Barbie, Propaganda Kecantikan Ala Kapitalisme





Oleh : Nurwahidah (Ummu Afifah)

Dunia global sedang dilanda demam barbie. Di mana-mana warna pink mendominasi, sejak boomingnya film barbie yang dirilis 19 juli 2023 lalu. Mulai dari fashion hingga life style ala barbie menjadi trend di media masa. Para artis ramai-ramai mengisi jagad dunia maya dengan berpose dan berdandan layaknya barbie. Berawal dari boneka yang mendunia sejak tahun 1971, kini dihadirkan dalam bentuk film yang diperankan oleh manusia. Seolah imajinasi para penggemar barbie terwujud dalam dunia nyata. Tanpa disadari ada bahaya yang mengancam paradigma berpikir dan tingkah laku generasi muda.

Barbie adalah salah satu ikon standar kecantikan yang digaungkan barat. Tampilan yang seksi, tinggi, putih, langsing, rambut pirang, dan tak ketinggalan dengan outfit yang serba mini. Sukses berkarier, tidak boleh tergantung pada laki-laki dalam keuangan. Bebas berperilaku seperti apa pun yang ia mau. Bebas menentukan pilihan akan orientasi biologisnya.

Menurut ulasan berbagai kalangan dan juga diakui sendiri oleh penulis naskahnya, pesan yang disampaikan di film ini memang berkaitan dengan upaya mendobrak sistem patriarki. Sebuah kultur di mana laki-laki menjadi poros hidup yang berkuasa dan mendominasi, sementara perempuan didiskriminasi. Sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti.

Sistem ini dibentuk oleh masyarakat secara kultural, turun temurun. Di zaman kegelapan ketika islam belum datang, perempuan dianggap makhluk nomor dua. Perempuan tidak mendapat akses pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Hidup mereka tergantung pada laki-laki. Itu sebabnya, para perempuan didorong keluar dari istana domestiknya menuju ke ruang publik untuk bersaing di berbagai bidang yang sama dengan yang ditekuni laki-laki.
Nasib Perempuan Makin Terpuruk
Perempuan yang menjadikan ide-ide kapitalis sebagai pijakan, memandang bahwa persoalan perempuan akan terselesaikan dengan upaya liberalisasi perempuan atau membebaskan perempuan berkiprah dimana pun, terutama dalam ranah publik. Dengan itu, suara dan partisipasinya akan diperhitungkan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Di tengah-tengah gencarnya upaya kebangkitan dan pembebasan perempuan ini, fakta bahwa kehidupan perempuan termasuk di negeri-negeri muslim ternyata masih belum beranjak dari keterpurukan, diskriminasi, kemiskinan, kekerasan dan persoalan lain yang di klaim sebagai masalah perempuan.

Apabila kita mencermati lebih dalam lagi, liberalisasi perempuan tidak saja berdampak buruk bagi perempuan, bahkan bisa merusak relasi laki-laki dan perempuan serta pembagian peran laki-laki dan perempuan. Runtuhnya struktur keluarga, meningkatnya angka perceraian, meningkatnya kasus penelantaran anak akibat kesibukan perempuan bekerja, dilema wanita karir, pelecehan seksual, anak-anak bermasalah, diyakini kuat efek langsung dari liberalisasi perempuan. Di Indonesia keterpurukan keluarga juga dialami oleh masyarakat. Sepanjang tahun 2019, nyaris setengah juta pasangan suami-istri di Indonesia cerai, mayoritas terjadi atas gugatan istri. Diduga tingginya permintaan gugat cerai istri karena kaum perempuan merasa mempunyai hak yang sama dengan lelaki.

Syariat Islam Menjamin Hak-hak dan Peran Perempuan
Islam telah menetapkan bahwa standard kemuliaan seseorang tidak ada kaitannya dengan jenis kelamin, melainkan terkait dengan kadar ketakwaan seseorang di hadapan Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S Al Anfal : 24.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَا كُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْ ۚ وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَ نَّهٗۤ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan."
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 24).

Sistem islam memiliki aturan komprehensif yang menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi siapapun termasuk perempuan. Hanya Islam yang memberi solusi atas setiap persoalan kehidupan yang berangkat dari pandangan yang universal mengenai perempuan yakni sebagai bagian dari masyarakat manusia, yang hidup berdampingan secara harmonis dan damai dengan laki-laki dalam kehidupan.

Sistem yang bisa memberikan hak-hak perempuan untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya hanyalah Islam. Islam, tidak mengekang kaum perempuan, Islam juga tidak memberikan kebebasan kepada perempuan sehingga bebas melakukan apa saja yang bisa merusak dirinya sendiri. Islam yang bersumber dari Allah Swt. mendudukkan manusia secara adil karena Allah adalah Dzat Yang Maha Tahu apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi manusia termasuk bagi Perempuan. Allah memberikan tanggung jawab kepada perempuan untuk menjadi Ibu, menjadi sosok yang melahirkan generasi penerus peradaban Islam. 

Islampun mewajibkan negara untuk menempatkan kaum perempuan sebagai kehormatan yang harus dijaga. Hadirnya kembali peradaban Islam, yakni Khilafah ala manhaj nubuwwah akan menghilangkan kebingungan di tengah manusia untuk mencari idola sampai-sampai mereka harus memilih apakah akan mengidolakan Barbie versi konvensional ataukah Barbie versi 2023.
Wallahu a’lam bishawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak