Oleh: Ai Hamzah
Miris ketika dalam suatu media terdapat berita terkait seorang ibu yang dengan tega membunuh bayi kandungnya sendiri. Entah apa yang ada dipikiran ibu tersebut sehingga menghabisi nyawa anaknya sendiri. Padahal bagi sebagian orang tua anak adalah merupakan penerus baginya. Bahkan menjadi aset dunia dan akhirat.
Diduga mengalami depresi, seorang ibu tega membunuh bayinya yang baru berusia tiga minggu di Kabupaten Rembang. Mayat bayi itu lalu dia gendong ke kantor polisi. Belakangan ibu itu mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. detikNews, Kamis 11 Mei 2023
Di Jember, ada dua kasus ibu bunuh anak kandung sendiri. Pertama, Maimunah (46) warga Desa Harjomulyo Kecamatan Silo yang membunuh anaknya yang masih berusia 6 tahun pada Jumat 9 Juni 2023. Kedua, Husnul Khotimah (31) Warga Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang yang ditemukan tewas gantung diri pada Sabtu (17/6/2023). Liputan6 22 Juni 2023.
Depresi menjadi sebab si ibu melakukan tindak kriminal pembunuhan kepada anak kandungnya. Dengan latar belakang pembunuhan yang berbeda beda, dari mulai kecemasan yang luar biasa terhadap kehidupan, cinta yang terlalu berlebihan sehingga anaknya khawatir hidup menderita, atau karena anak yang dilahirkannya mengalami kelainan sejak lahir. Tekanan tekanan itulah yang membuat ibu menjadi dengan sangat mudah mengambil keputusan yang diluar nalar.
Benarkah maraknya ibu depresi hanya sekedar penyakit kejiwaan saja? Depresi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kesedihan yang terus menerus disertai dengan kecemasan yang luar biasa terhadap kehidupan. Sangat wajar memang dalam kondisi saat ini orang bisa dengan mudah terkena depresi. Himpitan ekonomi yang terus berkelanjutan membuat hidup semakin sulit. Jaminan kesehatan yang seharusnya membantu kini hanya membuat beban rakyat. Pendidikanpun semakin tidak menentu, biaya sekolah dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan.
Sehingga kondisi ini menimbulkan kecemasan yang berlebihan bagi seorang ibu. Tak ingin anak anaknya hidup menderita seperti apa yang dialaminya maka dengan membunuhnya menjadi solusi terbaik. Dunia lain dianggapnya lebih baik bagi anak-anaknya dibandingkan dunia saat ini yang sedang dialaminya. Tekanan kehidupan yang terus-menerus inilah yang menjadikan seorang ibu depresi sehingga mengambil keputusan yang fatal.
Rasulullah SAW:
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
(أحمد ، ومسلم عن عائشة)
“Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu ia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah ia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu ia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah ia.”
(HR. Ahmad & Muslim)
{ وَمَنْ وَلِيَ مِنْهُمْ شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَعَلَيْهِ بَهْلَةُ اللَّهِ فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا بَهْلَةُ اللَّهِ قَالَ : لَعْنَةُ اللَّهِ }
رَوَاهُ أَبُو عَوَانَة فِي صَحِيحِهِ
"Dan barangsiapa memimpin mereka dalam suatu urusan lalu menyulitkan mereka maka semoga Bahlatullah atasnya. Maka para sahabat bertanya, Ya RasulAllah, apakah Bahlatullah itu?. Beliau menjawab: La’nat Allah".
(HR. Abu ‘Awanah dalam shahihnya. Terdapat di Subulus Salam syarah hadits nomor 1401).
Islam sangat menjaga kesejahteraan umatnya. Tak dibiarkan umatnya terhimpit dalam penderitaan yang berkepanjangan. Seorang Khalifah akan terus berupaya agar jaminan kebutuhan pokok umatnya terpenuhi. Tidak hanya masalah fisik, tapi psikis pun menjadi sasaran khalifah. Tak dibiarkan umatnya mengalami tekanan kejiwaan apalagi depresi. Senantiasa menjaga dengan menguatkan aqidah umat dengan berbagai majelis ilmu.
Sebagaimana pada masa Daulah Abasiyah misalnya, ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) memerintah, negara bani Abbasiyah menjadi negara dalam keadaan yang makmur. Keadaan tersebut seperti, kekayaan melimpah, keamanan terjamin, dan ilmu agama seperti ilmu fiqih juga berkembang. Perkembangan dari ilmu fiqih ditandai dengan munculnya empat mazhab fiqih pada masa kejayaannya banyak merahirkan ulama-ulama besar yang hari ini kita jadikan sebagai rujukan bersama, dan banyak juga para ilmuwan yang karyanya juga digunakan oleh dunia pendidikan dan penelitian saat ini.
Begitulah Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Mulai dari urusan yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah, makanan dan pakaian, serta bermuamalah (bermasyarakat). Sehingga kehidupan akan sejahtera, aman dan nyaman bagi umatnya. Hal ini karena Allah sudah menjamin bahwa Islam adalah Rahmat Lil Aalamiin.
Wallahu alam
Tags
Opini