Oleh : Ummu Aqeela
Guru memiliki peran penting dalam kehidupan setiap individu. Jasa guru sangat berharga karena telah mendidik dan mengajarkan banyak hal bagi setiap siswanya. Kata guru dikenal sebagai profesi yang berperan penting dalam dunia pendidikan . Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata guru sendiri memiliki arti orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Seorang guru akan mengajari siswanya berbagai hal dan rela berkorban tanpa berharap timbal balik apapun. Oleh karena itu, muncullah julukan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" untuk para guru. Namun bagaimana jadinya jika “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” itu harus melepaskan profesinya karena dianggap bersalah ketika memperjuangkan sebuah kebenaran?
“Berawal dari ada dugaan pungli yang diduga dilakukan oleh kepala sekolah, dugaan ini kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah kota, oleh inspektorat. Kemudian, kepala sekolah memberhentikan salah satu guru honorer, Pak Reza, karena dianggap tidak mematuhi kepala sekolah dan dianggap mengakses data pribadi kepala sekolah," kata Bima Arya dikutip dari Antara, Kamis, 14 September 2023.
Bima menyampaikan bahwa saat dimintai keterangan berita acara pemeriksaan (BAP) oleh Inspektorat Pemerintah Kota Bogor, Kepsek Nopi Yeni terbukti menerima gratifikasi. Oleh karena itu, Nopi akan diberi sanksi.
Pemecatan guru honorer ini, kata Bima menjadi perhatian orang tua siswa, tenaga pengajar dan murid di sekolah tersebut. selain itu, kabar pemecatan sepihak ini juga dinilai ada kejanggalan hingga ramai dibahas di media sosial.
Wali Kota Bogor, Bima Arya menindaklanjuti pemecatan guru honorer bernama Mohamad Reza Ernanda secara sepihak oleh Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Cibeureum 1, Nopi Yeni.
Dalam tindaklanjut ini, Bima Arya memecat Kepala Sekolah karena terbukti telah melakukan pungutan liar (pungli) saat penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun 2023.
Masalah kebenaran dalam Islam merupakan masalah yang sangat penting yang harus ditegakkan dan diperjuangkan dimanapun kita berada dan menjadi kewajiban seluruh umat manusia apapun profesinya.
Rasulullah saw. bersabda:
“Tidaklah seorang laki-laki berada pada sebuah kaum yang di dalamnya dilakukan suatu kemaksiatan, mereka mampu mengubah kemaksiatan tersebut lalu tidak melakukannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka sebelum mereka meninggal.” (HR. Abu Dawud dari Jarir, hadits no. 3776).
Ma’shiyat adalah perkataan, perbuatan dan perilaku durhaka yang mencerminkan ketidaktaatan hamba kepada Penciptanya. Termasuk dalam ma’shiyat adalah perilaku kekafiran, kemusyrikan, keengganan melakukan perintah-Nya, dan perbuatan yang melanggar larangan-Nya. Bila dalam suatu masyarakat ada perilaku ke-ma’shiyat-an tersebut, padahal ada orang yang sanggup dan mampu mengubahnya, tetapi ia tidak melakukannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada orang tersebut sebelum ia meninggal dunia.
Suatu kemunkaran yang terjadi di muka bumi, apabila tidak ada yang merubahnya, maka kemunkaran tersebut akan meluas dan mempengaruhi semua elemen masyarakat. Dan efek merusak yang ditimbulkan akibat adanya kemungkaran itu tidak hanya dirasakan oleh pelaku kemunkaran itu saja, tetapi juga dirasakan oleh orang lain yang membiarkan kemungkaran tersebut tetap berlangsung meskipun dia bukan pelakunya.
Secara spesifik amar ma’ruf nahi munkar ditekankan untuk mengantisipasi maupun menghilangkan kemunkaran dengan tujuan utama menjauhkan semua hal negatif di tengah masyarakat, tanpa menimbulkan dampak negatif yang lebih besar. Amar ma’ruf nahi munkar adalah upaya menegakkan agama dan kemaslahatan di tengah-tengah umat. Orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pun harus mengerti betul terhadap masalah yang akan ia tindak, agar tidak salah dan keliru dalam bersikap.
Allah berfiman ;
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110]
Semoga Allah meringankan langkah kita, menguatkan hati kita, menyehatkan akal kita, agar kita semua mampu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dengan berdakwah untuk tegaknya Islam secara kaffah diseluruh penjuru dunia. Karena dunia saat ini sudah begitu jengah dengan aturan buatan manusia yang hanya mendorong manusia berbuat sesuka hati sesuai hawa nafsunya.
Wallahu’alam bishowab