Oleh: Siti Maisaroh (Pegiat Literasi)
Baru-baru ini media sosial dihebohkan dengan video viral seorang ibu yang hampir melempar bayinya sendiri ke rel kereta di Stasiun KRL Pasar Minggu. Aksi tersebut berhasil diamankan oleh petugas keamanan stasiun dan sang bayi berhasil diselamatkan. Banyak yang mengomentari bahwa ibu dari bayi tersebut mengalami baby blues (Liputan6.com, 5/9/2023).
Melansir dari Pregnancy Birth and Baby, baby blues adalah sebuah sindrom seperti perubahan suasana atau perasaan yang pertama kali terjadi pada minggu pertama setelah melahirkan. Adapun gejalanya sangat umum terjadi terutama untuk 4 hingga 5 hari, Ibu yang baru saja mempunyai anak atau melahirkan.
Penyebab dari Baby Blues sendiri belum diketahui. Namun, beberapa dokter mengatakan hal tersebut bisa jadi karena adanya perubahan hormon selama kelahiran atau segera setelah kelahiran.
Selain karena faktor perubahan hormon, faktor eksternal juga sangat mempengaruhi kesehatan mental seorang ibu. Misalnya, suami yang tidak peka dengan kesibukan istri atau bahkan tidak punya pekerjaan, mertua yang ikut campur dengan urusan rumah tangga anaknya, tetangga yang suka nyinyir dengan perubahan fisik ibu pasca melahirkan yang mungkin lebih kurus atau berubah menjadi gemuk dan kurang merawat tubuh dll. Atau mungkin karena masalah lain yang lebih parah yang membuat para ibu kian tertekan jiwanya.
Ada yang berfikir kalau seorang ibu yang depresi adalah akibat imannya yang lemah. Sejatinya belum tentu benar. Karena nyatanya banyak ibu-ibu yang amalan ibadahnya baik, tapi tetap saja mengalami depresi.
Tetapi, faktor utama yang memberikan sumbangsih atas ibu yang terkena depresi atau baby blues adalah sistem yang diterapkan di negeri ini. Tidak lain ialah sistem kapitalis sekular.
Karena sistem ini telah berhasil menghimpit kehidupan para ibu dari segala arah. Mahalnya biaya persalinan, biaya pendidikan anak-anak, juga mahalnya harga bahan pokok makanan, itu semua akibat sistem ekonomi kapitalis.
Sistem ekonomi kapitalis telah membuat kesenjangan antara si kaya dan si miskin makin lebar. Penerapannya melahirkan berbagai macam problem yang menimpa para ibu.
Satu-satunya solusi yang mampu menyelamatkan mental ibu dari depresi adalah aturan Islam. Karena aturan Islam sangat memuliakan perempuan. Karena mulianya, Islam menitipkan penafkahan untuk perempuan kepada ayahnya jika belum menikah. Dan suaminya jika sudah menikah. Nafkah disini cakupannya sangat luas, termasuk pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan tempat tinggal, juga nafkah batin berupa kasih sayang juga harus diperhatikan.
Islam sangat memperhatikan kebutuhan seorang ibu yang baru melahirkan, bahkan aturan Islam memberikan kelonggaran bagi ibu menyusui untuk tidak berpuasa saat Ramadan. Namun bisa menggantinya di hari lain, setelah selesai masa penyusuannya.
Bahkan negara juga sangat memperhatikan kebutuhan para ibu, dari jaminan kesehatan, pendidikan, bahkan keamanan. Hingga tidak ada ditemukan ibu-ibu yang depresi yang tega melukai dirinya bahkan bayinya. Waallahu alam.