat dirinya sebagai hamba Allah hingga jauh dari pemahaman terhadap syariat islam yang mengatur tentang fungsi keluarga.


Dalam pernikahan suami wajib hukumnya memberi nafkah baik lahir maupun batin, seorang kepala keluarga pun bertanggung jawab penuh atas keamanan istri dan anak-anak nya, tetapi apa yang di dapat dengan kondisi keluarga saat ini ? jangankan kehidupan yang layak dan kemanan yang terjamin, karena masalah ekonomi justru kepala keluarga tega menghabisi nyawa sang istri.


Inilah potret kelam yang menyelimuti keluarga Muslim saat ini. Negara besar dengan penduduk mayoritas Muslim yang kondisinya jauh dari gambaran tentang kesejahteraan dan keagungan keluarga Muslim.


Fakta tersebut adalah buah dari penerapan ekonomi kapitalis serta pemikiran dan budaya sekuler liberalis yang mengagungkan kebebasan individu dalam berbuat dan berprilaku. Pemahaman ini secara langsung telah menghilangkan peran agama dari pengaturan kehidupan manusia, alhasil suami-Istri tidak menjadikan Islam sebagai standar dalam menjalankan perannya dalam berkeluarga.


Fakta lain adalah penerapan sistem saat ini yang mengakibatkan beratnya beban hidup keluarga Muslim. Sebab sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam keluarga sangat sulit diwujudkan. Sistem ekonomi kapitalis yang kita jalani telah menjadi penyebab utama tingginya harga bahan-bahan pokok dan mahalnya biaya kesehatan serta pendidikan. 


Berbeda dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di bawah pengaturan Islam kafah. Islam telah memposisikan negara sebagai pengurus urusan umat dengan syariat islam. Sebagaimana dalam hadis : "Imam (khalifah) itu pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus" (HR. al-Bukhari dan Ahmad)."


Negara dalam Islam wajib membantu rakyatnya hidup dalam suasana aman, tenang serta damai. Negara adalah pihak yang berperan paling efektif dalam membangun dan menjaga akidah umat baik individu ataupun masyarakat.


Di sisi lain negara dalam Islam juga mewujudkan kesejahteraan keluarga, penerapan sistem ekonomi Islam akan memudahkan para kepala keluarga untuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga kasus KDRT dalam rumah tangga yang di picu masalah ekonomi tidak akan ada lagi.


Negara menjamin pemenuhan kebutuhan pokok keluarga yang kurang mampu, inilah solusi tegaknya bangunan keluarga Muslim yang di dukung penuh tidak hanya masyarakat tapi juga oleh negara.

Maka dari itu sudah selayaknya kita tinggalkan sistem yang batil saat ini dan kembali kepada penerapan sistem Islam kafah yang mengatur segala aspek kehidupan. 


Wallahu a’lam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak