Oleh: Jiddah Ghuisnay
Keranjingan. Sebutan yang pantas disematan pada perilaku judi online alias judol. Para pelakunya pasti akan terjebak lingkaran setan yang diiringi dengan berbagai kemaksiatan. Korban pun beragam tanpa pandang bulu. Yah, era digital memaksa kita mengalami kenyataan pahit ketika judi online bangkit bahkan tumbuh subur. Terlebih judi online yang berpusat di Makau, berakses langsung di Indonesia, akibatnya negeri dengan mayoritas Muslim terkategori kasus judi online terbesar. Sungguh realitas yang memprihatinkan.
Setiap saat jutaan orang kalap mempertaruhkan uangnya bermain judi online, berharap menang dapat untung banyak uang. Namun jika kalah dan uang pun terkuras habis, tak segan mengambil resiko lebih besar dengan cara berhutang online. Praktik perjudian kian ramai ditemui. Perkembangannya bak jamur di musim hujan.
Sungguh membelalakan mata penyebaran uang transaksinya bisa mencapai jumlah yang sangat fantastis yaitu dikisaran triliunan. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat peningkatan tajam penyebaran. Pada 2021 nilainya mencapai Rp57 triliun dan naik signifikan pada 2022 menjadi Rp81 triliun.cnnindonesia.com
Kini ancaman perjudian online meluas dengan cepat. Menguras emosi dan melenyapkan akal sehat. Banyak rumah tangga bermasalah sebab penghasilan yang tidak seberapa semestinya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, jusru dipakai judi. Sasaran beragam, tidak hanya menyentuh orang dewasa namun merembet ke generasi muda bahkan anak SD.
Beredar di media sosial, facebook, salah satu akun memposting sebuah vidio yang menunjukan beberapa pelajar diduga sedang bermain judi online (slot) di ruang belajar menggunakan komputer milik sekolah, Senin (21/08/23). Jurnalkota.online.
Sekelumit contoh diatas mencerminkan rusaknya sistem pendidikan hari ini, output yang dihasilkan gagal total mewujudkan tujuan pendidikan. Sistem demokrasi yang diemban kian jelas menginisiasi pinjaman online dan judi online kian parah sebab asas demokrasi adalah kebebasan berperilaku. Jelas hal ini sangat berbahaya. Dalam jangka panjang akan memicu kehancuran yang memilukan.
Ironisnya, dunia maya sejatinya patner belajar menambah pengetahuan. Malah berubah bagai monster membawa malapetaka dalam jaring judol yang memalukan. Apa yang salah dengan pendidikan kita?
Pendidikan dalam sistem sekuler kapitalisme memiliki peranan dalam menghasilkan generasi yang hanya berorientasi materi dan semakin memperlemah iman. Sistem kapitalis sekuler hanya keuntungan yang dipikirkan tanpa peduli halal haram pasti menyengsarakan umat khususnya pelajar. Berbagai solusi teknis yang ditawarkan tak dapat memberi solusi tuntas. Merupakan PR berat bagi negara yang tak mampu mencegah dan menghabisinya hingga sekarang.
Berbanding terbalik dengan kemuliaan pendidikan Islam. Sistemnya menghasilkan keberkahan ilmu dengan kepribadian Islam. Generasinya ditekankan pribadi yang bermanfaat untuk sesama. Mencetak manusia unggul dambaan dengan pola sikap dan pola pikir Islam.
Jika masalahnya dari sistem. Selayaknya kita ganti sistem yang unfaedah saat ini dengan menerapkan sistem Islam. Meniscayakan kemuliaan dan kesejahteraan. Rahmat bagi seluruh alam. Wallahua'lam bishawab.
Tags
Opini