Oleh: Ari Sofiyanti
Sistem pendidikan yang baik diyakini memiliki kolerasi dengan peradaban yang baik. Tentu saja, mencetak generasi berkualitas adalah peran sistem pendidikan. Generasi-generasi ini adalah harapan masa depan yang akan memimpin dan membangun peradaban menjadi maju. Lalu merawat dan menjaga sehingga tidak rusak atau punah. Itu semua juga bergantung pada asas peradaban yang melahirkan sistem pendidikan. Asas peradaban masyarakat yang baik dan benar juga melahirkan sistem pendidikan yang baik dan benar, sehingga generasi yang dicetak juga baik dan berkualitas.
Tapi bagaimana dengan fakta yang terjadi saat ini? Belakangan kita sering mendengar berita pembunuhan oleh pelajar, salah satunya seorang mahasiswa UI dibunuh seniornya gara-gara si pelaku terjerat pinjol. Perundungan di sekolah juga semakin marak, padahal awal semester baru berjalan satu bulan tapi berita bullying sudah ramai di media massa. Kasus bullying ini terjadi kepada siswa dan guru. Ada seorang guru yang menjadi buta permanen di salah satu matanya setelah diketapel orang tua murid karena menegur anak didiknya yang kedapatan merokok. Selain menjadi korban, ternyata ada juga guru yang menjadi pelaku perundungan kepada siswanya. Berbagai kasus perundungan di sekolah sudah amat mengkhawatirkan bahkan ada korban siswa yang sampai kehilangan nyawa.
Tawuran antarpelajar juga masih terus terjadi. Ngerinya mereka sampai membawa sajam. Seperti yang terjadi di Kota Bogor, polisi mengamankan 11 pelajar yang hendak melakukan tawuran. Polisi menyita beberapa senjata tajam yang dibawa oleh para pelajar itu, diantaranya adalah pedang, celurit hingga kelewang. Pelajar juga banyak yang terjerat narkoba hingga terjerumus seks bebas. Maraknya kasus narkoba dan seks bebas di kalangan pelajar sudah tidak menjadi hal yang aneh.
Inilah potret pelajar dalam sistem pendidikan sekuler saat ini. Dan kenyataan seperti ini tidak hanya terjadi di negara kita Indonesia, tapi juga di negara-negara sekuler lainnya.
Tetapi, bukankah negara sudah membuat banyak terobosan baru? Kurikulum pun hampir setiap tahun berganti. Ditambah lagi program Profil Pelajar Pancasila, kebijakan-kebijakan dan program lainnya. Pendidikan formal di sekolah mungkin bisa mencetak lulusan sarjana yang pintar, berilmu pengetahuan dan berskill. Tapi tak bisa dipungkiri minim akhlak dan bermental koruptor. Berarti, sistem pendidikan saat ini belum bisa menyelesaikan masalah.
Di sisi lain, terdapat fakta berkembangnya komunitas-komunitas yang lebih berhasil memperbaiki karakter generasi muda. Misalnya komunitas hijrah, atau komunitas-komunitas Islam. Komunitas ini seperti pendidikan informal dengan tujuan bersama-sama menjalani kehidupan yang mulia. Tak sedikit dari mereka yang berusaha memperbaiki akhlak dan beberapa dari mereka berusaha bertobat meninggalkan maksiat. Terkadang dalam komunitas mereka tak sekadar mengaji dan membaca Al Quran, tapi juga belajar banyak hal yang dibutuhkan dalam kehidupan. Saling membantu dalam pekerjaan atau finansial, membahas isu dan masalah terkini masyarakat, hingga berdakwah.
Memang komunitas berbasis Islam telah turut andil mengubah masyarakat, tapi bukan berarti pendidikan formal menjadi tidak penting. Justru pendidikan formal yang disediakan pemerintah juga harus mengadopsi basis yang sama untuk bisa mengubah masyarakat.
Disini tentu banyak faktor, selain pendidikan formal dengan asas Islam, kondisi keluarga dan lingkungan masyarakat.
Kita ingin membandingkan fakta lainnya, ulama terdahulu punya adab dan akhlak luar biasa. Para muridnya mencontoh gerak gerik tingkah laku dari guru mereka dengan takzim sehingga nantinya juga menjadi imam besar generasi selanjutnya. Itu karena guru mereka adalah alim ulama dengan ketakwaan dan mengajar dengan asas Islam. Hasilnya luar biasa, kehidupan mereka dipenuhi suasana semangat dalam kebaikan. Contoh lainnya, ilmuwan muslim di zaman peradaban Islam tidak hanya belajar atau menjadi penemu sains, tapi moral dan dedikasinya untuk kemaslahatan dan kemajuan Islam. Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan Muhammad Al Fatih adalah pemimpin yang lurus. Mereka tidak pernah mengobral janji manis semata. Mereka menjadi pemimpin besar nan mulia juga karena basis Islam. Bahkan pejabat di bawah mereka merupakan orang-orang jujur dan takut tanggungjawab di akhirat. Kalau ketahuan ada yang suap menyuap? Langsung dicopot. Korupsi adalah tindakan memalukan dalam pemerintahan Islam.
Hari ini, kita hanya bisa mencetak diri kita sendiri, berupaya sendiri mencari komunitas berasas Islam untuk mengkaji Islam dan mengarahkan kehidupan menjadi manusia mulia. Kita tidak bisa berharap banyak dalam sekolah formal jika asasnya sekuler, kecuali kita sudah berniat menjadi manusia berakhlak baik dari kecil.
Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa kita memerlukan sistem berbasis Islam yang juga melahirkan pendidikan berbasis Islam. Hal ini bukan hanya karena bukti fakta yang menunjukkan keberhasilan Islam, tetapi merupakan kewajiban dari Allah SWT. Jelas Allah memerintahkan kita untuk menjalankan Islam dalam seluruh sistem kehidupan manusia, bukan sistem lainnya. Jaminan bagi pelaksanaan Islam adalah rahmat dan ampunan, sedangkan ancaman bagi pelaksanaan sistem selain Islam adalah kerusakan dunia dan siksa akhirat.
Pelaksanaan sistem Islam tentu tidak bisa diwujudkan oleh individu atau komunitas saja, tetapi oleh negara. Dengan adanya negara yang mewujudkan sistem Islam termasuk sistem pendidikan berasas Islam akan berdampak pada seluruh masyarakat. Masalah sistem pendidikan saat ini pun insya Allah dapat teratasi dan menuju kehidupan yang mulia.
Wallahu a'lam
Tags
Opini