Kenakalan Remaja, Tanggungjawab Siapa?



Oleh. Lilik Yani

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah) beragama Islam maka tergantung kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya seorang yahudi, nasrani atau majusi.” 

Dari keterangan hadis tersebut menunjukkan jelaslah bahwa setiap manusia dilahirkan dalam kondisi beragama (Islam). Jika faktanya banyak anak-anak di luar kendali aturan Islam, tanggung jawab siapa? 

**
Dilansir dari detikfinance.com - Fakta mencengangkan soal judi online diungkap Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Perputaran uang dunia gelap judi online pun makin besar dari tahun ke tahun.

Koordinator Kelompok Hubungan Masyarakat PPATK Natsir Kongah mengungkapkan fakta mencengangkan soal judi online di Indonesia. Jerat IRT hingga Anak SD. Natsir Kongah mengungkapkan ibu rumah tangga hingga anak sekolah dasar ternyata ikut terseret main judi online.

"Ini menggelisahkan buat kita semua. Karena memang orang yang terlibat judi online ini banyak ibu rumah tangga bahkan anak-anak sekolah dasar pun ada yang ikut. Ini yang kita khawatirkan," beber Natsir Kongah dalam diskusi online Trijaya, dikutip Minggu (27/8/2023).

Sekarang ini sudah marak terjadi pergaulan bebas di kota-kota besar. Bentuk sifat menyimpang anak remaja yang bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Para remaja yang terjebak dalam lingkup pergaulan bebas biasanya terjadi akibat berbagai kondisi faktor dalam keluarga (internal) maupun lingkungan (eksternal).

Orang tua dihimbau agar lebih memperhatikan tumbuh kembang sang anak agar tidak terseret dalam pergaulan yang buruk. (detik.com 23/5/2023)

Kenakalan Remaja, Tanggungjawab Siapa?

Sebenarnya menjaga sikap dan tindak tanduk positif itu tidak hanya tanggung jawab para guru dan keluarganya, tetapi semua orang, Guru yang selalu mengusahakan keluarganya menjadi garda terdepan dalam memberikan pendidikan dengan sebuah contoh, adalah cerminan komitmen dan pendalaman makna dari seorang guru. 

Sang guru harus berusaha agar keluarganya baik dan tidak korupsi agar ia dapat mengajari kepada murid-muridnya yang merupakan remaja generasi penerus bangsa memiliki moral dan ahlak baik dan tidak korupsi, berusaha tidak berbohong agar murid-muridnya sebagai remaja yang baik tidak menjadi pendusta, tidak terjaebak dalam kenakalan remaja.

Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja.

Sepertinya filosofi sang guru ini layak untuk di jadikan filosofi hidup, karena hampir setiap orang akan menjadi seorang ayah dan ibu yang notabenenya merupakan guru yang terdekat bagi anak-anak penerus bangsa ini. Akan sulit bagi seorang ayah untuk melarang anak remajanya untuk tidak merokok jika seorang ayahnya adalah perokok. Akan sulit bagi seorang ibu untuk mengajari anak-anak remaja untuk selalu jujur, jika dirumah sang ibu selalu berdusta kepada ayah dan lingkungannya, atau sebaliknya. jadi bagaimana mungkin orang tua melarang remaja untuk tidak nakal sementara mereka sendiri nakal?

Suatu siang saya agak miris melihat seorang remaja SMP sedang asik mengisap sebatang rokok bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu terlihat dari seragam yang dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja. Siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut, sepertinya tidak adil kalau kita hanya menyalahkan si anak remaja itu saja, anak itu terlahir bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi seperti apa kelak di hari tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar kertas putih itu . Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru, baik guru yang ada di rumah (orang tua), di sekolah (guru), atau pun lingkungannya hingga secara tanpa disadari mencetak para remaja tersebut untuk melakukan perbuatan yang dapat digolongkan ke dalam kenakalan remaja.

Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan remaja. Kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang saleh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua

Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas.

Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga dapat melakukan kesalahan.

Pastikan Anak-Anak dalam Pendidikan Islam

Jika kita coba googling berapa tingkat kenakalan remaja? maka akan kita dapatkan data yang sangat aneh dan mengerikan, mulai perzinahan, narkoba, pembunuhan, ugal ugalan dan lain sebagainya. Hal itu sebanding lurus dengan tingkat perceraian di indonesia yang sudah menduduki peringkat tertinggi se-Asia Pasifik
Akan seperti apa generasi kita ke depan?

Pertanyaan ini wajib kita jawab baik oleh setiap pribadi kita sebagai ayah dan ibu atau juga kita sebagai lembaga pendidikan dan lingkungan masyarakat
Banyak yang berfikir dengan menyekolahkan anak seluruh masalah sudah selesai padahal masalah bukan hanya di sekolah tapi justru di semua tempat dimana berada pasti ada masalah baik di rumah, di sekolah, antara rumah dan sekolah dan juga di lingkungan tempat dimana kita berada.

Jangan takut dengan masalah karena masalah ada bukan untuk membunuh kita tapi masalah ada agar kita semakin naik kelas dan dewasa maka semua kita wajib sama sama kerja dan wajib saling bekerjasama sehingga setiap masalah bisa di hadapi dengan benar dan baik, apalagi jika melibatkan Allah. Segala masalah ada solusinya.

QS. Al-Baqarah Ayat 132

وَوَصّٰى بِهَآ اِبۡرٰهٖمُ بَنِيۡهِ وَ يَعۡقُوۡبُؕ يٰبَنِىَّ اِنَّ اللّٰهَ اصۡطَفٰى لَـكُمُ الدِّيۡنَ فَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ
Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. "Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."

Salah satu faktor yang membuat kedudukan Nabi Ibrahim tinggi di dunia dan akhirat adalah Islam, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan Ibrahim pun mewasiatkan ajaran penyerahan diri itu kepada anak-anaknya, Ismail dan Ishak. 

Demikian pula Yakub, ia berwasiat kepada anak-anaknya," Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama penyerahan diri ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim yang berserah diri.

Ibrahim dan Yakub berwasiat kepada putra-putranya, demikian juga yang dilakukan oleh cucunya Yakub kepada putra-putranya bahwa Allah telah memilihkan agama yang paling baik bagi mereka dan mengingatkan mereka agar menganut agama itu selama-lamanya, dan jangan sampai mati kecuali dalam keadaan Muslim. Agama yang dimaksud adalah agama Islam. 

Allah menegaskan bahwa agama yang hak di sisi-Nya ialah agama Islam. Allah berfirman:

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Ali 'Imran/3: 19)

Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (Ali 'Imran/3: 85)

Agama yang dibawa Ibrahim itu terdapat pula di dalam kitab Musa (Taurat). Allah swt berfirman:
Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (al-A'la/87: 18,19)

Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. ¦" (al-Baqarah/2: 136)

Allah tidak membeda-bedakan para nabi dan rasul yang diutus-Nya. 
Allah berfirman:
Karena itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad dan kaum Muslimin beriman kepada para nabi dan rasul-Nya. Iman kepada para nabi dan rasul serta apa yang dibawanya termasuk rukun iman.

Di dalam ayat ini disebut bahwa yang berwasiat itu ialah Ibrahim a.s. dan Yakub a.s. seakan perkataan itu dipisahkan. Hal ini memberi pengertian bahwa yang disuruh melaksanakan wasiat itu bukan hanya keturunan Ibrahim a.s. dan cucunya Yakub a.s. (Bani Israil) saja, tetapi wasiat itu mencakup seluruh anak cucu Ibrahim dan seluruh kaum Muslimin, termasuk di dalamnya keturunan Ismail a.s.

**
Jika para Nabi berwasiat, agar anaknya dalam keadaan selamat dengan memegang indahnya aturan Islam. Bagaimana dengan orangtua zaman sekarang? 

Wallahu a'lam bish shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak