*Oleh:Arini
Pandemi COVID-19 yang disusul lonjakan inflasi tahun lalu mendorong hampir 68 juta penduduk Asia ke jurang kemiskinan, menurut laporan Bank Pembangunan Asia (ADB).
Diperkirakan, sekitar 152,2 juta penduduk Asia hidup di bawah kemiskinan ekstrem. Jumlah tersebut meningkat 67,8 juta dibandingkan masa sebelum pandemi dan inflasi tinggi, tulis ADB. Kemiskinan ekstrem menandai kelompok berpenghasilan sebesar USD2,15 (setara Rp32 ribu) per hari, atau berkisar di bawah Rp1 juta per bulan. Angka tersebut belum disesuaikan dengan kenaikan inflasi akibat perang di Ukraina yang melumpuhkan rantai suplai makanan global. Detiknews.com Jum'at (25/8/2023).
Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan 155,2 juta orang di negara berkembang yang berada di Asia Pasifik, atau 3,9 persen populasi kawasan tersebut hidup dalam kemiskinan yang ekstrem. Hal itu dipicu meningkatnya krisis biaya hidup imbas lonjakan inflasi yang terjadi tahun lalu. Masalah juga dipicu penyebaran pandemi covid dalam 3 tahun belakangan ini.
ADB mendefinisikan masyarakat hidup dengan kemiskinan ekstrem jika pendapatan kurang dari US$2,15 per hari. Lonjakan inflasi telah membuat masyarakat miskin menjadi pihak yang paling dirugikan. Pasalnya, karena lonjakan itu mereka kehilangan kemampuan dalam membeli kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bakar karena harganya makin mahal.
Tak hanya itu. Kenaikan harga barang juga membuat banyak masyarakat miskin kehilangan kemampuan untuk menabung, membayar layanan kesehatan, atau berinvestasi di bidang pendidikan. Alhasil, mereka semakin kesulitan untuk keluar dari jurang kemiskinan. Yang terjadi malah mereka semakin terjungkal ke jurang kemiskinan ekstrem. berharap negara di kawasan ini memperkuat jaring pengaman sosial bagi masyarakat miskin untuk membantu mereka menghadapi lonjakan biaya hidup. Ia juga mendorong negara menggenjot investasi serta inovasi yang menciptakan peluang pertumbuhan dan lapangan kerja.
"Pemerintah di kawasan ini harus kembali ke jalur yang benar, salah satu penyebab kemiskinan yang terjadi saat ini adalah sistemik dan tidak akan pernah dapat diselesaikan oleh sistem hari ini. Karena kemiskinan ini merupakan dampak dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang membuat para kapital legal menguasai kekayaan alam (SDA) yang notabennya merupakan harta kepemilikan umum (rakyat). Hasil yang melimpah masuk ke dalam kantong-kantong korporat, sehingga negara tidak memiliki dana untuk mengurus rakyatnya. Justru yang ada penguasa kapitalisme memalak rakyat dengan pajak. Rakyat pun menjadi susah mencari pekerjaan, sebab penguasa kapitalisme hanya regulator para kapital.
Tugas mereka hanya memastikan setiap regulasi memberi keuntungan kepada para kapital, akibatnya kemiskinan sistemik pun terus terjadi. Apalagi layanan publik yang dikomersialisasi, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan diperjualbelikan kepada rakyat. Mereka harus membayar ketika ingin menikmati layanan ini. Begitu juga dengan kebutuhan pokok, seperti sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan yang seharusnya murah dan terjangkau bagi masyarakat, justru dimonopoli oleh swasta. Sehingga mereka yang memiliki kelebihan harta yang mampu membelinya, sedangkan yang miskin hanya bisa menahan bahkan bermimpi untuk bisa tercukupi.
Inilah akar masalah kemiskinan akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis yang lahir dari lemahnya akal manusia. Jika telah jelas ekonomi kapitalisme mustahil menyelesaikan permasalahan, tentu solusinya tidak bisa sekedar pada tataran teknis program pemerintah. Karena apapun programnya, jika kerangkanya masih menggunakan sistem ekonomi kapitalisme, bukan rakyat yang menjadi orientasi kebijakan, melainkan profit pengusaha dan penguasa. Maka masalah kemiskinan ekstrem ini pun tidak dapat terselesaikan. Walhasil, perlu adanya sistem ekonomi alternatif untuk menyelesaikan problem kemiskinan ekstrem ini. Dan tentu sistem ekonomi Islamlah yang akan mampu menyelesaikan persoalan tersebut.
Dengan Islam Solusinya
Islam sebagai sebuah ideologi yang sahih memiliki cara-cara yang lengkap untuk mengatasi berbagai problem manusia, termasuk problem kemiskinan. Dari pembahasan ini, tampak bagaimana keandalan Islam dalam mengatasi problem kemiskinan. Dengan demikian, persoalan kemiskinan, termasuk kemiskinan ekstrem akan bisa terselesaikan jika Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Apabila saat ini kita menyaksikan banyak kemiskinan yang justru melanda umat Islam, hal itu disebabkan mereka tidak hidup dalam naungan Islam. Allah SWT berfirman, “Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (TQS. Thahaa [20]: 124).
Wallahu a’lam bishshawwab.
Tags
Opini