KELUARGA IDEOLOGIS TAK LAHIR DARI SISTEM KAPITALIS SEKULERIS



Oleh : Ummu Aqeela

Suami berinisial NKW (25) yang menghabisi nyawa sang istri, MSD (24) di Kampung Cikedokan, Desa Sukada, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi ternyata sempat dilaporkan terkait kasus KDRT. Namun, laporan itu berakhir damai. Kanit Reskrim Polsek Cikarang Barat Iptu Said Hasan mengatakan laporan itu dilayangkan ke Polres Metro Bekasi. Kendati demikian, Said tak mengetahui secara pasti kapan laporan dan kesepakatan damai itu terjadi. Sebab, bukan Polsek Cikarang Barat yang menanganinya.

Sebelumnya, seorang istri berinisial MSD (24) tewas karena diduga dibunuh suaminya, NKW (25) di Kampung Cikedokan, Desa Sukada, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi. Aksi pembunuhan itu dilakukan MSD pada Kamis (7/9) lalu. Namun, jasad korban baru ditemukan beberapa hari kemudian atau pada Sabtu (9/9). Usai menghabisi nyawa istrinya, tersangka ternyata sempat memandikan jenazah korban. Dalam aksinya itu, tersangka menghabisi nyawa istrinya dengan menyayat leher korban menggunakan pisau dapur.
"Motif sesungguhnya didasari oleh sakit hati. Jadi pelaku sakit hati dan didasari juga oleh faktor ekonomi. Jadi tidak ada pihak ketiga ya. Jadi Pelaku sakit hati karena perkataan dari korban," kata Said kepada wartawan, Senin (11/9).

Sungguh fakta yang membelalakan mata, bagaimana bisa jika dua insan yang mencinta diawalnya berakhir tragis karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Tidak bisa dipungkiri memang , Hidup di zaman yang didominasi oleh sekularisme kapitalisme serta liberalisme seperti sekarang ini sungguh sangatlah sulit. Tak terkecuali bagi keluarga muslim. Di mana setiap aspek kehidupan berlangsung dengan tidak menerapkan Islam. Kehidupan saat ini telah didominasi oleh ideologi atau paham kebebasan, serta sekularisme yang menjauhkan manusia dari aturan agama. Begitu pun dengan kapitalisme, paham yang menuhankan materi, membuat banyak keluarga muslim porak-poranda dan meninggalkan profilnya sebagai keluarga muslim demi mengejar materi ini.

Padahal Allah telah memerintahkan setiap keluarga muslim untuk mewujudkan profil keluarga yang bangga menunjukkan identitas kemuslimannya. Keluarga muslim yang bangga menjadikan ideologi Islam sebagai warna jati dirinya yang terang benderang, bukan muslim yang abu-abu, yang malu-malu dan setengah-setengah dalam menjalankan agamanya. Mereka akan menjadi syiar Islam, menebarkan kebaikan dan keagungan Islam ke seluruh penjuru dunia. Namun sayangnya masalah demi masalah terus dihadapi oleh keluarga muslim saat ini. Mereka terus dikepung dengan pemahaman-pemahaman rusak dan merusak, pemahaman kesetaraan, kebebasan, yang tidak mengindahkan syariat Islam.

Karena sejatinya hidup kita di dunia ini, termasuk di dalam berkeluarga adalah dalam rangka beribadah kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surah Adz-Dzariat ayat 56 berikut

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku."
Inilah fondasi dari keluarga ideologis, yaitu dengan menjadikan Islam sebagai dasar kehidupannya. Sehingga dari dasar itu akan melahirkan aturan yaitu syariat Islam. Karena keluarga muslim ideologis adalah keluarga yang standardisasi baik-buruk, benar-salah, dilakukan atau ditinggalkannya suatu tindakan, bukan mengikuti hawa nafsu dan keinginan manusia, melainkan mengikuti panduan syariat Islam.
 
Keluarga muslim ideologis adalah keluarga yang masing-masing anggota keluarga memahami hak dan kewajibannya dan berupaya optimal untuk melaksanakan hak dan kewajiban tersebut. Akan tetapi tentu saja hak dan kewajiban ini bukan berdasarkan hawa nafsu semata. Namun memang lahir dari dasarnya yaitu akidah Islam. Maka pembagian peran dan kewajiban pun berdasarkan syariat Islam. Sebagaimana Allah menyebutkan dalam Al-Qur'an surah An-Nisa' ayat 34.

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ

"Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), sebab Allah telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian dari yang lain (perempuan), dan sebab mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari harta mereka. Maka perempuan-perempuan yang salihah, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri mereka di kala (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)." (QS. An-Nisa': 34)
 
Ketika suami diberikan tanggung jawab atau kedudukan sebagai pemimpin atas istri dan anak-anaknya, maka ini tidak dipandang sebagai ketidakadilan pada perempuan. Jadi ketika suami memimpin, istri harus taat. Bukan seperti yang sekarang sedang terjadi dalam keluarga yang didominasi oleh sekuler kapitalisme atau keluarga moderat. Ketika ada perbedaan kedudukan dan peran, maka itu dianggap memuliakan satu pihak dan merendahkan pihak yang lain. 
 
Sungguh profil keluarga muslim ini tidak akan mungkin terwujud dalam dominasi sistem kapitalisme sekuler seperti sekarang ini. Karena profil keluarga yang ditetapkan oleh sekularisme dan kapitalisme justru mengagung-agungkan kebebasan hawa nafsu, sementara keluarga muslim ideologis justru mengedepankan ketaatan pada syariat. Jika pun ada, mungkin hanya sedikit keluarga yang bisa menerapkan ideologi ini, bahkan sulit karena ia bertentangan dengan apa yang terjadi di masyarakat.
 
Maka, kehadiran keluarga muslim ideologis akan lebih mudah terbangun ketika memang kondisi masyarakat juga kondusif. Di saat masyarakat juga sudah memahami bahwa profil keluarga yang seperti inilah yang harus diwujudkan. Namun sebaliknya, ketika masyarakat justru memiliki pemahaman yang bertentangan, boleh jadi profil ini dianggap asing dan aneh, ekslusif dan bahkan radikal yang dianggap sebagai benih teroris. Maka penting sekali menyamakan standar pemahaman antara keluarga dan masyarakat. Untuk itulah sangat penting dilakukan upaya pencerdasan dan dakwah di tengah masyarakat, yang dilakukan oleh individu-individu yang lahir dari keluarga muslim ideologis ini, sehingga kemudian lahirlah masyarakat yang juga ingin mewujudkan profil keluarga muslim ideologis.
 
Akan tetapi hal ini saja tidak cukup, karena kehidupan bermasyarakat dinaungi oleh kebijakan-kebijakan institusi negara, yang akan menerapkan program program yang menerapkan kebijakan-kebijakan kehidupan yang sangat berpengaruh terhadap keluarga. Seperti kebijakan pendidikan, ekonomi, peradilan, sosial dan sebagainya. Ketika aturan yang diterapkan oleh negara tidak sama atau bahkan bertentangan dengan yang ditanamkan di dalam keluarga muslim, maka ini akan berat dan sulit untuk menjaga keistiqomahan di dalam standar-standar keluarga muslim. Untuk itu dibutuhkan negara kuat dengan dasar syari’at kaffah menjadi syarat mutlak mewujudkan keluarga muslim ideologis yang sejati.
 
Wallahu’alam bishowab
 
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak