Oleh : Dahlia
Banyak bermunculan istilah baru untuk menyebut generasi kekinian. Setelah istilah sandwich generation dan generasi Z, kini muncul istilah baru yakni generasi stroberi.
Generasi stroberi adalah gambaran anak muda dengan ide-ide brilian, kreatif dan inovatifnya, tetapi mereka mudah rapuh ketika menghadapi tekanan sosial.
Seperti buah stroberi yang indah merah merona, namun rapuh ketika ditekan. Mereka adalah generasi yang mudah kecewa, mengeluh, galau, baperan, suka flexing, dan biasanya mengumbar kegalauannya ke mana-mana dan menjadikannya ‘status’ di media sosial.
Awal munculnya istilah generasi stroberi ini di Taiwan, untuk mengindikasikan generasi yang lahir setelah tahun 1981. Namun, istilah tersebut mengalami pergeseran penyebutan dan merujuk pada generasi di bawah Milenial yang dianggap lunak seperti buah stroberi.
Seperti kasus Mario Dandy, anak seorang pejabat tajir melintir yang pernah viral. Dia suka pamer mobil dan motor mewah di medsos. Sakit hati soal pacar, kemudian menyiksa anak yang dianggap musuhnya. Bukan hanya dia yang diusut, kekayaan bapaknya pun ikut dibongkar dan ditemukan harta tak wajar. Inilah salah satu contoh produk generasi stroberi.
Maka, Allah sangat mewanti-wanti para orang tua Muslim agar tidak meninggalkan anak, cucu, cicit dan keturunan sesudah mereka menjadi sebuah generasi yang lemah iman, aqidah, akhlaq, ilmu, amal, dan kompetensinya (QS. 4:9).
Namun di sisi lain, banyak hal positif yang dimiliki generasi stroberi ini dan patut diapresiasi, seperti: suka tantangan, berani berpendapat, selalu up-to-date, bekerja sesuai passion dan sangat kritis.
Sesungguhnya Islam tidak pernah mengenal generasi stroberi. Dalam Al-Qur’an hanya dikenal pemuda-pemuda yang beriman dan mendapat petunjuk dari Rabb mereka (QS. 29:13). Berikut ini karakteristik generasi muda Islam yang kuat dan tangguh dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan.
Pertama, meyakini bahwa kesulitan hidup yang dihadapi tidaklah melebihi batas kemampuan dirinya. Inilah bentuk lemah lembut, kasih sayang dan kebaikan Allah kepada hamba-Nya
(QS. 2:286).
Kedua, percaya dan yakin bahwa kesulitan hidup yang dihadapi akan tergantikan dengan kemudahan dan kesuksesan setelahnya (QS. 94:5-6).
Ketiga, menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong dalam menghadapi kesulitan dan problematika kehidupannya (QS. 2:45).
Maka, para orang tua sangat penting meneladani sosok pemuda Mush’ab bin Umair, sang crazy rich kaum Quraisy di Mekkah, yang tak gentar diasingkan keluarganya dan diblokir semua asetnya. Tak takut miskin demi Islam, meski harus menanggalkan semua gemerlap hidupnya. Jadilah dia seorang da’i yang berhasil meng-Islamkan sebagian penduduk Madinah dan wafat sebagai Syuhada dalam perang Uhud.
Ada pula Ali bin Abi Thalib, menjadi Muslim pada usia 10 tahun. Pemuda ini sangat berani menggantikan tempat tidur Rasulullah ketika dikepung kaum Kafir Quraisy untuk dibunuh dalam peristiwa hijrah. Bahkan dia menyusul hijrah ke Madinah seorang diri berjalan kaki. Dalam Perang Badar pun, dia berhasil mengalahkan musuh-musuh Islam, dan hal ini menjadi kemenangan pertama dalam sejarah Islam.
Maka dari itu, belum terlambat untuk menyiapkan generasi anak-anak kita yang beriman, ikhlas, tangguh, cerdas dan kuat dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan.
Mereka adalah generasi yang sekuat imannya pemuda Al-Kahfi, sezuhud hidupnya Mush’ab bin Umair, secerdas akalnya Ali bin Abi Thalib dan sesabar pribadinya Nabi Ismail As.
Wallahua'lam bishshawab…