Harga Beras Melambung Tinggi, Kok Bisa?



Oleh: Auliyaur Rosyidah



Harga beras yang naik mencapai level tertinggi dalam 12 tahun kali ini membuat semua orang was was. Badan Pangan PBB alias Food and Agriculture Organization (FAO) risau melambung tingginya harga beras pada tahun ini bakal memicu lonjakan inflasi pangan di Asia. Kondisi ini tidak terkecuali juga menimpa kita yang ada di Indonesia. Sejak akhir bulan agustus lalu telah muncul banyak keluhan naiknya harga beras, hingga mencapai 16.000 rupiah per kilogram.

Menurut FAO, mereka menyatakan bahwa ada dua penyebab utama terjadinya kenaikan harga beras kali ini. Pertama, larangan ekspor India sejak bulan lalu (Juli). Kedua, karena dampak iklim ekstrim El Nino yang merusak produksi beras. Larangan ekspor beras di India amat mungkin menimbulkan inflasi pangan dunia kerena India adalah salah satu negara pengekspor beras terbesar dunia disusul Thailand, lalu Vietnam.
Meskipun pemerintah India telah mengumumkan akan menghapus larangan tersebut, namun harga beras diperkirakan akan tetap naik dikarenakan iklim Ekstrim El Nino yang tak terelakkan yang membuat produksi beras terganggu dan rusak.

Meskipun Indonesia juga negara agraris yang tanahnya subur dan memiliki sawah padi yang luas, rupanya juga tidak terselamatkan dari kondisi ini. Jika penyebab naiknya harga beras di Indonesia adalah karena hasil panen yang turun karena cuaca panas, maka ini suatu hal yang wajar. Tidak ada yang bisa terlepas dari cuaca yang memang telah ditentukan oleh Allah swt. Namun, jika Indonesia mengalami inflasi beras dikarenakan larangan Ekspor beras di India, maka hal ini bukan sesuatu yang seharusnya sebab Indonesia mampu mandiri dalam menyediakan cadangan beras dalam negeri mengingat potensi alam Indonesia yang amat subur.

Kondisi ini sebetulnya bisa diantisipasi oleh Pemerintah. Cuaca El Nino adalah suatu hal yang dapat diprediksi dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Sebelum itu terjadi, Pemerintah dapat melakukan program peningkatan produksi beras dan menyediakan cadangan agar disaat musim panas yang tidak ramah untuk penanaman sawah padi, beras tetap cukup. Selain itu, pemerintah juga melakukan sosialisasi dan melaksanakan program tanam ubi, singkong, dan jagung lebih banyak sebagai bahan pangan pengganti di kala beras menipis dan cuaca tidak kunjung mendukung untuk kesuburan sawah padi.

Hal ini merupakan tugas pemerintah sebagai penguasa yang melakukan Amanah politik, yakni Amanah mengurusi urusan umat. Apa gunanya pemerintah bila permasalahan inflasi beras seperti ini diserahkan untuk diselesaikan sendiri oleh rakyatnya? Pemerintah juga harus mencegah munculnya mafia-mafia beras yang pasti akan meperburuk inflasi ini. bukankah inflasi beras tidak terjadi baru kali ini? Tidakkah inflasi-inflasi yang telah terjadi sebelumnya dapat menjadi pelajaran di masa sekarang?

Pada dasarnya didalam Islam tidak dikenal dengan Inflasi, karena mata uang yang digunakan adalah dinar dan dirham yang memiliki nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam. Kondisi defisit pernah terjadi di zaman Rasulullah dan hanya terjadi sekali, yaitu sebelum Perang Hunian. Al-Maqrizi membagi Inflasi kedalam dua macam, yaitu Inflasi akibat berkurangnya persediaan barang dan Inflasi akibat kesalahan manusia. Di zaman Rasulullah Inflasi terjadi akibat berkurangnya persediaan barang karena kekeringan dan peperangan.

Islam memiliki metode untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Metode tersebut tentu dengan menerapkan sistem ekonomi Islam dalam pola hubungan ekonomi global melalui Khilafah Islamiyah. Politik ekonomi Islam memberikan jaminan agar masing-masing individu mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka, dan kemudian memberdayakan mereka sebagai seorang anggota masyarakat dengan pandangan hidup yang khas, agar dapat memuaskan kebutuhan pelengkapnya (sekunder dan tersier) sesuai dengan kemampuannya.

Negara yang menerapkan sistem Islam akan membangun dirinya menjadi sebuah negara yang berdiri diatas perekonomian yang mandiri. Membangun ekonomi mandiri adalah hal yang mutlak wajib dilakukan oleh negara dalam ajaran Islam. Sebab, dengan ekonomi mandiri, negara akan mampu menjamin kesejahreraan rakyatnya tanpa akan terganggu ataupun bergantung dengan tangan asing.

Dengan mengerahkan kekayaan alamnya dan mengelolanya dengan baik, Negara islam secara langsung memberikan jaminan kepada setiap individu rakyat dalam hal keamanan, pendidikan dan kesehatan, Hal ini karena pemenuhan terhadap ketiganya termasuk masalah “pelayanan umum” (ri’âyah asy-syu’ûn al-ummah) dan kemaslahatan hidup terpenting. Dalam politik ekonomi Islam, negara bertanggung jawab menjamin tiga jenis kebutuhan dasar tersebut sehingga seluruh rakyat, Muslim maupun kafir, dapat menikmatinya; baik kaya maupun miskin.

Adapun menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok berupa barang (pangan, sandang dan papan) dapat dilaksanakan setidaknya melalui 5 mekanisme: (1) mewajibkan laki-laki yang mampu untuk bekerja; (2) negara menyediakan lapangan pekerjaan; (3) kewajiban untuk menanggung ahli waris yang tidak mampu mencari nafkah; (4) negara menyediakan subsidi langsung melalui Baitul Mal; (5) penerapan dharîbah (pajak) khusus atas kaum Muslim yang memiliki kelebihan harta kekayaan.
Allah Swt. berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

Siapa saja yang bertakwa ke­pada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar dan rezeki dari arah yang tidak terduga (QS at Thalaq [65]: 2-3).
Allah Swt. juga berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sekiranya penduduk ne­geri-negeri beriman dan bertak­wa, pastilah Kami akan melim­pahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Namun, mere­ka mendustakan ayat-ayat Ka­mi itu Karena itu, Kami menyiksa mereka karena perbuatannya itu (QS al-A’raf [7]: 96).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak